Orang Muslim itu benar, menyukai kebenaran, dan komitmen lahir-batin dalam ucapan dan perbuatannya, karena kebenaran membawa kepada kebaikan, kebaikan membawa ke surga, surga adalah cita-cita tertinggi orang Muslim, dan puncak harapannya. Sedang bohong adalah kebalikan dari kebenaran yang membawa kepada keburukan, keburukan membawa ke neraka, dan neraka adalah sesuatu yang paling ditakuti orang Muslim.
Orang Muslim tidak melihat kebenaran sebagai akhlak mulia yang harus
dimiliki semata, namun ia melihat lebih jauh lagi bahwa kebenaran ialah
penyempurna iman dan pelengkap keislamannya, karena Allah Ta'ala memerintahkan
kepadanya, dan memuji orang-orang yang benar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam , juga memerintahkan, menganjurkan, dan mengajak kepadanya. Allah Ta'ala
berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendakiah kalian bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah: 119)
Buah Kebenaran:
1.
Hati tenang dan jiwa menjadi tentram. "Kebenaran itu
menentramkan." (Diriwayatkan At-Tirmidzi men-shahih-kannya) .
2.
Keberkahan dalam usaha dan bertambah kekayaan. "Pembeli dan
penjual memiliki hak pilih selagi keduanya belum berpisah. Jika keduanya benar
dan menjelaskan, maka jual-beli keduanya diberkahi. Jika keduanya tidak
menjelaskan dan bohong, maka keberkahan jual-beli keduanya dimusnahkan."
(Diriwayatkan Al- Bukhari) .
3.
Mendapatkan kedudukan syuhada'. "Barangsiapa meminta mati
syahid kepada Allah dengan benar, maka Allah menempatkannya ke posisi para
syuhada' kendati ia meninggal dunia diatas ranjangnya." (Diriwayatkan
Muslim).
4.
Selamat dari kesulitan.
Kebenaran itu mempunyai fenomena-fenomena, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Benar dalam tutur kata. Jika orang Muslim berkata, ia tidak berkata
kecuali dengan benar. Jika ia memberi informasi, ia memberi informasi dengan
benar, karena berkata dengan tidak benar (bohong) adalah bukti kemunafikan dan
tanda-tandanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda.
"Tanda-tanda munafik jtu
ada tiga; jika ja berbicara maka berdusta jika ja berjanji maka mengingkari,
dan jika ia diberi amanat maka berkhianat." (Muttafaq Alaih).
2.
Benar dalam pergaulan sehari-hari. Jika orang Muslim bergaul dengan
seseorang, ia benar dalam pergaulannya, tidak menipu, tidak mengibuli, dan
tidak memalsukannya dalam kondisi apa pun.
3.
Benar dalam keinginan. Jika orang Muslim ingin mengerjakan sesuatu
yang harus ia kerjakan, ia tidak ragu-ragu di dalamnya, dan mengerjakannya
tanpa memperdulikan yang lain hingga ia berhasil, menyelesaikan pekerjaannya .
4.
Benar dalam janji. Jika orang Muslim berjanji dengan seseorang,
menepatinya, karena tidak menepati janji adalah tanda-tanda kemunafikan seperti
terlihat dalam hadits sebelum ini.
5.
Benar dalam penampilan. Orang Muslim tidak menampilkan selain
penampilannya, tidak memperlihatkan sesuatu yang bertentang dengan batinnya,
tidak mengenakan pakaian kepalsuan, tidak riya dan tidak memaksakan diri
terhadap sesuatu yang tidak mampu kerjakan, karena Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda;
"Orang yang memperkaya diri
dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, ia seperti mengenakan dua
pakaian kepalsuan." (Diriwayatkan Muslim) .
Ini artinya bahwa orang yang
berhiaskan dengan sesuatu yang bukan miliknya agar terlihat sebagai orang kaya
itu seperti orang yang mengenakan dua pakaian usang untuk mengesankan dirinya
sebagi orang zuhud, padahal ia bukan orang zuhud.
Contoh-contoh indah tentang kebenaran itu banyak sekali, ( antaranya adalah sebagai berikut:
1.
At- Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Al-Hamsa ' yang berkata,
"Sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallamdiutus sebagai nabi, aku
menjual suatu barang kepada beliau, namun barang tersebut masih kurang,
kemudian aku berjanji mengantarkan sisanya di tempat beliau, namun aku lupa,
dan baru ingat tiga hari kemudiar Aku segera pergi ke tempat yang telah aku
janjikan, dan mendapatkan beliau ditempat tersebut. Beliau bersabda, 'Hai anak
muda, sungguh engkau telah menyusahkanku. Aku menunggumu di sini sejak tiga
hari yang lalu'." Peristiwa di atas yang dialami Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallamjuga dialami kakeknya, Ismail bin Ibrahim Alaihis-Salam hingga
Allah Ta'ala menyanjungnya dalam Al-Qur' an dengan firman-Nya, "Dan
ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah lsmail di dalam Ai-Qur'an,
sesungguhnya ia seorang yang benar janjinya, dan dia seorang rasul dan nabi.
" (Maryam: 54) .
2.
Pada suatu hari, Al-Hajjaj bin Yusuf berkhutbah hingga lama sekali,
kemudian salah seorang dari para hadirin berkata, "Shalat. Shalat,
sesungguhnya waktu tidak menunggumu, dan Allah tidak memaafkanmu. "
Al-Hajjaj bin Yusuf menginstruksikan orang tersebut ditahan. Tidak lama setelah
itu, kaum orang tersebut menemui Al-Hajjaj bin Yusuf, dan menjelaskan kepadanya
bahwa orang tersebut gila. Al- Hajjaj bin Yusuf berkata, " Jika orang
tersebut mengaku gila, aku akan mengeluarkannya dari penjara. " Orang
tersebut berkata, " Aku tidak bisa dipaksa untuk mengingkari nikmat Allah
pada diriku dengan mengaku sebagai orang gila, padahal Allah membersihkanku
dari gila. " Ketika Al-Hajjaj bin Yusuf mengetahui kebenaran ucapan orang
tersebut, ia membebaskannya.
3.
Imam Al-Bukhari mengisahkan bahwa ia pergi mencari hadits dari
seseorang, namun ia melihat kuda orang tersebut terlepas. Untuk menangkapnya
kembali, orang tersebut menunjukkan bungkusan kain seolah-olah di dalamnnya
terdapat gandum, dan kudanya tersebut pun datang kepadanya, sehingga ia pun
bisa menangkapnya kembali. Al-Bukhari berkata kepada orang tersebut, "
Apakah engkau mempunyai gandum?" Orang tersebut menjawab, "Tidak, aku
mengelabui kudaku seolah-olah gandum dibungkus dengan kain tadi." Al-Bukhari
berkata, "Kalau begitu, aku tidak akan mencari hadits dari orang yang
bohong terhadap hewan. " Sikap yang diperlihatkan Al-Bukhari di atas
adalah contoh agung tentang kebenaran.
--o0o--