Kata tarhib berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban
yang berarti melapangkan dada dan menyambutnya dengan mesra serta senang hati.
Menyambut bahagia (tarhib)
kedatangan Ramadhan adalah termasuk tuntutan iman yang sejati. Karena itulah
Rasulullah SAW biasa melakukannya.
Bahkan, Nabi SAW
telah men-tarhib
Ramadhan dua bulan sebelumnya. Yaitu sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik
RA, ketika memasuki bulan Rajab Nabi SAW berdo'a, ''Ya Allah, berkahilah kami
di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadhan.'' (HR
Imam Ahmad dan Ath Thabrani).
Hal ini penting guna
menanamkan kerinduan kepada Ramadhan sekaligus sebagai upaya persiapan mental (tahyi'ah nafsiyah),
spiritual (tahyi'ah ruhiyah)
dan intelektual (tahyi'ah
fikriyah). Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual,
puasa Ramadhan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa
makna, tanpa pahala dan tidak mampu memberikan pengaruh positif bagi kehidupan.
Perhatikan sabda Nabi SAW, ''Berapa banyak orang yang puasa tidak mendapatkan
kecuali lapar dan dahaga.'' (HR An Nasa'i dan Ibnu Majah).
Sebaliknya, dengan
persiapan dan perbekalan yang maksimal akan mampu meraih sukses Ramadhan secara
optimal. Untuk itu, di hari terakhir Sya'ban, Rasulullah SAW kembali
mengkondisikan umatnya dengan menyampaikan pidato 'kenegaraan' menyambut
Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan-keutamaannya,
''Wahai manusia,
telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah
menjadikan puasanya wajib dan qiyamul
lail-nya sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan,
maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Barangsiapa yang
mengerjakan kewajiban, makan seperti mengerjakan 70 kewajiban di bulan lain.
Ramadhan adalah bulan
sabar, dan sabar itu balasannya surga. Ramadhan bulan solidaritas dan bulan
ditambahkan rizki orang mukmin. Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa,
maka diampuni dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan
pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi sedikit pun
pahalanya.''
Kami (para sahabat)
berkata, ''Ya Rasulullah, tidak semua kita dapat memberi makan orang yang
berpuasa.'' Rasulullah SAW bersabda, ''Allah memberi pahala kepada orang yang
memberi buka puasa meskipun hanya dengan seteguk susu atau satu biji kurma atau
seteguk air. Barangsiapa yang membuat kenyang orang berpuasa, maka Allah akan
memberikan minum dari telagaku (Nabi SAW) satu kali minuman yang tidak akan
pernah membuatnya haus sampai ia masuk surga.'' (HR Ibnu Huzaimah, Al Baihaqi).
Semoga puasa Ramadhan kita tahun ini lebih
baik dari tahun sebelumnya sehingga menjadi momentum perubahan diri, keluarga,
masyarakat dan bangsa. Semoga Ramadhan ini
juga mampu memancarkan berbagai macam bentuk ketakwaan. Sebab satu tujuan utama
Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan adalah agar hambanya bertakwa.
Secara alami,
apabila kita mendapat kabar bahwa seseorang yang sangat mulia dan terhormat
akan datang, pasti kita akan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut
kedatangannya. Maka,
saat Ramadhan yang sangat mulia dan suci menjelang, sudah seharusnya kita
mempersiapkan segala-galanya demi menyambut kedatangannya.
Dalam menyambut Ramadhan, jiwa seorang Muslim
harus selalu dalam keikhlasan: Merasa bahwa puasa yang akan dilaksanakannya
merupakan pelatihan dan pelajaran, bukan cobaan atau ujian. Bila puasa dianggap
sebagai pelatihan dan pelajaran, tentu hati akan senang dan ikhlas dalam
melaksanakannya.
Puasa tak hanya menahan lapar dan dahaga,
tetapi juga mempunyai syarat rukun dan etika-etika yang harus dipatuhi selama
berpuasa. Seseorang yang belum memiliki ilmu berpuasa, selain menunjukkan
ketidaksiapan, juga dihawatirkan tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya
kecuali lapar dan dahaga.
Mempelajari ilmu puasa menjadi sangat penting
di saat-saat menjelang bulan Ramadhan datang. Mempelajari ilmu setiap ibadah
adalah kewajiban setiap orang yang akan melaksanakan ibadah tertentu agar benar
dan sesuai tuntunan syariat.
PERSIAPAN YANG HARUS DILAKUKAN AGAR TIDAK
GAGAL MENJALANI RAMADHAN:
Ramadhan
bulan berkah dan bulan pengampunan. Tapi, tak
semua orang bisa mendapatkan kemuliaan darinya. Bisa-bisa hanya lapar. Apa
langkah-langkah praktis mengantisipasi gagalnya Ramadhan?
Di bawah ini langkah-langkah praktis mengantisipasi
kemungkinan gagal di bulan suci
1. Persiapkan fisik dan ruhani, lewat latihan puasa
dan memperbanyak ibadah sunnah sejak mulai bulan Sya'ban. Jangan sampai kondisi
fisik dan stamina ruhani yang melemah di awal Ramadhan membuyarkan semua
harapan.
2. Pelajari
berbagai aspek Ramadhan dari "A" sampai "Z" seperti adab,
rukun ibadah, doa-doa dan dzikir yang mendukung sukses ibadah Ramadhan.
Mendalami "fiqh Ramadhan" sangatlah penting. Jangan segan membuka
kembali kitab-kitab tentang bulan mulia ini.
3.
Rancanglah aktivitas hari-hari Anda selama Ramadhan menjadi bagian-bagian yang
teratur. Misalnya tentang kegiatan utama seperti shalat, tadarus, ta'lim,
menimba ilmu, menghafal atau membaca buku. Tata acara-acara penting Anda dalam program jadwal harian, pekanan, atau
per sepuluh hari. Belanja lebaran --jika tak bisa dihindari, lakukan sebelum
Ramadhan. Banyak yang sudah berhasil dengan cara ini.
4. Tentukan
target dan prosentase keberhasilan dari tiap-tiap progran yang dicanangkan. Hal
ini untuk mendisiplinkan kita menjadi Muslim yang istiqomah, kelak setelah
keluar dari Ramadhan.
5. Lawanlah
kemalasan sekeras mungkin. Sebaliknya tumbuhkan semangat kita untuk shalat berjamaah,
menimba ilmu di majelis-majelis
ta'lim, ke pesantren-pesantren kilat dan sebagainya.
6. Jaga waktu tidur di malam-malam Ramadhan. Kegiatan
yang harus didahulukan dari apapun adalah qiyamul
lail (bangun malam untuk shalat tahajjud). Usahakan tidurlah lebih
awal dan bangun pada sepertiga malam. Mulailah kebiasaan ini sebelum masuk
Ramadhan.
7. Bawa Al-Qur'an ke manapun Anda pergi, kecuali ke
tempat-tempat yang dilarang seperti WC. Perbanyaklah membacanya, menghafalnya
dan dalami ayat demi ayat kandungan maknanya.
8. Bukalah pintu maaf sedari sekarang, serta mintalah
maaf kepada sebanyak mungkin manusia yang selama ini terlibat langsung atau pun
tidak dengan tindakan, perkataan, dan kehidupan kita. Membuka pintu maaf dan
meminta maaf akan membuka lebar pintu silaturohim sekaligus mensucikan hati
sebelum memasuki bulan suci.
9. Kendalikan lidah seketat mungkin, kecuali pada
hal-hal yang mengandung kebenaran dan kebajikan saja. Lidah yang tak terkendali
akan mematikan hati. Hati yang mati mudah tergelincir pada perkataan dusta dan
keji. Cara mencegahnya dengan memperbanyak dzikir dan istighfar.
10. Jaga mata dan tahan pandangan dari semua hal yang
Allah tidak menyukainya jika kita melihat. Apalagi yang haram
11. Jaga pendengaran dari segala hal yang makruh,
mendengarkan musik yang sia-sia serta pembicaraan yang tidak ada kaitannya
dengan keberhasilan Ramadhan.
12. Mudahlah
memberi, bermurah hati disertai sifat qanaah
yang memperhalus budi kita.
13.
Minta kepada Allah agar tidak termasuk kelompok orang yang gagal melalui
Ramadhan kali ini. Mintalah terus sampai menetes air
dari kedua mata Anda.* (Athwa/Hidayatullah.com)