Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Adab-Adab Beramal yang Berorientasi Akhirat


Dari Syadad bin Aus bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seorang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya, dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematiannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)


Adab-Adab Beramal yang Berorientasi Akhirat

“Dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematiannya.”

Penggalan hadits ini menunjukkan bahwa setiap kali melakukan suatu perbuatan, seorang yang cerdas senantiasa berorientasi akhirat. Karenanya, ia selalu memperhatikan adab –adab suatu amal agar diterima di sisi Allah Ta’ala dan menjadi tabungan pahala baginya di akhirat nanti. Di antara adab-adab itu adalah:

 Ikhlas dan Mutaba’atur-rasul
Setiap amal perbuatan yang kita harapkan mendapatkan balasan pahala di akhirat, hendaknya senantiasa didasari keikhlasan untuk mencari pahala dan ridha Allah, serta sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW. Ibnu Katsir berkata, “Inilah dua rukun amal yang akan diterima Allah Ta’ala, yakni hendaknya amal perbuatan itu ikhlas karena Allah dan sesuai syari’at Rasulullah SAW” (Tafsir Ibnu Katsir, 3: 133)

Mahabbah, Khauf, dan Raja’
Ketika melakukan suatu perbuatan, hendaknya yang mendorong seorang Muslim untuk beramal adalah kecintaan kepada Allah, ketakutan pada murka dan siksa neraka-Nya, serta harapan untuk mendapatkan ridha dan pahala surgaNya.

Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata: Barangsiapa beribadah kepada Allah karena takut, harap, dan cinta, maka ia adalah seorang Mukmin. Hal itu karena seorang Mukmin wajib beribadah kepada Allah dengan didasari ketiga aspek ini: mahabbah, khauf dan raja’. Semua harus direalisasikannya. Barangiapa mengabaikan salah satu dari ketiga aspek ini, berarti ia telah mengabaikan sebagian kewajiban iman.”

Mengakui KaruniaAllah
Dialah yang telah memberinya taufik, kemudahan, dan pertolongan untuk melakukan amal shalih sehingga ia dapat merealisasikannya. Tanpa taufik dari Allah, ia tidak akan pernah mampu melakukannya. Firman-Nya, ‘‘Aku tidak bermaksud apa-apa kecuali (melakukan) perbaikan selama aku masih mampu. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah.” (Hud: 88)

Mengakui Ada Kekurangannya
Sesudah melakukan amal shalih, ia mengakui adanya kekurangan hetapapun ia telah berupaya maksimal untuk beramal hanya karena Allah semata. Hal itu karena manusia tidak pernah lepas dari kekurangan dan tidak ada seorang pun sempurna dalam segala hal. Karenanya, setelah melakukan amal ibadah hendaknya hati dan iiwanya berada di antara harap dan cemas. Sebab ia tidak tahu apakah amal kebaikannya diterima Allah Ta’ala sehingga ia termasuk golongan orang-orang yang diridhai Allah dan selamat di akhirat, ataukah ditolak sehingga ia termasuk orang-orang yang dimurki Allah dan celaka di akhirat.

 Tidak Mengiringi Amal Kebaikan dengan Kemaksiatan
Ketika melakukan amal kebaikan, ia tidak mengiringi atau mencampur dengan kemaksiatan berupa kesyirikan, kekufuran, dan kemunafikan yang tentu akan menggugurkan amalnya sehingga celaka Ia di akhirat. Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu menyekutukan (Allah), niscaya terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Az-Zumar: 65)

“Barangsiapa kafir sesudah beriman, maka hapuslah amalannya dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (AI-Ma’idah: 5)

Tidak Mengiringi Amal Kebaikan dengan Kezhaliman
Kezhaliman terhadap orang lain akan merusak pahalanya atau mengakibatkan dipindahkannya pahala kebaikannya kepada orang yang dizhaliminya sehingga ia termasuk orang-orang yang bangkrut. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, namun Ia telah mencela orang ini, menuduh zina orang itu, memakan harta orang ini, mengalirkan darah orang itu, dan memukul orang ini. Lalu sebagian dan pahala kebaikannya diberikan kepada orang ini, dan sebagian dari pahala kebaikannya diberikan kepada orang itu. jika pahala kebaikannya telah habis sebelum memenuhi semua kewaiban yang dibebankan kepadanya, maka diambillah sebagian dari dosa-dosa mereka lalu dipikulkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka.” (Ash-Shahihah: 1313)


IMAGE
 



Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com