Marhaban,
ya Ramadhan! Marhaban berasal dari kata rahaba-yarhabu, yang
berarti luas atau lapang. Dengan demikian, Marhaban, ya Ramadhan bermakna bahwa
tamu yang berupa ''bulan suci Ramadhan'' itu harus disambut dan diterima dengan
lapang dada. Begitulah Rasulullah SAW, para sahabat, dan umat Islam pada
umumnya menyambut tamu yang penuh berkah itu. Mereka melaksanakan ibadah puasa
Ramadhan bukan sekadar sebagai kewajiban sebagaimana diperintahkan oleh ayat di
atas, tapi juga sebagai kerinduan.
Saking rindu dan suka citanya, Rasulullah SAW dan para sahabat dikabarkan menangis tersedu-sedan ketika Ramadhan hampir berlalu, bahkan sampai ada yang berucap, ''Seandainya tiap bulan adalah Ramadhan.''
Mengapa umat Islam begitu merindukan kedatangan Ramadhan? Dalam hadis yang diriwayatkan Baihaqi, dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan lima keutamaan yang tidak diberikan pada seorang nabi sebelumku.''
Saking rindu dan suka citanya, Rasulullah SAW dan para sahabat dikabarkan menangis tersedu-sedan ketika Ramadhan hampir berlalu, bahkan sampai ada yang berucap, ''Seandainya tiap bulan adalah Ramadhan.''
Mengapa umat Islam begitu merindukan kedatangan Ramadhan? Dalam hadis yang diriwayatkan Baihaqi, dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan lima keutamaan yang tidak diberikan pada seorang nabi sebelumku.''
Pertama, kata Nabi Muhammad SAW, pada awal Ramadhan
Allah berkenan melihat (mendatangi) mereka yang bersiap-siap untuk puasa. Sabda
beliau, ''Barang siapa didatangi Allah, orang tersebut tidak akan diazab
selama-lamanya.''
Kedua, sesungguhnya bau yang tidak sedap yang keluar dari mulut mereka (yang puasa) pada senja hari itu lebih harum di sisi Allah dibanding dengan minyak wangi.
Kedua, sesungguhnya bau yang tidak sedap yang keluar dari mulut mereka (yang puasa) pada senja hari itu lebih harum di sisi Allah dibanding dengan minyak wangi.
Ketiga,
sesungguhnya malaikat memohon ampun bagi mereka siang dan malam.
Keempat, sesungguhnya Allah memerintahkan surga-Nya
seraya berfirman, ''Bersiap-siaplah surga-Ku dan berhias diri untuk
hamba-hamba-Ku, mereka beristirahat dari lelahnya dunia menuju rumah-Ku dan
kemuliaan-Ku.''Kelima, sesungguhnya pada akhir malam, Allah mengampuni mereka semuanya. Salah seorang sahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah, apakah malam Lailatul Qadr?'' Rasulullah menjawab, ''Tidak, tidakkah kamu perhatikan para pekerja melaksanakan pekerjaannya bila telah selesai mengerjakan pekerjaannya mereka segera dibayar gajinya. Itulah ampunan yang diberikan setiap malam.''
Lima keutamaan yang dikabarkan Rasulullah SAW itu hendaklah menjadi pemacu untuk meningkatkan kualitas puasa kita untuk menggapai takwa dengan memperbanyak ibadah sunat, terutama membaca dan mengkaji Alquran. Dengan demikian, tujuan puasa akan bisa kita capai. Tujuan itu, antara lain, sebagai ibadah kepada Allah SWT (ta'abuddan lillah), memantapkan iman (tarsihan lil iman--QS 8: 2), pembersihan diri (tazkiyatun lil qulub--QS 10: 57), meluruskan pola pikir (taqwiman lil fikri--QS 17: 9), dan mengenal aturan-aturan Allah (ta'arufan biman hajillah).