Senin, 02 April 2018
Puasa Dapat Keluarkan Racun dari Tubuh
Puasa Dapat Keluarkan Racun dari Tubuh
Cobalah ingat-ingat. Dalam beberapa
hari terakhir apakah Anda sering sakit kepala? Terganggu oleh sariawan? Kulit
bermasalah? Tubuh cepat lelah? Jika iya, berhati-hatilah. Menurut Andang
Widhawari Gunawan, konsultan gizi dan penggagas Food Combining, kondisi itu
menandakan adanya tumpukan toksin di dalam tubuh Anda.
Toksin
atau racun, tentu harus dikeluarkan dari tubuh. Jika jumlahnya sudah berlebih,
ia akan menumpuk dan menyebabkan toksemia (kondisi keracunan dalam darah).
Jangan aggap enteng toksemia sebab ia berkaitan dengan hampir semua penyakit
degeneratif.
Penjelasan
singkatnya begini: Sel-sel tubuh kita memperoleh makanan dari darah, sedangkan
darah memperolehnya dari usus. Usus menyerap makanan dari setiap zat yang kita
konsumsi. Jika ada racun dalam saluran usus, racun akan terserap dan ikut
beredar bersama darah ke setiap sel-sel tubuh.
Racun
bisa berasal dari dalam (endogenus) atau dari luar (eksogenus). Yang dari dalam
misalnya sisa metabolisme, radikal bebas, produksi hormon berlebihan akibat
stres, gangguan fungsi hormon, dan bakteri penyakit yang sudah ada di dalam
tubuh. Jadi, makanan yang kita konsumsi untuk mencukupi kebutuhan gizi ternyata
mengandung racun terselubung yang tidak kita sadari. Sedangkan faktor eksogenus
diantaranya polutan, obat-obatan, hormon pada ternak, produk susu, makanan yang
diproses, lemak trans, dan mikroba.
Sebenarnya
tubuh sudah memiliki mekanisme sendiri dalam menangani toksin ini. Berkeringat,
berkencing, dan buang air besar merupakan detoksifikasi atau pengeluaran racun
dari tubuh secara alamiah. Hanya saja, cara ini tidak serta merta menuntaskan
masalah. Ada saja penyebab yang membuat mekanisme alamiah tadi terganggu.
“Bayangkan
saja jika sehari saja kita mengalami gangguan buang air besar. Atau tidak lancar.
Berarti tubuh kita menyimpan racun satu hari. Jika berhari-hari otomatis racun
menumpuk dan mengendap. Jadi, melalui buang air atau berkeringat saja ternyata
tidak cukup,” jelas Andang. Untuk itulah kita harus melakukan detoksifikasi
secara berkala.
Perbanyak
konsumsi sayur
Detoksifikasi
yang benar merupakan jawaban bagi tubuh untuk memperoleh zat-zat gizi yang
tepat dan memberi kesempatan tubuh untuk lebih leluasa melakukan pembuangan.
Organ yang berperan dalam proses detoksifikasi adalah liver dan saluran usus.
Detoksifikasi
yang hanya fokus pada pengeluaran racun saja sangat berbahaya sebab memberi
tekanan pada kedua organ tadi. Jadi, selain mengeluarkan racun, detoksifikasi
juga harus memberi makanan dan mendukung kerja organ-organ tadi.
Ada
dua sistem detoks. Yang pertama detoks xenobiotik, yakni proses menetralisir
toksin dari bahan kimia dan logam berbahaya yang berasal dari makanan dan
udara. Sistem kedua adalah detoks antioksidan yang membersihkan zat reaktif
terhadap oksigen atau radikal bebas seperti sinar ultraviolet, rokok, dan asap
hasil pembakaran.
Sesungguhnya,
puasa yang telah dilakukan bulan Ramadhan merupakan cara mudah dan aman
berdetoks. Detoksifikasi sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun selama 30 –
40 hari. Ini hanya ancar-ancar saja.
Semakin
kita tidak sehat tentu semakin sering dan lama waktu yang diperlukan untuk
proses detoksifikasi. Agar tidak kaget jika harus berpuasa selama 30 – 40 hari,
berlatihlah untuk berpuasa dua hari dalam seminggu.
Saat
berpuasa, secara alamiah usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ
tubuh lainnya seperti hati dan lambung akan beristirahat. Hati – organ terbesar
dalam tubuh – memang memiliki tugas yang berat.
Hati
menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia,
termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dengan berpuasa, tentu ada jeda
sekian jam bagi hati untuk beristirahat. Sedangkan lambung merupakan keranjang
makanan yang tidak protes meski yang masuk adalah makanan “jelek”.
Bagi
pemula, mulailah melakukan proses detoksifikasi dengan lebih banyak mengonsumsi
sayur dan buah segar. Jenis makanan ini memiliki kandungan air dan serat yang
tinggi sehingga membantu melancarkan pembuangan racun dari usus. Di samping itu
juga sarat dengan vitamin, mineral, dan antioksidan yang sangat diperlukan
organ-organ pendetoks tadi.
Selanjutnya
lakukanlah puasa dan jika membutuhkan, asuplah suplemen khusus detoks. Dalam
memilih suplemen, sebaiknya yang mengandung bahan makanan organik. Kurangi
semua makanan pembentuk asam selama 3 – 7 hari sebelum melakukan detoks.
Begitu
juga selama menjalani puasa, tahan dulu keinginan untuk mengonsumsi makanan
pembentuk asam tadi. Makanan pembentuk asam adalah makanan yang mengandung
protein (hewani), pati, dan lemak (untuk lengkapnya lihat boks). Efek bagi
tubuh adalah munculnya asidosis, yakni penurunan keasaman darah (di bawah
7,35).
Proses
pengeluaran racun pada awalnya terasa lamban. Terlebih bila racun sudah
terbentuk lama. Proses pengeluarannya juga butuh waktu lama. Proses
detoksifikasi yang baik memang butuh waktu, tapi hasilnya lebih tahan lama.
Jangan terkejut dengan perubahan di dalam tubuh saat menjalani detoksifikasi.
Dalam terapi pengobatan alami, reaksi tubuh seperti ini disebut sebagai healing
crisis.
Bentuk
dan manifestasinya berbeda-beda tiap orang. Beberapa contoh misalnya warna
urine berubah menjadi lebih keruh dan berbau menyengat; sering kentut dengan
bau sangat menusuk; pusing, mual, nyeri sendi/otot, batuk atau flu; dan kotoran
banyak disertai dengan mukus atau lendir yang cukup pekat.
Puasa
40 hari
Reaksi
tadi biasanya muncul pada hari ketiga dan tidak berlangsung lama. Paling
beberapa hari saja. Saat healing
crisis muncul, jangan mengonsumsi obat-obatan apa pun. Jika tidak
yakin dengan apa yang Anda rasakan, lebih baik berkonsultasi dengan ahli terapi
nutrisi atau dokter yang mengerti soal terapi nutrisi.
Untuk
mengatasi reaksi detoks, lakukanlah hal-hal berikut. (a) Istirahat di tempat
sejuk dan memiliki sirkulasi udara yang baik. (b) Tidak berpanas-panas di bawah
terik matahari. (c) Tidak melakukan aktivitas yang menghabiskan energi seperti
berjalan jauh, olahraga berat, atau berhubungan seksual. (d) Sering minum,
tetapi hanya boleh minum air putih dan jus buah segar. Warna urin yang keruh
boleh jadi karena tubuh kekurangan cairan.
Selama
krisis penyembuhan tadi, hindari makanan berat seperti daging, nasi, dan
makanan berlemak. Begitu juga dengan paparan pestisida. Yang terpenting,
bersabarlah. Apalagi bagi mereka yang racunnya sudah terbentuk sejak lama tentu
butuh waktu lama juga untuk membersihkannya. Bayangkan saja ketika Anda harus
membersihkan kerak kotoran yang sudah lama menempel di lantai kamar mandi.
Proses
detoksifikasi sendiri memang berliku. Ada lima tahapan yang berlangsung dalam
40 hari. Tahap pertama berlangsung selama dua hari. Pada tahap ini kadar gula
darah turun sampai di bawah 70 mg/dl. Untuk kembali normal, glikogen dari lever
diubah menjadi glukosa dan dilepaskan ke darah. Glikogen juga bisa diambil dari
otot, yang berakibat tubuh menjadi lemas.
Untuk
menghemat energi maka Basal Metabolic Rate (BMR) turun sehingga denyut jantung
melambat dan tekanan darah pun turun. Healing
crisis muncul pada tahap ini: sakit kepala, pusing, mual, nafas
bau, mata berkabut, dan lidah terasa tebal. Tahap ini mungkin ditandai dengan
rasa lapar yang sangat kuat.
Tahap
kedua yang berlangsung pada hari ketiga sampai hari ketujuh, tubuh sudah mulai
menyesuaikan diri dengan kondisi puasa. Sistem pencernaan istirahat dan
memusatkan energinya pada pembersihan dan penyembuhan. Lemak diurai untuk
melepas gliserol yang akan diubah menjadi gliserol. Oskidasi lemak menghasilkan
keton-keton yang menekan selera makan.
Kulit
pun lebih berminyak (bahkan bisa muncul jerawat atau bisul) karena lemak-lemak
rusak mulai dikeluarkan dari dalam tubuh. Organ-organ pembersihnya pun mulai
diperbaiki, termasuk paru-paru. Jadi, kalau paru-paru terasa nyeri jangan
takut. Perbaikan juga menyentuh usus besar sehingga plak pada dindingnya mulai lunak
dan lepas. Nafas masih bau dan lidah masih terasa tebal.
Seminggu
kemudian (hari ke-8 sampai ke-15) merupakan tahap ketiga, ditandai dengan
peningkatan energi, pikiran lebih jernih, dan tubuh terasa lebih fit. Bekas
luka lama mungkin menganggu dan menimbulkan nyeri karena kemampuan menyembuhkan
dari tubuh meningkat selama proses detoksifikasi ini. Sel-sel darah putih
mengeluarkan zat yang dapat melarutkan sel-sel mati.
Zat
inilah yang menimbulkan rasa nyeri pada saraf di sekitar bekas luka tadi. Nyeri
ini justru menjadi penanda bahwa proses penyembuhan hampir mencapai finish. Nyeri dan tegang
juga muncul pada otot akibat iritasi toksin, terutama di kaki sebab toksin
berkumpul di kaki. Persoalan lain yang muncul pada tahap ini adalah sariawan
akibat bakteri berlebihan di mulut. Penyelesaiannya gampang: kumur dengan air
garam.
Sisa
hari sampai detoksifikasi selesai adalah tahap keempat. Tubuh sudah beradaptasi
dengan proses detoks sehingga energi pun meningkat dan pikiran lebih jernih.
Pikiran jernih mungkin terasa setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil, daya
ingat dan konsentrasi meningkat.
Tubuh
telah bekerja pada kapasitas maksimum dalam mengganti sel-sel yang rusak.
Keseimbangan homeostatik mencapai tingkat optimal. Sistem getah bening sudah
bersih, namun lendir bisa saja masih keluar melalui hidung dan tenggorokan.
Gangguan nafas sudah hilang, begitu juga lidah sudah normal, berwarna merah
muda. Jadi, sudah pede lagi.
Tahap
kelima adalah buka puasa. Saat berbuka ini, makanan yang masuk akan melepaskan
plak pada dinding usus yang sudah meluak. Toksin masuk ke darah dan keluar dari
tubuh melalui usus besar.
Empedu
membuang ampasnya melalui cairan emped dalam jumlah besan dan menyebabkan ingin
segera buang air besar setelah makan. Mungkin saja diikuti dengan diare. Jika
tak nyaman bisa dibantu dengan colon
hydrotherapy.
Memang
panjang dan tak nyaman (sepertinya) proses detoksifikasi. Namun ingatlah
manfaat setelah itu: kulit menjadi bersih, sehat, kencang, dan lembut; berat
badan turun; daya ingat meningkat; kadar gula darah, tekanan darah, fungsi
liver, dan ginjal menjadi lebih baik; gejala-gejala penyakit seperti alergi,
sakit kepala, kembung, dan sebagainya hilang; dan masih banyak lagi.
Jadi,
mengapa tak diteruskan puasanya? Atau yang belum berpuasa, bisa berlatih puasa.
Sumber:
kompas.com
MADU-HERBAL HARGA GROSIR
Kategori Tulisan
Anak
(21)
Ceramah
(25)
Doaku
(3)
Gallery
(68)
Hadits
(20)
Herbal
(3)
Hikmah
(258)
I'tikaf
(5)
Idul Fitri
(27)
Inspirasi
(149)
Jualan
(3)
Kesehatan
(43)
Keuangan
(12)
Kisahnyata
(43)
Kultum
(147)
Lailatul Qadar
(2)
Lain-lain
(49)
management
(4)
Nisa'
(1)
ODOJ
(2)
Progress
(54)
prowakaf
(2)
Puasa
(182)
Quran
(17)
Qurban
(40)
Ramadhan
(322)
Renungan
(17)
Rumahkreatif
(6)
Rumahpintar
(8)
Rumahtahfidz
(18)
Rumahyatim
(6)
Sedekah
(47)
Share
(104)
Syawal
(5)
Tanya jawab
(2)
Tarawih
(4)
Tarbiyah
(166)
Umroh
(19)
Wakaf
(8)
Yatim
(7)
Zakat
(22)
Sering dibaca
- Obat Kanker yang 10.000X Lebih Kuat dari KemoTerapi
- Daftar Tempat Makan Di Madiun
- Apa Arti Kata "Dancuk"...
- Kisah Nyata : Hati-hati Ajarkan Motor-Mobil Pada Anak di Bawah Umur
- Sahabat Kita Yang Baik Akan Menolong Kita Di Akhirat
- 10 Amal yang Pahalanya Takkan Pernah Putus
- Kepada Donatur : Kisah Nyata - Kesalahan Kecil yang Dahsyat Akibatnya
- Kadal dan Sedekah
- Kepada Donatur : Mengintip Akheratmu Dengan Melihat Kehidupan Duniamu
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!