Saya
menata huruf menjadi kata. Dari kata menjadi kalimat. Kalimat menjadi
paragraph. Paragraf menjadi sebuah tulisan dengan harapan akan membawa MANFAAT kepada Anda semua yang beragama
Islam.
Sumarlik,
SE adalah sorang wanita yang luar biasa dihadapan saya. Seorang wanita yang
memiliki wawasan sangat luas, demikian juga pengetahuan keagamaan beliau. Ini
saya simpulkan setelah sekitar 2 tahun saya berinteraksi dengan beliau.
Donatur
Insidental LMI Madiun ini suatu saat memanggil saya ke ruangan beliau. Sebagai
staf baru, di BKD Kabupaten Madiun cukup miris juga masuk ke ruang Kepala
Bidang. Ini kali pertama saya beliau panggil.
“Mas
Miftah, saya nitip Qurban lewat LMI Madiun bisa?”
Saya
segera menyambut dengan gembira. “ya bu. Sangat bisa.” Dengan semangat saya
mengiyakan. Bagaimana tidak? Puluhan musholla dan masjid udah mengajukan
permohonan ke LMI Madiun. Betul-betul dari pelosok.
Tahun
1429 lalu memang LMI Madiun mengkonsentrasikan diri untuk menyalurkan Qurban ke
Desa Tertinggal melalui masjid dan musholla yang tahun 1428 lalu tidak
menyembelih hewan Qurban sama sekali atau maksimal hanya menyembelih satu ekor
kambing saja.
Urusan
Qurban selesai. Pembayaran sudah dilakukan. Kuitansi saya janjikan menyusul
karena memang saya tidak siap. Waktu beliau memanggil saya, beliau tidak
memberitahukan keperluannya, sehingga saya tidak siapkan kuitansi.
Beliau
kemudian menyodorkan satu buku tulis. Saya heran melihat buku yang menurut saya
seperti buku tulis anak SD. Sudah usang, sampul lecek, warna sampulnya saja
sudah kecoklatan dan gambarnya mulai memudar. Saya hanya memegang saja buku
itu.
“Mas
MIftah lihat isinya.” Begitu permintaan beliau.
Tidak
tahu apa maksud beliau, saya membukanya. Ada catatan angka yang saya pikir
tidak begitu rapi. Saya bolak balik hingga halaman paling belakang. Saya belum
faham apa maksud beliau.
“Mas
Miftah, ini buku catatan penghasilan dan gaji saya sejak pertama kali saya
bekerja hingga sekarang. Hasil kerja saya jadi PNS, honor, tunjangan, THR dan
semua penghasilan saya dari usaha yang saya lakukan”
Saya
baru berusaha menebak kemana arah pembicaraan beliau, tapi belum menemukan.
Saya sempat mengira beliau akan menunjukkan prestasi kerja beliau sebagai PNS
maupun yang lain secara financial, tapi itu saya tepis. Karena dimata saya
beliau tidak akan pernah melakukan itu.
“Saya
menyisihkan dari gaji saya setiap bulan untuk berangkat haji bersama suami
saya, dan alhamdulillah berhasil.” Saya mulai menemukan kejelasan arah pembicaraan
beliau siang ini, dengan menabung Ibu ini bisa berangkat haji bersama suami
beliau. Tapi ternyata belum cukup sampai disitu.
‘Mas
Miftah, mumpung masih muda, mungkin lebih baik Mas Miftah berusaha untuk
menabung sedikit demi sedikit untuk bisa naik haji. Pasti bisa Mas Miftah,
karena saya sudah membuktikan.” Saya hanya mengangguk angguk saja dan
mengatakan, “iya bu, saya juga ingin bisa ke Tanah Suci.” Beliau tersenyum.
Apakah
hanya itu yang dimaksudkan beliau? Saya berharap iya. Karena jujur saja saya
sangat kikuk dihadapan beliau, saya ingin segera keluar ruangan dan melanjutkan
pekerjaan saya. Dengan Kepala bidang mana saja sebenarnya saya sangat biasa
meskipun saya hanya staf yang baru masuk menjadi CPNS waktu itu. Saya juga
heran dengan yang saya alami ini. Saya akhirnya menyimpulkan ada sesuatu yang
berbeda pada diri beliau.
Tiba-tiba
beliau mengatakan sesuatu yang memecahkan lamunan saya.
“Mas
Miftah, Mas Miftah tahu untuk apa saya mencatat semua penghasilan saya seperti
ini?”
saya
jawab: “tidak bu.”
Beliau
langsung menyambung, ”semua saya catat karena saya harus mengeluarkan 2,5% dari
setiap penghasilan saya untuk fakir miskin dan orang-orang yang tidak mampu.
Jadi dari sejak pertama saya menerima gaji, selalu saya catat dan saya sisihkan
2,5%. Itu bukan hak saya dan keluarga saya.”
“saya
kemudian menyimpan 2,5% itu dalam satu kotak khusus yang saya tidak akan pernah
mengambilnya dari sana kecuali karena saya harus menyalurkannya. Itu bukan
punya saya. Jadi kalau ada yang minta kepada saya, dari manapun itu. Pengemiskah,
panti asuhankah, yayasan social manakah. Saya tinggal ambil dari situ. Sayapun
tidak merasa eman karena itu bukan milik saya.”
Saya
terdiam. Betul betul terdiam. Baru pertama ini saya mendapati seorang muslim
memiliki prinsip dalam hal harta yang langsung direalisasikan. Pertemuan dengan
beliau siang itu menjadi sangat special bagi saya. Bahkan hingga sekarang.
Kerinduan pada sosok yang tegar, peduli dan bersahabat. Kadang kerinduan pada
sosok beliau saya wujudkan dengan menitipkan salam lewat putrinya yang juga
sahabat saya. Meskipun BBM saya jarang dibalas.
Sahabat,
Anda tidak harus menunggu gaji besar baru infaq atau membayar zakat. Ingatlah
2,5% penghasilan kita adalah hak orang-orang fakir. Jadi mari kita keluarkan
segera. Karena kalau tidak kita keluarkan, 2,5% ini nantinya akan merusak harta
kita yang 97,5% dalam wujud Anda sakit, anak anda kecelakaan, took Anda
terbakar, perusahaan Anda ditipu, ekspor Anda tak dibayar, rekanan Anda lari,
anak buah Anda melarikan uang perusahaan. Semua harus Anda lepaskan.
Jadi
seberapa berat Anda melepaskan 2,5% itu. Atau memilih kehilangan milyaran harta
Anda.
Untuk sharing zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf
Hubungi saya :
- 3165d4f8
- 081234200200
- 085645200200
- 083872200200
Ingin menyalurkan zakat yang tepat sasaran?
Tersedia beberapa rekening LMI Madiun
Ratusan fakir miskin menunggu bagian mereka yang masih di rekening
dan pundi-pundi Anda
Ratusan musholla dan masjid masih membutuhkan bantuan Quran,
sajadah dan karpet Anda
Ratusan anak yatim masih butuh santunan yang uangnya masih di
tangan Anda
Ribuan siswa miskin keberatan untuk membayar buku dan uang seragam
10.000
Anda akan cukup melukis sedikit kebahagiaan di hati mereka………………