Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah Saw pernah memegang bahuku sambil bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang asing atau pengembara’. Ibnu Umar berkata, ‘Kalau datang waktu sore jangan menanti waktu pagi. Kalau tiba waktu pagi jangan menanti waktu sore. Gunakan sebaik-baiknya sehatmu untuk waktu sakitmu dan masa hidupmu untuk waktu matimu. (HR. Bukhari)
Rabu, 25 Juni 2014
Jangan Terlena dan Jangan Menunda
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah Saw pernah memegang bahuku sambil bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang asing atau pengembara’. Ibnu Umar berkata, ‘Kalau datang waktu sore jangan menanti waktu pagi. Kalau tiba waktu pagi jangan menanti waktu sore. Gunakan sebaik-baiknya sehatmu untuk waktu sakitmu dan masa hidupmu untuk waktu matimu. (HR. Bukhari)
Imam Nawawi menyebutkan hadits
ini dalam rangkaian hadits Arba’in, karena menyimpan makna dan pesan yang
sangat penting, utamanya bagi seorang muslim. Pesan Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam kepada Ibnu Umar ra ini bukanlah termasuk nasihat khusus,
tetapi merupakan pesan umum yang berlaku bagi siapapun dan seyogyanya kita
pahami sebagai arahan dan petunjuk yang akan meningkatkan kualitas dan
produktivitas hidup kita.
Jika kita perhatikan dengan
baik hadits diatas, kita mendapati beberapa poin mendasar sebagai prinsip hidup
dan pesan moral bagaimana mestinya seorang muslim memberdayakan diri dan
waktunya.
“Jadilah engkau di dunia
seolah-olah orang asing atau pengembara.” Perumpamaan
ini sangatlah tepat. Kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir dari perjalanan
hidup karena perjalanan hidup yang sesungguhnya baru akan berakhir di terminal
akhirat. Perjalanan hidup di dunia penuh dengan lika-liku, tantangan dan
rintangan yang besar kecilnya dan berat tidaknya bergantung kepada kesiapan dan
kemampuan seseorang menghadapinya. Sudah selazimnya kita mempersiapkan diri
dengan bekal yang dibutuhkan berdasarkan pemahaman yang benar akan tabiat dan
karakter perjalanan hidup ini. Harapannya, sebagaimana orang asing yang sedang
menempuh perjalanan panjang, bilamana menjumpai persoalan atau mengalami
kesulitan maka kita akan mampu mengatasinya dengan baik. Bekal yang paling
penting dalam hal ini adalah bekal iman dan taqwa kita kepada Allah yang
karenanya kita dapat menghimpun modal amal saleh sebanyak-banyaknya.
Perumpamaan yang disampaikan
oleh Nabi ini juga menganjurkan kita untuk hidup dengan zuhud di dunia ini.
Artinya, jangan sampai kita tergantung dan terikat dengan dunia, karena tidak
selamanya kita berada di dunia ini. Sebagaimana orang asing, hendaknya kita
tidak terlalu disibukkan dengan urusan dunia sehingga lupa akhirat. Dan
sebagaimana pengembara yang tidak akan membawa beban berat yang bisa
menyusahkan perjalanannya, demikian pula hendaknya kita mengambil yang
secukupnya saja dari kenikmatan-kenikmatan dunia sehingga kita tidak akan berat
untuk meninggalkan dunia dan isinya ketika Allah menetapkan ajal kita.
Dengan sabdanya ini, Nabi juga
mengajarkan kepada kita untuk tidak terlalu panjang angan-angan. Tentu yang
dimaksud adalah angan-angan keduniaan. Kita harus sadar bahwa ajal yang
misterius akan memutus panjangnya angan-angan kita. Dalam riwayat Bukhari, Anas
ra berkata, ”Nabi membuat garis seraya bersabda, ’Ini manusia, ini angan-angannya,
sedangkan ini ajalnya. Ketika dia sedang berada dalam angan-angan, tiba-tiba
datanglah kepadanya garisnya yang paling dekat.’ Maksud dari ’garisnya yang
paling dekat’ adalah ajal kematiannya.
“Kalau datang waktu sore
jangan menanti waktu pagi. Kalau tiba waktu pagi jangan menanti waktu sore.
Gunakan sebaik-baiknya waktu sehatmu untuk waktu sakitmu dan masa hidupmu untuk
waktu matimu.” Ini adalah ungkapan yang penuh makna dari Ibnu Umar. Sungguh waktu
dan usia kehidupan dunia sangatlah pendek. Oleh karena itu Ibnu Umar menasihati
kita agar bersegera dalam beramal dan tidak suka menunda-nunda hingga tanpa
sadar ajal tiba-tiba menjemput kita. Kalau ajal sudah menjemput sementara kita
belum sempat beramal kebajikan karena selalu kita tunda-tunda di dunia, maka
kita akan menyesal tanpa guna di akhirat. Kita akan merengek-rengek kepada
Allah agar kita dikembalikan ke dunia ini lagi sehingga kita bisa beramal. Akan
tetapi ketika itu mustahil seseorang akan dikembalikan lagi ke dunia.
Oleh karena itu, kita harus
memanfaatkan setiap detik dalam kehidupan kita di dunia ini dengan amal-amal
kebaikan. Kita harus bersemangat untuk beramal yang sebanyak-banyaknya di dunia
ini. Sangat tidak tepat jika yang justru dominan dalam diri kita adalah sifat
malas, hura-hura, suka kemaksiatan dan hal-hal lain yang tidak produktif serta
tidak memberi nilai kemanfaatan apapun untuk masa depan kehidupan kita.
Terlebih lagi di era dimana roda kehidupan berputar sangat cepat, penuh dengan
trik dan intrik negatif, godaan kehidupan serta budaya materialisme dan
hedonisme yang semakin menggiurkan. Semua itu sangat berpotensi melalaikan
seseorang dari tujuan hidupnya yang hakiki.
Rasulullah saw bersabda,
”Diantara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah jika ia mampu meninggalkan hal-hal
yang tidak memberi manfaat kepadanya.” (HR Tirmidzi). Seorang muslim ideal
adalah yang sikap hidupnya berorientasi pada nilai produktivitas dan
efektivitas. Dia bukan tipe orang yang malas bekerja, suka berhura-hura, suka
berfoya-foya, begadang semalaman tanpa tujuan, kongko-kongko di pinggir jalan,
bersenang-senang menghabiskan uang, berbuat sesukanya tanpa larangan, dan
seterusnya.
Kita harus memanfaatkan setiap
kesempatan dalam hidup ini untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.
Kesempatan adalah sesuatu yang tidak selamanya ada. Seseorang tidak akan selalu
dalam keadaan sehat maupun lapang, gembira dan meraih kesuksesan. Sesekali
bahkan seringkali ia harus mengalami kegundahan, kegagalan, kekurangan dan
hal-hal lain yang tidak ia harapkan. Itulah gambaran kehidupan dunia.
Selanjutnya tinggal bagaimana sikap kita. Pada saat sehat segeralah
melaksanakan hak dan kewajiban. Kita harus beribadah, berkarya dan bekerja
sebaik mungkin, berpikir dan berbuat untuk kebaikan diri dan orang lain. Kita
juga harus menjaga kesehatan kita dengan mengkonsumsi makanan yang baik,
berolahraga dan cara-cara lain yang makruf. Ini kita lakukan agar Allah
memberikan kesehatan yang langgeng kepada kita sehingga kita bisa beramal lebih
banyak.
Ungkapan Ibnu Umar diatas juga
mengingatkan kita untuk tidak membiasakan diri menunda-nunda pekerjaan. Jika
suatu pekerjaan bisa dilakukan pada waktu sore, janganlah kita menundanya
hingga esok pagi. Jika suatu pekerjaan bisa dilakukan pada pagi hari, jangan
pula kita menundanya hingga sore hari. Setiap waktu memiliki tuntutan dan
haknya masing-masing. Jika kita menunda suatu pekerjaan hingga nanti, maka kita
akan mendapati pada waktu nanti itu pekerjaan akan bertumpuk: pekerjaan saat
itu dan pekerjaan yang tadinya kita tunda. Jika demikian, apakah kita masih mau
menunda sebuah pekerjaan?
MADU-HERBAL HARGA GROSIR
Kategori Tulisan
Anak
(21)
Ceramah
(23)
Doaku
(3)
Gallery
(68)
Hadits
(19)
Herbal
(3)
Hikmah
(256)
I'tikaf
(5)
Idul Fitri
(27)
Inspirasi
(149)
Jualan
(3)
Kesehatan
(43)
Keuangan
(12)
Kisahnyata
(43)
Kultum
(147)
Lailatul Qadar
(2)
Lain-lain
(49)
management
(4)
Nisa'
(1)
ODOJ
(2)
Progress
(54)
prowakaf
(2)
Puasa
(182)
Quran
(17)
Qurban
(40)
Ramadhan
(315)
Renungan
(17)
Rumahkreatif
(6)
Rumahpintar
(8)
Rumahtahfidz
(18)
Rumahyatim
(6)
Sedekah
(47)
Share
(104)
Syawal
(5)
Tanya jawab
(2)
Tarawih
(4)
Tarbiyah
(166)
Umroh
(19)
Wakaf
(8)
Yatim
(7)
Zakat
(22)
Sering dibaca
- Obat Kanker yang 10.000X Lebih Kuat dari KemoTerapi
- Daftar Tempat Makan Di Madiun
- Apa Arti Kata "Dancuk"...
- Kisah Nyata : Hati-hati Ajarkan Motor-Mobil Pada Anak di Bawah Umur
- Sahabat Kita Yang Baik Akan Menolong Kita Di Akhirat
- 10 Amal yang Pahalanya Takkan Pernah Putus
- Kepada Donatur : Kisah Nyata - Kesalahan Kecil yang Dahsyat Akibatnya
- Kadal dan Sedekah
- Kepada Donatur : Mengintip Akheratmu Dengan Melihat Kehidupan Duniamu
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!