Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 11 Juni 2014

Kisah Nyata : Musibah Tak Pernah Datang Sendiri





“Musibah tak pernah dating sendirian.”Ungkapan ini dating dari seorang laki-laki 40an tahun pada saat menunggu sang ayah yang stroke dan dirawat di Critical Care Unit Rumah Sakit Husada Utama Surabaya pada bulan September 2013. Pada saat itu usahanya sedang dilanda kemelut, ketika semua pikiran tercurah untuk menyelamatkan usahanya, orangtuanya mengalami stroke. Sang ayah segera dilarikan ke rumah sakit swasta yang terkenal di Surabaya.

Hanya ada satu jalan untuk menyelamatkan nyawa sang ayah :Operasi. Proses operasi diperkirakan menghabiskan dana 100 juta rupiah. Keluarga pasien harus menyiapkan dulu dana sebesar 60 juta untuk deposit. Dengan kondisi usaha beliau yang sedang dilanda badai, nilai 60 juta adalah nominal yang sangat memberatkan. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengambil sang ayah dan dipindahkan ke RS lain yang sanggup segera menangani sang ayah, karena taruhannya nyawa.

Di Critical Care Unit, keluarga sama sekali tidak diperkenankan masuk ruangan kecuali dipanggil tim perawat dan tim dokter. Setiap panggilan selalu saja menakutkan karena tidak jauh dari resiko kematian si pasien, memberi persetujuan tindakan atau menyediakan sesuatu yang sifatnya darurat. Waktu itu saya merasakan ketakutan luar biasa setiap pintu ruangan terbuka. Jangan-jangan ada panggilan untuk saya.

Dugaan saya benar bahwa di dalam ruang perawatan itu adalah pasien-pasien dengan resiko sangat tinggi. Lebih dahulu malaikat maut atau reaksi obat dan tindakan tim medis. (tak ada yang mencegah datangnya malakul maut, karena semua yang dilakukan adalah kehendak Allah, meskipun segala usaha dilakukan, jika memang saatnya datang malaikat akan datang. Pengobatan hanyalah kewajiban bagi manusia untuk berikhtiar mencari kesembuhan).

Dugaan ini terjawab ketika jam kunjungan keluarga diberikan. Hanya 1 jam. Jam 12.00-13.00. Ketika jam besuk, hanya 1 keluarga boleh masuk menggunakan pakaian khusus pengunjung yang disterilisasi. Di dalam ruangan yang sangat luas itu, bagian tengah digunakan untuk team medis, obat dan peralatan, sedangkan pasien mengelilingi ruangan sepanjang dinding ruangan. Antara pasien dengan tempat perawat tidak ada pembatas sama sekali untuk mempercepat jika sewaktu-waktu membutuhkan tindakan darurat.

Semua pasien terpasang peralatan-peralatan pasien kritis yang terhubung dengan monitor di meja perawat. Semua pasien dalam keadaan kritis, hanya pasien yang sudah melewati masa kritis yang boleh keluar darir uangan itu, pindah keruang perawatan atau pasien yang sudah menghembuskan napas terakhirnya.

Kisah musibah yang pasti dating bersama saya dengar 7 Juni 2014. Dalam perjalanan Madiun Purworejo saya hanya bersama seorang laki-laki 40 tahun di kursi paling belakang kereta ekonomi Pasundan. Awalnya kita hanya diam tak saling bertanya, tapi matinya AC, Genset dan panasnya kereta mencairkan  diam saya dan beliau. Lempar-melempar pertanyaan mulai terjadi. Dalam waktu singkat saya mendapat kisah tragis lelaki itu.

Menikah dengan wanita Nganjuk bertakhir dengan perceraian, cekcok dengan sang istri dan seluruh keluarganya. Kemudian merantau keluar jawa. Menikah lagi penduduk asli yang fakir miskin dan harus berakhir dengan perceraian kedua tepat setahun pernikahan mereka. Ketika modal terkumpul di rantau, cita-cita punya usaha sendiri muncul. Dengan membawa modal hampir 1,5 Milyar, beliau pulang ke jawa dan merintis usaha.

Musibah dating lagi. Modal 1,5 milyar nyaris habis gara-gara tertipu dua kali. Merintis usaha produksi kaos di Ngawi, gulung tikar lagi karena hanya menghasilkan untung 3 juta dalam 1 tahun belum depresiasi alat produksi.

Beliau kemudian merintis usaha toko spare part dan bengkel di Surabaya, dikelola sang keponakan. Usaha ini tidak memberikan keuntungan. Sang keponakan tidak memberikan setoran seperti perjanjian awal. Secure de facto, kalau ditanya berkelit, adiknya (orang tua sang keponakan) setiap ditanya juga menjawab tidak tahu. Toko spare part dan bengkel tidak ada hasil.

Tanggal 8 Juni saya kembali mendapatkan kisah musibah yang dating beruntun. Merintis usaha, mengembangkan usaha, ekspansi…. Beruntun dilanda kegagalan. Usaha pertamanya banyak pembeli tidak mencicil, tidak membayar, menghilang. Usaha rentalnya 9 Mobil di digelapkan orang kepercayaan. Harus membayar angsuran mobil yang hilang, ujung masa kredit mobil nanti pemilik menuntut mobil dikembalikan.

Tiga kisah nyata diatas menunjukkan kepada kita tiga kenyataan yang sama, bahwa benar musibah datang tidak sendirian. Ia datang bersama musibah yang lain. Apakah selalu begitu? Saya masih yakin bahwa Allah menguji seorang hamba sesuai dengan kadar imannya.

Dari ketiga orang ini saya menemukan kenyataan bahwa mereka bertiga memiliki benteng iman yang luarbiasa.

Dari kisah pertama, beliau menyatakan bahwa Allah tidak menguji saya diluar batas kemampuan saya. Inilah pentingnya berbuat baik di waktu lapang, agar Allah menolong kita di waktu sempit. Beliau juga memiliki kepasrahan yang sungguh luar biasa kepada Allah, “dunia ini hanya sementara, harta bisa dicari, tapi mengabdi pada orang tua yang sakit adalah amal yang sangat bernilai dihadapan Allah.”

Pada kisah yang kedua, beliau bisa terentaskan dari dunia gelap yang sebelumnya dijalani. Pertaubatan yang luar biasa. Dari jago dugem dan segala kehidupan malam dimasa lalu, sekarang menjadi “pertapa” di malam hari. Bangun selalu pukul 2 kemudian sholat tahajud sampai adzan subuh bergema. Demikian hari-harinya dijalani dengan beribadah dan bekerja mengelola usaha kecil yang baru dirintis 6 bulan. Tanpa istri, tanpa anak. Setiap kesepian datang, obatnya hanya silaturahim mengunjungi kakak, adik dan orang tuanya.

Pada kisah yang ketiga, sahabat saya ini mengatakan minta wejangan mumpung ada senior yang berkunjung. Ketabahannya selama hampir 3 tahun bergelut dengan masalah memang sedikit banyak mengganggu kenyamanan… tapi sahabat saya ini memiliki optimisme yang sangat tinggi. Pada batas derita yang dialami, masih berpikir jernih melayani masyarakat, mengabdi pada kepentingan rakyatnya (menjabat kepala desa, dicalonkan rakyat). Buktinya, waktu saya berkunjung banyak rakyatnya yang datang menjenguk beliau (baru pulang dari rumah sakit-sakit 14 hari).

Jiwa entrepreneur dibalut optimisme yang sangat tinggi untuk bangkit adalah sisi luarbiasa dari sahabat saya ini. “itulah Mas Miftah, kenapa saya minta Mas Miftah menjelaskan Bisnis Mas Miftah di bidang Umroh dan Haji, karena saya butuh bangkit, saya butuh recovery yang cukup cepat dengan nominal yang luarbiasa.”

Belajar dari kisah-kisah diatas, mungkin yang membedakan antara orang sukses dan orang yang tidak sukses adalah bagaimana mensikapi keterpurukan, mensikapi datangnya musibah yang sering tak datang sendirian….

Madiun, 11 Juni 2014



Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com