Haji adalah pembiasaan
jiwa untuk melakukan berbagai nilai-nilai terpuji, seperti penyerahan diri
kepada Yang Maha Menentukan segalanya, tindakan-tindakan berbuah keselamatan,
serta mengerahkan semua kemampuan, jerih payah dan harta di jalan yang
paling bergengsi: jalan Allah.
Demikian pula
tolong-menolong , kenal-mengenal serta
melaksanakan penghambaa) kepada Allah yang Maha Bijaksana. Semua itu merupakan
proses pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs), yang akan memunculkan pribadi
istimewa, dan bahkan nantinya akan mampu menghantarkan kita semua menuju
harapan yang tak akan membawa kekecewaan sedikitpun juga.
Perjalanan haji
benar-benar perjalanan orang-orang terpuji. Mengapa demikian? Bekal yang mereka
bawa sudah disterilkan dari barang-barang haram karena hati tidak akan sepakat
jika menuju Rumah Allah dengan bekal dari hasil haram. Sangat tidak pantas
tentu saja menghadap Allah dengan bekal dana korupsi, penipuan, atau
perzinahan. Hal semacam ini tentu tidak akan dilakukan oleh seorang hamba yang
tunduk merendah pada Allah Yang Maha Suci. Apakah keinginan meraih Surga dengan
haji mabrur akan kita capai dengan dana hasil haram? Tentu tidak pantas dan
juga tidak akan bisa!
Perjalanan haji
dijalani dengan penuh keridhaan, dengan mengeluarkan bekal dan infaq tanpa
ragu-ragu. Tidak pelit namun juga tidak boros. Memperbanyak infaq tidak
termasuk pemborosan karena mengeluarkan bekal di jalan haji merupakan infaq di
jalan Allah. Jelas Allah pasti melipatgandakan balasannya.
Ibnu Umar pernah
berkata: “Termasuk kedermawanan seseorang adalah kebaikan bekalnya dalam
perjalanannya. Haji yang paling utama ialah yang paling ikhlas niatnya, paling
bersih nafkahnya dan paling baik keyakinannya”.
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Haji yang mabrur tidak ada balasannya melainkan Surga.” Beliau ditanya, ”Wahai Rasulullah, apa kemabruran haji itu?” Nabi menjawab, “Perkataan yang baik dan memberikan makanan.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)
Subhanalah! Perjalanan
haji bagaikan langkah-langkah penyelamatan karena semakin menjauhkan pelakunya
dari segala hal yang sia-sia. Kemesuman dan perkataan yang jorok , termasuk
juga berbicara seputar masalah syahwat, dan hal-hal yang mengarahkan dan
membangkitkan dorongan syahwat, dilarang selama melakukan ibadah haji. Luar
biasa! Hati akan semakin fokus, lurus dan menjurus pada hal-hal bagus yang
diridhai oleh Allah Yang Maha Indah.
Perjalanan haji adalah
perjalanan indah menuju Allah, yang akan membuat hati pelakunya menjadi
sensitif untuk menjauhi setiap yang berbau pelanggaran kepada Allah Yang Maha
Perkasa. Ia akan semakin menyadari betapa kecil dan hinanya ia di hadapan Allah
Yang Maha Agung. Bahkan hatinya telah berkomitmen, sangatlah tidak patut
seorang hamba yang lemah dan hina dina ini melanggar sekecil apapun dari
aturan-aturan-Nya. Bahkan ia mampu tidak melakukan perdebatan, yakni
berlebih-lebihan dalam bertengkar dan berbantah-bantahan sehingga dapat
menimbulkan antipati dan mengacaukan ketenangan pelaksanaan ibadah haji.
Sebagaimana firman Allah: “Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu
akan mengerjakan haji, maka tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan dalam masa mengerjakan haji….” (QS Al-Baqarah:197)
Perjalanan haji
merupakan perjalanan hamba dengan penampilan sederhana dan sama sekali tidak
menyombongkan kemewahan yang selama ini menghiasinya. Ia sama sekali tidak
mengeluh ataupun menggerutu dengan penampilannya yang lusuh, berdebu bahkan
dekil. Ia merasakan gaya hidup baru yang membuatnya terharu karena bahagia,
bertolak belakang dengan bayang-bayang hantu materialisme yang senantiasa
meneriakkan slogan bahwa kemuliaan, kesuksesan, kebahagiaan dan harga diri
sangat tergantung dengan perolehan dan simpanan materi dunia.
Kepada para jamaah haji, Allah memberikan pujian dengan berkata, “Lihatlah para
penziarah rumah-Ku. Mereka mendatangi-Ku dalam keadaan lusuh dan berdebu dari
segala segala penjuru yang jauh.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)
Perjalanan haji juga
akan mengikis sifat kikir dari hati pelakunya. Betapa tidak! Dengan penuh
keridhaan, seorang jamaah haji menyembelih hewan qurban yang berkualitas
tinggi, harganya mahal dan tanpa ia tawar ketika membelinya. Sehingga, sepulang
dari haji telah terpola dengan indah pada benaknya: apa yang bisa saya berikan
dan saya korbankan untuk membantu saudara saya?
Selepas haji, tidak
akan lagi tercoret dalam memori berbagai keinginan busuk untuk mengorbankan
orang lain demi memuaskan nafsu yang rendah dan hina. Dengan perjalanan haji,
seorang hamba akan menjadi sadar bahwa semua perbuatan jahat pasti kembali
kepada pelakunya.
Berbuat jahat kepada
orang lain sebenarnya berbuat jahat kepada diri sendiri. Dan hanya orang-orang
bodoh yang mau menganiaya diri sendiri dengan cara menganiaya orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya, “Apakah kemabruran haji
itu?” Beliau menjawab, “Teriakan talbiyah dan penyembelihan unta.” (HR. Tirmidzi
dan Al-Hakim)
Subhanallah!
Perjalanan haji merupakan perjalanan dalam rangka membuang jauh-jauh
sampah-sampah yang bercokol pada jiwa. Sampah yang tidak bermanfaat bahkan
sampah yang bisa mengundang banyak penyakit. Dapatlah kita bayangkan jika yang
pergi haji adalah para pemimpin negeri ini. Muncullah setelah haji para
pemimpin yang takut menzhalimi rakyatnya, senang membantu, melayani dan
berkorban demi kebahagiaan rakyatnya, dan memang disinilah semestinya letak
kebahagian seorang pemimpin itu.
Haji memberikan
harapan yang luar biasa! Munculnya manusia-manusia baru yang bisa menjadi
contoh bahkan guru bagi terciptanya kehidupan tenteram dalam kepasrahan kepada
Allah semata. Terwujudnya kebahagian hidup dalam berbagi. Munculnya kehidupan
damai dalam naungan keadilan. Makin meluasnya area kehidupan yang semakin
harmonis karena dihiasi dengan akhlaq yang terpuji dan kelembutan hati. Semakin
terasa suasana dan nuansa penuh gairah dalam memperbanyak dan
berlomba-lomba dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang berkualitas,
karena keyakinan bahwa masa depan yang pasti cuma satu: yaitu kematian.
Selamat jalan
saudara-saudaraku, para tamu Allah. Selamat menempuh perjalanan yang sangat
istimewa, perjalanan yang penuh makna. Semoga Anda semua meraih haji mabrur dan
semoga kami yang belum berkesempatan menjalankannya segera dipanggil ke
baitullah. Haji yang menjadikan pelakunya sebagai pribadi terpuji. Kami
merindukan kedatanganmu, wahai pribadi-pribadi terpuji.
Sumber : http://ikadijatim.org
Ilustrasi : images.solopos.com