Dari Syadad bin Aus bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seorang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya, dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematiannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Adab-Adab
Beramal yang Berorientasi Akhirat
“Dan beramal untuk (kehidupan) setelah
kematiannya.”
Penggalan hadits ini menunjukkan bahwa setiap
kali melakukan suatu perbuatan, seorang yang cerdas senantiasa berorientasi
akhirat. Karenanya, ia selalu memperhatikan adab –adab suatu amal agar diterima
di sisi Allah Ta’ala dan menjadi tabungan pahala baginya di akhirat nanti. Di
antara adab-adab itu adalah:
Ikhlas dan Mutaba’atur-rasul
Setiap amal perbuatan yang kita harapkan
mendapatkan balasan pahala di akhirat, hendaknya senantiasa didasari keikhlasan
untuk mencari pahala dan ridha Allah, serta sesuai dengan apa yang dicontohkan
Rasulullah SAW. Ibnu Katsir berkata, “Inilah dua rukun amal yang akan diterima
Allah Ta’ala, yakni hendaknya amal perbuatan itu ikhlas karena Allah dan sesuai
syari’at Rasulullah SAW” (Tafsir Ibnu Katsir, 3: 133)
Mahabbah,
Khauf, dan Raja’
Ketika melakukan suatu perbuatan, hendaknya
yang mendorong seorang Muslim untuk beramal adalah kecintaan kepada Allah,
ketakutan pada murka dan siksa neraka-Nya, serta harapan untuk mendapatkan
ridha dan pahala surgaNya.
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata: Barangsiapa
beribadah kepada Allah karena takut, harap, dan cinta, maka ia adalah seorang
Mukmin. Hal itu karena seorang Mukmin wajib beribadah kepada Allah dengan didasari
ketiga aspek ini: mahabbah, khauf dan raja’. Semua harus direalisasikannya.
Barangiapa mengabaikan salah satu dari ketiga aspek ini, berarti ia telah mengabaikan
sebagian kewajiban iman.”
Mengakui
KaruniaAllah
Dialah yang telah memberinya taufik,
kemudahan, dan pertolongan untuk melakukan amal shalih sehingga ia dapat
merealisasikannya. Tanpa taufik dari Allah, ia tidak akan pernah mampu
melakukannya. Firman-Nya, ‘‘Aku tidak bermaksud apa-apa kecuali (melakukan)
perbaikan selama aku masih mampu. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan
pertolongan Allah.” (Hud: 88)
Mengakui
Ada Kekurangannya
Sesudah melakukan amal shalih, ia mengakui
adanya kekurangan hetapapun ia telah berupaya maksimal untuk beramal hanya
karena Allah semata. Hal itu karena manusia tidak pernah lepas dari kekurangan
dan tidak ada seorang pun sempurna dalam segala hal. Karenanya, setelah
melakukan amal ibadah hendaknya hati dan iiwanya berada di antara harap dan
cemas. Sebab ia tidak tahu apakah amal kebaikannya diterima Allah Ta’ala
sehingga ia termasuk golongan orang-orang yang diridhai Allah dan selamat di
akhirat, ataukah ditolak sehingga ia termasuk orang-orang yang dimurki Allah
dan celaka di akhirat.
Tidak
Mengiringi Amal Kebaikan dengan Kemaksiatan
Ketika melakukan amal kebaikan, ia tidak
mengiringi atau mencampur dengan kemaksiatan berupa kesyirikan, kekufuran, dan
kemunafikan yang tentu akan menggugurkan amalnya sehingga celaka Ia di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu menyekutukan (Allah), niscaya terhapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Az-Zumar: 65)
“Barangsiapa kafir sesudah beriman, maka
hapuslah amalannya dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (AI-Ma’idah:
5)
Tidak
Mengiringi Amal Kebaikan dengan Kezhaliman
Kezhaliman terhadap orang lain akan merusak
pahalanya atau mengakibatkan dipindahkannya pahala kebaikannya kepada orang
yang dizhaliminya sehingga ia termasuk orang-orang yang bangkrut. Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dan umatku adalah orang yang datang
pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, namun Ia telah
mencela orang ini, menuduh zina orang itu, memakan harta orang ini, mengalirkan
darah orang itu, dan memukul orang ini. Lalu sebagian dan pahala kebaikannya
diberikan kepada orang ini, dan sebagian dari pahala kebaikannya diberikan
kepada orang itu. jika pahala kebaikannya telah habis sebelum memenuhi semua
kewaiban yang dibebankan kepadanya, maka diambillah sebagian dari dosa-dosa
mereka lalu dipikulkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka.”
(Ash-Shahihah: 1313)
IMAGE