Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 25 Juni 2014

Niat dan Ikhlas




Pentingnya Niat & Keikhlasan


Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khaththab radhiyallahu ’anhu berkata : Aku mendengar Rasulullah shalallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Sesungguhnya amal-amal itu sesuai dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap amal seseorang itu tergantung niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, maka (pahala) hijrahnya (berpulang) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya untuk suatu (kepentingan) dunia yang hendak dicapainya atau karena seorang perempuan yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya (yang akan didapat) sesuai dengan apa yang diniatkannya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Thabrani meriwayatkan tentang sebab disabdakannya hadits ini (sababul wurud) dengan sanad dari Ibnu Mas’ud, bahwa beliau berkata : ”Diantara kami (para sahabat yang hijrah) ada seorang pria yang sedang meminang seorang wanita bernama Ummu Qois, tetapi wanita tersebut menolak untuk dinikahinya kecuali kalau pria tadi mau berhijrah bersama-sama. Lalu iapun hijrah dengan maksud agar bisa menikahi Ummu Qois. Pria tersebut kemudian dijuluki dengan ”Muhajiru Ummu Qois (seorang yang berhijrah karena Ummu Qois).

Para ulama telah sepakat akan keutamaan hadits ini, sehingga banyak diantara mereka yang menjadikannya sebagai pembuka dalam kitab-kitab mereka, seperti Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya dan Imam Nawawi dalam tiga bukunya Al-Arbai’in An-Nawawiyah, Al-Adzkar dan Riyadhush Shalihin.

Imam Abu Dawud berkomentar tentang pentingnya hadits ini: ”Hadits ini setengah dari Islam, karena agama itu terdiri dari aspek lahir yaitu amal, dan aspek batin yaitu niat.

Kandungan utama hadits ini adalah tentang pentingnya niat dan ikhlas dalam beramal, yang dalam Islam merupakan pilar utama dalam ibadah bahkan menjadi ruhnya ibadah. Hal tersebut disebabkan karena amal seorang mukmin baru akan bernilai ibadah yang diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat : niat ikhlash (karena Allah) dan benar (sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw). Para ulama meyakini bahwa niat ikhlas (amal batin) lebih utama dari amal lahir (perbuatan), meskipun kedua-duanya mutlaq diperlukan adanya. Rasulullah shalallahu ’alaihi wasallam bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak juga bentuk kalian, akan tetapi melihat hati kalian.” (HR Muslim)

Niat artinya bermaksud, berkeinginan, atau bertekad. Ia merupakan amalan batin atau hati, yang karenanya tidak harus dilafadzkan. Sementara ikhlas artinya menjadikan Allah sebagai niat utama, tujuan utama, atau sebab utama dalam melakukan suatu amal. Imam Hasan Al-Banna berkata,”Yang saya maksud dengan ikhlas adalah, bahwa seorang al-akh muslim dalam setiap kata-kata, amal dan jihadnya, semuanya harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah dan pahala-Nya.”

Berdasarkan pengertian ikhlas tersebut, maka apabila seseorang dalam melakukan suatu amal disertai oleh kepentingan duniawi yang baik, asalkan tidak menjadi niat utama, maka tetap diperbolehkan. Salah satu contohnya adalah berdagang ketika menunaikan ibadah haji (QS. 2 :198), sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya: ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (berupa kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi .” (QS 28: 77)

Diantara sikap yang bertentangan dengan keikhlasan adalah riya’, yaitu melakukan sesuatu karena ingin dilihat oleh orang lain. Riya’ sendiri tidak hanya terjadi pada pelaksanaan suatu amalan, tetapi juga terjadi dalam hal meninggalkan amalan. Al-Fudhail bin Iyadh berkata, ”Meninggalkan suatu amalan karena manusia adalah riya’, sedangkan mengerjakan suatu amalan karena manusia adalah syirik (maksudnya syirik kecil). Yang disebut ikhlas adalah jika Allah berkenan menyelamatkanmu dari keduanya.” Arti perkataan beliau adalah bahwa orang yang berniat melakukan suatu ibadah lalu dia meninggalkannya karena takut dilihat orang lain maka dia telah berbuat riya’. Ini karena dia meninggalkan suatu amalan karena manusia.



Puasa melembutkan Jiwa


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (23) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (19) Herbal (3) Hikmah (256) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (315) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com