Senin, 02 April 2018
Pengaruh Maksiat Terhadap Ibadah Puasa
Pengaruh
Maksiat Terhadap Ibadah Puasa
Puasa
yang bermanfaat dan diterima Allah ialah yang dapat membersihkan jiwa,
menguatkan kemauan kepada kebaikan, dan membuahkan takwa sebagaimana tersebut
dalam firman-Nya, "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan alas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah:
183).
Oleh
sebab itu, wajib bagi orang yang berpuasa untuk menahan diri dari perkataan
atau perbuatan yang meniadakan puasanya, sehingga dalam menjalankan puasa ia
tidak hanya mendapatkan lapar dan haus, serta tidak terhalang dari pahala.
Namun,
bagaimanakah hukum orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan apabila dia
mengumpat, berdusta, atau melihat wanita lain (bukan mahram) dengan bersyahwat?
Apakah sah puasanya?
Dalam
hadis disebutkan, "Puasa
itu perisai, maka apabila salah seorang dari kamu sedang berpuasa janganlah
berkata kotor dan berbuat pandir (tolol); dan apabila ada seseorang yang
mencacinya atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah ia berkata, ’Sesungguhnya
aku berpuasa’.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah
SAW juga bersabda, "Betapa
banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya
itu melainkan lapar. Dan betapa banyak orang yang melakukan shalat malam, tetapi
ia tidak mendapatkan sesuatu dari shalat malamnya itu kecuali tidak
tidur."
Menurut
Ibnu Arabi, hadis ini mengandung makna bahwa orang tersebut tidak diberi pahala
atas puasanya. Dan hal ini menunjukkan bahwa pahala puasa itu hilang disebabkan
ucapan dusta dan dosa-dosa lain seperti yang telah disebutkan.
Ibnu
Hazm berpendapat, bahwa hal-hal tersebut membatalkan puasa seperti halnya makan
dan minum. Pendapat seperti ini juga diriwayatkan dari sebagian sahabat dan
tabi’in.
Syekh
Yusuf Qardhawi sendiri sebenarnya tidak sepaham dengan Ibnu Hazm. Namun, dia
berpendapat bahwa kemaksiatan dapat menghilangkan ’buah’ puasa dan merusak
maksud disyariatkannya puasa itu sendiri.
Karena
itulah para salaf yang saleh dahulu menaruh perhatian yang besar untuk menjaga
puasa dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia dan haram sebagaimana mereka
memeliharanya dari makan dan minum.
Jabir
RA berkata, "Apabila engkau berpuasa, maka hendaklah pendengaran,
penglihatan. dan lisanmu juga berpuasa dari dusta dan dosa-dosa. Janganlah
engkau menyakiti pembantu, hendaklah engkau bersikap merendah dan tenang pada
saat berpuasa. Dan janganlah engkau samakan hari berbuka dan hari berpuasamu.”
Abu
Dzar pernah berkata kepada Thaliq bin Qais, "Apabila engkau berpuasa, maka
jagalah dirimu semampu mungkin." Oleh karena itu, jika sedang berpuasa
Thaliq tidak keluar rumah kecuali untuk menunaikan shalat.
Abu
Hurairah dan sahabat-sahabatnya apabila berpuasa mereka duduk di masjid, dan
mereka berkata, "Kami menyucikan puasa kami.”
Maimun
bin Mahran berkata, "Puasa yang paling ringan ialah puasa dari makan dan
minum.”
Bagaimanapun
juga, puasa memiliki pengaruh dan pahala, demikian pula ghibah, dusta, dan
sebagainya, ada sanksi dan balasannya di sisi Allah. “... dan segala sesuatu pada sisi-Nya
ada ukurannya.” (QS. Ar-Ra'd: 8).
Renungkanlah
hadis Nabi SAW berikut ini yang menunjukkan betapa halus dan adil hisab Allah
di akhirat nanti.
Imam
Ahmad dan Imani Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah RA bahwa ada seorang sahabat
Rasulullah SAW duduk di hadapan beliau seraya bertanya, "Wahai Rasulullah,
saya mempunyai beberapa orang budak, tetapi mereka berdusta dan melanggar
kepadaku, lalu saya pukul dan saya caci maki mereka Maka bagaimanakah kedudukan
saya terhadap mereka kelak pada hari kiamat?"
Rasulullah
SAW menjawab, “Pengkhianatan,
pelanggaran, dan kebohongan mereka terhadapmu serta hukumanmu terhadap mereka
semuanya akan dihisab. Jika hukumanmu terhadap mereka masih di bawah dosa-dosa
mereka, maka engkau memperoleh kelebihan.”
“Tetapi,
jika hukumanmu terhadap mereka melebihi dosa-dosa mereka, maka engkau akan
dikenai balasan, kelebihan yang telah engkau peroleh sebelumnya akan diambil.” Lalu orang itu menangis dan menjerit
di hadapan Rasulullah SAW.
Maka
Rasulullah SAW bersabda, “Mengapa
tidak membaca firman Allah ini, "Kami akan memasang timbangan yang tepat
pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan
jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan
(pahala)-nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS.
Al Anbiya: 47).
Akhirnya
orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak menjumpai sesuatu yang lebih
baik daripada berpisah dari mereka (yakni budak-budaknya), maka saya
persaksikan kepadamu bahwa mereka seluruhnya telah merdeka.”
Sumber
:
MADU-HERBAL HARGA GROSIR
Kategori Tulisan
Anak
(21)
Ceramah
(25)
Doaku
(3)
Gallery
(68)
Hadits
(20)
Herbal
(3)
Hikmah
(258)
I'tikaf
(5)
Idul Fitri
(27)
Inspirasi
(149)
Jualan
(3)
Kesehatan
(43)
Keuangan
(12)
Kisahnyata
(43)
Kultum
(147)
Lailatul Qadar
(2)
Lain-lain
(49)
management
(4)
Nisa'
(1)
ODOJ
(2)
Progress
(54)
prowakaf
(2)
Puasa
(182)
Quran
(17)
Qurban
(40)
Ramadhan
(322)
Renungan
(17)
Rumahkreatif
(6)
Rumahpintar
(8)
Rumahtahfidz
(18)
Rumahyatim
(6)
Sedekah
(47)
Share
(104)
Syawal
(5)
Tanya jawab
(2)
Tarawih
(4)
Tarbiyah
(166)
Umroh
(19)
Wakaf
(8)
Yatim
(7)
Zakat
(22)
Sering dibaca
- Obat Kanker yang 10.000X Lebih Kuat dari KemoTerapi
- Daftar Tempat Makan Di Madiun
- Apa Arti Kata "Dancuk"...
- Kisah Nyata : Hati-hati Ajarkan Motor-Mobil Pada Anak di Bawah Umur
- Sahabat Kita Yang Baik Akan Menolong Kita Di Akhirat
- 10 Amal yang Pahalanya Takkan Pernah Putus
- Kepada Donatur : Kisah Nyata - Kesalahan Kecil yang Dahsyat Akibatnya
- Kadal dan Sedekah
- Kepada Donatur : Mengintip Akheratmu Dengan Melihat Kehidupan Duniamu
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!