Kedua yang
dapat dilakukan untuk memperbanyak ibadah di fase sepertiga terakhir adalah
memperbanyak membaca Al-Qur’an. Kegiatan ibadah membaca Al-Qur'an ini dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja, kecuali di tempat-tempat yang dilarang,
seperti toilet mengingat tempatnya najis, dan lainnya.
Imam
Syarofuddin An-Nawawi menjelaskan bahwa membaca Al-Qur'an di akhir malam lebih
baik ketimbang awal malam. Secara lebih khusus, membaca Al-Qur'an yang paling
baik di siang hari adalah setelah shalat shubuh.
Syekh Sayid
Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin menambahkan bahwa membaca Al-Qur'an di
malam hari lebih utama daripada siang hari karena lebih fokus.
Ketiga,
memperbanyak i’tikaf di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebab, Rasulullah SAW
melakukan hal tersebut sebagai bentuk meningkatkan ibadahnya, i’tikaf
ini.
Meskipun
dalam kondisi pandemi Covid-19, i’tikaf tetap dapat dilakukan. Sebagian ulama
mazhab Syafi’i memperbolehkan i'tikaf di ruangan dalam rumah yang dikhususkan
untuk shalat. Hal ini disepadankan dengan prinsip 'jika shalat sunnah saja yang
paling utama dilakukan di rumah, maka i’tikaf di rumah semestinya bisa
dilakukan'.
Selain itu,
Rasulullah SAW juga menghidupkan malam-malam Ramadhan. Dalam Shahih Muslim,
Sayidah Aisyah ra mengaku menyaksikan Nabi beribadah selama Ramadhan hingga
menjelang Subuh. Bahkan, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW selalu membangunkan
keluarganya dalam sepuluh malam terakhir. Hal itu menunjukkan saking
istimewanya malam-malam tersebut.
Rasulullah
SAW juga mengencangkan ikat pinggang pada malam-malam tersebut agar dapat
menghindarkan diri dari tempat tidur dan menggauli istrinya. Dengan itu,
Rasulullah dapat lebih fokus menjalani ibadah malamnya.
Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/tiga-ibadah-dan-amalan-rasulullah-10-hari-terakhir-ramadhan-EKP6e