Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 05 Oktober 2013

“Karena Hanya Orang Beriman Yang Bisa Berqurban….”

Sejarah ibadah qurban yang pertama kali diabadikan oleh Alloh SWT di dalam al-Qur'an yang mencatat mengenai pengorbanan Ibrahim dan Ismail alaihissalaam.

Kisah yang selalu membuat kita merinding. Bagaimana tidak, sebagai seorang ayah kita tidak dapat membayangkan harus dalam posisi seperti Nabi Ibrahim. Plus, sebagai seorang anak, kita juga tidak dapat membayangkan harus dalam posisi seperti Nabi Ismail.

Entah apa yang harus kita lakukan jika tiba-tiba harus mengorbankan seorang anak yang (tentu saja) sangat kita cintai hanya karena perintah dari Tuhan yang harus kita junjung tinggi segala perintah-Nya. Demikian pula sebaliknya, sebagai seorang anak kemungkinan besar kita akan melawan perkataan ayah kita yang akan “mengorbankan” kita demi melaksanakan perintah Alloh SWT.

Tapi kedua manusia luar biasa itu tidak melakukan hal-hal yang pasti kita lakukan sebagai manusia biasa ini. Tanpa banyak bertanya atas perintah Alloh SWT itu beliau-beliau melaksanakannya dengan ikhlas. Walaupun akhirnya Alloh SWT menarik perintah tersebut dan menggantinya dengan hewan yang dijadikan kurban dan momen tersebut menjadi awal pelaksanaan ibadah haji hingga saat ini.

Selama ini kita sering salah-kaprah mengenai ibadah qurban ini. Hanya karena hukumnya sunnah maka seolah-olah ibadah ini bisa dilewatkan begitu saja dengan berbagai alasan. Dari mulai harus melunasi hutang, banyak keperluan yang mendesak, menabung dan alasan-alasan yang sebenarnya seringkali dijadikan semacam “pembenaran” dari ketidakpedulian kita atas ibadah “sunnah” tersebut. Memang hal tersebut tidak dapat disalahkan begitu saja.

Pemahaman atas esensi dari ibadah qurban ini hampir tidak pernah dibahas sejak kita mengenyam pendidikan Islam dari usia dini. Bahkan dari segi kebahasaan, qurban ditranslasikan sebagai korban alias yang dirugikan atau dibuang karena dianggap tidak penting. Padahal terminologi qurban berangkat dari istilah qorib yang berarti dekat/intim. Sehingga sebenarnya qurban adalah sebuah prosesi untuk semakin mendekatkan diri kepada Alloh SWT.

“Bukan daging dan bukan pula darah hewan kurban yang diterima Allah, tetapi takwa dari kamu.”(Al-Hajj: 37).

Alloh SWT sendiri yang menegaskan bahwa hewan qurban hanyalah sebuah simbol dari ketakwaan kita kepada-Nya. Dimana ketundukpatuhan kita tanpa syarat apapun kepada Alloh SWT adalah sebuah perwujudan ketakwaan kepada Alloh SWT.

Jika seorang Nabi Ibrahim ikhlas mengurbankan puteranya dan Nabi Ismail ikhlas mengurbankan dirinya sebagai wujud ketakwaan mereka kepada Alloh SWT maka masih pantaskah kita mengaku bertakwa kepada-Nya saat membuat segala alasan untuk tidak berqurban?


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com