Ibnul Qayyim ketika menjelaskan beberapa hikmah i’tikaf berkata:
“Kelurusan hati dalam perjalanannya menuju Allah sangat bergantung kepada kuat
tidaknya hati itu berkon-sentrasi mengingat Allah. Dan merapikan kekusutan hati
serta menghadapkannya secara total kepada Allah. Sebab kekusutan hati hanya
dapat dirapikan dengan menghadapkan secara total kepada Allah.
Perlu diketa-hui bahwasanya makan dan minum yang berlebihan,
kepenatan jiwa dalam berinteraksi sosial, terlalu banyak berbicara dan tidur
akan menambah kekusutan hati bahkan dapat menceraiberaikannya, dan menghambat
perjalanannya menuju Allah atau melemahkan langkahnya.
Maka sebagai konsekuensi rahmat Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengasih terhadap hamba-hambaNya, Allah mensyari’atkan ibadah puasa atas mereka
untuk menghilangkan kebiasaan makan dan minum secara berlebih-lebihan serta
membersihkan hati dari noda-noda syahwat yang menghalangi perjalanan-nya menuju
Allah.
Dan mensyariatkan i’tikaf yang inti dan tujuannya ialah menambat
hati untuk senantiasa mengingat Allah, menyendiri mengingat-Nya, menghen-tikan
segala kesibukan yang berhubungan dengan makhluk, dan memfokuskan diri bersama
Allah semata. Sehingga kegundahan dan goresan-goresan hati dapat diisi dan
dipenuhi dengan dzikrullah, mencintai dan menghadap kepada-Nya.