Kejadian pagi ini...
Saya tercengang dengan kelakuan saya sendiri. Pagi setelah
menempuh jarak jauh ke sekolah anak kedua, saya mengantar keperluan anak di
pondoknya, lebih jauh lagi. Lanjut menuju ke kantor memacu motor menyusuri
jalanan kecil yang memisahkan sungai di kanan saya dan hamparan sawah yang
sangaaaat luas di kiri saya. Kebetulan jalanan sepi karena memang jalan
alternative dan tidak banyak yang melalui, sepi sekali meskipun jam sangat
sibuk menjelang jam masuk sekolah dan jam masuk kantor.
Diujung jalan kecil panjang itu ada pertigaan yang sangat
ramai, saya harus belok kanan kearah untuk melewati jembatan. Dari kiri lalu
lintas sangat ramai terlihat sampai jarak yang cukup jauh. Menengok ke kanan,
saya tidak bias melihat keramaian sampai jauh karena terhalang jalan jembatan
yang cukup tinggi. Waktu semakin siang, jalur semakin rame, masuk jalur utama
masih susah. Seorang polisi dengan santai sambil merokok berjalan ke area
pertigaan. Saya Cuma membatin, apa tidak semestinya di pertigaan ini ada polisi
yang berjaga? Tiba tiba polisi ini menghentikan jalur dari kanan dan kiri saya.
Saya memastikan kendaraan dari kanan dan kiri telah berhenti semua, segera saya pacu motor naik jembatan menuju
kantor.
Di tengah perjalanan saya baru sadar, kok tadi saya tidak
mengucapkan terima kasih ke polisi tadi ya? Bukankah dia sudah membantu saya
menyeberang. Jangan-jangan saya berpikir kalau memang itu tugas mereka dan saya
tidak mengucapkan terima kasih. Pikiran saya
melayang kemana-mana, bukankah setiap mengisi bensinpun saya ucapkan
terima kasih pada petugas di pom bensin, mengapa kepada polisi yang menolong
saya itu tak saya lakukan.
Terima kasih yang hilang
Saya jadi teringat banyak kejadian, betapa banyak orang yang
ditolong tapi tidak mengucapkan terima kasih, pada istri yang membuatkan kopi
dan makan kita, pada suami yang melindungi istrinya, pada guru yang mendidik
kita, pada polisi yang membantu menyeberang, pada petugas yang membantu
membuatkan ktp, akte lahir, surat-surat penting, mengambilkan barang yang
terlalu tinggi di supermarket, pada anak buah yang membantu, pada juru gaji
yang mengurus gaji kita, pada petugas ekspedisi yang mengantarkan barang kita?
Sebenarnya ayat “lainsyakartum la-aziidanakum” sudah mengajarkan
kepada kita untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan. Secara lisan
mengucapkan hamdallah, secara amal dengan membagi dan memanfaatkan nikmat
dengan baik dan benar. Atas pertolongan orang lain salah satu bentuk rasa
syukur kita dengan mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang menolong atau
member sesuatu kepada kita.
Fenomena lampu pengatur lalu lintas
Rasa terima kasih yang sering tidak terucapkan, lebih banyak
karena hilangnya rasa syukur kita kepada mereka yang membantu kita, bukan factor
lain dari luar. Salah satu sebab yang cukup dominan orang tidak mengucap terima
kasih adalah karena menganggap bahwa itu adalah tugas mereka,” toh itu kan
tugas mereka”, “kan mereka sudah dibayar untuk pekerjaan itu”, “buat apa kita
ucapkan terima kasih atas tugas mereka”?
Polisi pengatur lalu lintas yang mestinya mengatur lalu lintas selama 24 jam selama ada pengendara yang lewat digantikan dengan teknologi lampu pengatur lalu lintas. Realita yang ada, polisi lalu lintas yang membantu melancarkan jalan kita banyak dianggap sebagaimana lampu lalu lintas. Seperti mesin yang membantu kita mengatur jalan kita. Bias jadi profesi lain jika dirasa cukup efektif dan efisien, sedikit demi sedikit akan digeser teknologi robot untuk melayani kita.
Fenomena SKYNET
Kalau Anda mengamati perkembangan cerita-cerita fiksi dalam
film Hollywood, Anda pasti akan banyak mendengar bagaimana skynet beroperasi.
Dunia robot menguasai dan menghancurkan kehidupan manusia. Produksi pabrikan
menggunakan robot, keamanan ada Robocop, pertahanan ada skynet. Banyak
diimajinasikan pada masa depan robotlah yang akan menguasai dan mengendalikan
dunia.
Bias jadi jika rasa terima kasih kita tak lagi bersemayam
dalam hati kita, rasa tidak peduli pada orang lain akan menyebar pada seluruh
aspek kehidupan kita dan menjadi ummat yang egois dengan puncak perilaku :
Budaya saling memusuhi.
Image :
http://www.businessweek.com/articles/2014-02-07/a-creator-of-skynet-ponders-google
Image :
http://www.businessweek.com/articles/2014-02-07/a-creator-of-skynet-ponders-google