Manusia tak luput dari perbuatan dosa, baik kecil maupun besar. Kemaksuman (keterjagaan dari dosa) di kalangan manusia hanya diberikan Allah kepada para nabi dan rasul. Meski demikian, nyatanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam rutin meminta ampunan kepada-Nya. Bila Nabi Muhammad saja—yang suci dan sudah dijamin masuk ke surga—masih memohon ampunan kepada Allah setiap harinya, bagaimana dengan kita yang lemah dan kerap lalai ini?
Dalam
Shahih al-Bukhari disebutkan: Dari Abu Hurairah RA beliau berkata,“Aku
telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Allah
aku sungguh memohon ampun dan bertobat kepada Allah setiap harinya lebih dari
tujuh puluh kali” (HR. Al-Bukhari)
Meski
hal yang niscaya bahwa manusia akan berbuat dosa, bukan berarti hal tersebut
diperbolehkan oleh agama. Walaupun Allah selalu memberikan kesempatan kepada
hambanya untuk bertobat, bukan berarti mengulang-ulang perbuatan maksiat adalah
halal.
Yang
penting manusia lakukan adalah menyeimbangkan antara sifat khauf dan raja`.
Khauf adalah takut terhadap siksa, juga rasa bersalah dan menyesal ketika
melakukan perbuatan dosa. Adapun raja` adalah rasa penuh harap akan karunia
berupa surga sebagai balasan dari ketaatan yang dilakukan.
Manusia
tak jarang dihinggapi kesulitan untuk meninggalkan maksiat. Usai berbuat dosa,
bisa jadi ia menyesal, tapi di hari-hari berikutnya perbuatan itu terulang
kembali, kemudian menyesal lagi, dan begitu seterusnya.
Ketika
dalam keadaan demikian, maka jalannya adalah tobat lagi dan lagi, tak ada lain,
dan jangan lupa untuk meyakinkan bahwa hal ini tidak terulang kembali. Jangan
berlarut-larut dalam kesedihan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Seandainya kamu sekalian tidak mempunyai dosa sedikit pun, niscaya
Allah akan menciptakan suatu kaum yang melakukan dosa untuk diberikan ampunan
kepada mereka” (HR. Muslim)
Hadits
di atas seakan adalah sabda penghibur bagi hati yang sedang diselimuti lara dan
kesedihan akibat penyesalan dosa. Pernyataan Rasulullah tersebut secara
implisit menegaskan bahwa Allah adalah Maha Pengampun.
Syekh
Sa’id Ramadhan al-Buthi dalam ceramahnya sering sekali memberikan tausyiah
terkait luasnya pintu ampunan Allah subhanahu wata’ala. Beliau selalu
menyampaikan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang tak terbatas, hinga
beliau menyarankan bagi seseorang jika terjatuh dalam kubangan maksiat
hendaknya menyesal dengan sangat, menangislah sebisanya, kemudian memohon ampun
sembari merenung:
“Wahai
Tuhanku, aku lemah, aku tidak dapat menguasai diriku sama sekali. Tidaklah aku
mendurhakai-Mu karena kesombonganku kepada-Mu, melainkan karena peristiwa yang
Engkau tetapkan atasku. Inilah aku di hadapan-Mu, aku bertobat kepada-Mu, akan
tetapi tolonglah diriku wahai Tuhan semesta alam, aku bertobat kepada-Mu,
tuntunlah aku menuju Engkau, wahai Tuhan semesta alam, tuntunlah diriku dari
nafsuku wahai Tuhan semesta alam, sesungguhnya nafsuku dapat mengalahkanku. Ya
Allah bantulah aku untuk mengatasinya” (Diambil dari khutbah Shalat Istisqa`
Syekh Sa’id Ramadhan al-Buthi, 23/10/2009).
Sumber: https://islam.nu.or.id/ubudiyah/sesali-perbuatan-dosa-bacalah-munajat-syekh-ramadhan-al-buthi-ini-5SB8n