Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 11 September 2012

Perbedaan...





Perbedaan, jika tidak disikapi secara dewasa, hanya akan membuat pertengkaran dan pertengkaran, hingga akhirnya sengsara bagi pelakunya sendiri. Pertengkar­an, bagaimanapun, bentuknya akan berakibat tidak baik—sampai kapan pun.

Kerap kali kita bertengkar gara-gara sebuah perbedaan pendapat. Bahkan, dalam dunia pemikiran agama, ada pengarang muslim yang menulis buku yang isinya lebih untuk menyerang pendapat muslim lain. Sangat disayangkan jika para pengarang itu menulis demikian, di mana isinya lebih banyak menghujat daripada berusaha mencari titik temu. Apakah tidak lebih baik mereka menulis buku bertema­kan lain saja—yang isinya tidak menghakimi dan memprovokasi sebuah perpecahan umat.

Padahal, biasanya perbedaan yang sering terjadi di kalangan masyarakat kita hanyalah sebuah perbedaan sudut pandang saja—seperti kisah di atas.

Kita mengetahui kehidupan beragama semakin beragam dan terbuka. Era informasi membuat sesuatu menjadi lebih mudah, cepat, bebas, dan tidak terkendali. Apabila umat Islam di Indonesia masih menutup diri, tidak berbenah, dan hanya berkutat dalam masalah perbedaan sudut pandang di antara sesama penganutnya, maka dipastikan kita akan semakin jauh tertinggal.

Bukan rahasia lagi bahwa berbagai pandangan keagamaan yang saling berbeda muncul dari para ulama yang berbeda, meskipun masing-masing mendasarkan upaya ijtihadnya pada kitab al-Qur'an yang sama. perbedaan dalam aliran-aliran kalam, madzhab-madzhab fiqh, dan aliran-aliran tasawuf adalah ilustrasi yang sudah sangat akrab dan populer.

Penting diingat bahwa perbedaan pendapat manusiawi ini sudah barang tentu lahir dari latar belakang yang bersifat manusiawi pula. Kecenderungan personal, latar belakang pendidikan, kemampuan individual, konteks sosial, politik, dan budaya, semua dapat menyumbang secara signifikan terhadap lahirnya perbedaan pendapat seseorang.

Klaim kebenaran, egosentrisme, eksklusivisme, dan agresivitas adalah naluri dan sifat dasar manusia untuk mencintai dirinya sendiri, mencintai capaian-capaian‑nya, mencintai apa-apa yang dimilikinya, termasuk mencintai pandangan dan paham-paham keagamaan­nya sendiri. Mencintai diri, mencintai golongan, dan meneladani tokoh pujaan mendorong seseorang untuk memiliki secara eksklusif.

Sifat dasar yang sangat manusiawi ini menjelaskan mengapa orang gigih membela dan mempertahankan paham keagamaan yang dipandangnya paling baik.

Atas nama "Tuhan", tak jarang, kita justru ber­tengkar dengan sesama. Kita berlomba-lomba menjelek-jelekkan orang dan memvonisnya sebagai pen­dosa. Seolah hanya kita sajalah yang layak mendapat kemuliaan-Nya. Doktrin ini ikut pula melumpuhkan ajaran moralitas yang merupakan pokok ajaran Islam. Orang lupa bahwa ajaran Islam sangat menekankan amal shalih (etika) kepada sesama.

Dengan siapa pun tak ada pertengkaran yang dibolehkan. Selain tidak ada manfaatnya, pertengkaran sering menimbulkan bencana bagi kehidupan, seperti terjadi perang antarsuku, antarbangsa, bahkan antaragama.

Dalam sejarah Islam, Imam Ali bin Abi Thalib me­nemui ajal saat ditikam punggungnya dari belakang oleh Abdurrahman bin Muljam. Ali mencapai puncak kesyahidan karena memang demikian harapan beliau dalam setiap doanya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Al-Ashbagh al-Handhali berkata, "Saat terbit fajar, ia didatangi oleh Ibnu Tayyah, dan dikabarkan bahwa waktu subuh (saat adzan berkumandang) tampak Ali berjalan menuju masjid. Abdurrahman bin Muljam  diam-diam mengikutinya. Tatkala beliau sedang menjalankan shalat subuh, tiba-tiba Abdurrahman bin Muliam menikam punggungnya. Beliau pun roboh seraya berucap, 'Demi Allah, Sang Pemilik Ka'bah, kami telah mendapatkan kemenangan.' Kemudian, Imam Ali tidak mengatakan apa-apa selain ucapan laa ilaaha illallaah, hingga kematian datang menjemputnya.

Imam Ali meninggal pada usia 63 tahun. Beliau menghembuskan napasnya yang terakhir pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriah dan dikuburkan secara rahasia di wilayah Najaf.

Nah, Abdurrahman bin Muljam ini adalah tokoh Islam dari golongan Khawarij—konon lelaki kejam ini hafal al-Qur'an dan dahinya hitam karena banyak bersujud. Sayang, karena berbeda pendapat, la rela membunuh saudaranya sendiri.


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com