Punya anak yang beranjak remaja ternyata butuh strategi sendiri. Maklum, mereka sedang dalam masa transisi pencarian jati diri. Jika orang tua terlalu keras, anak bisa-bisa mencari oase di luar rumah. Namun, bila terbilang longgar, dampaknya pun tidak lebih baik. Si remaja ini amat mungkin juga terjerumus dalam pergaulan bebas.
Bagaimana
menghadapi ini? Psikolog anak, Elly Risman Musa, menyarankan, untuk gaul dengan
anak-anak remaja yang orang tua butuhkan bukan hanya pengetahuan tentang
apa-apa yang sedang in pada kehidupan anak remaja. Yang paling penting adalah
sikap kita sebagai orang tua. Sebagai orang tua remaja, kita harus mengontrol
emosi dan menempatkan diri sebagai sahabat untuk mereka.
Dengan
sikap menerima, remaja merasa dipahami dan secara otomatis mereka akan terbuka
pada orang tua. Hindari kata-kata menduga terlalu jauh seperti ''Kamu pasti
sudah menonton VCD porno. Teman-temanmu kelihatannya anak-anak nakal!!''
''Bangunlah
kepercayaan remaja pada orang tua sehingga mereka aman dan nyaman berbicara
pada kita,'' ujar Elly. Sesungguhnya, lanjutnya, mereka memiliki banyak masalah
dan membutuhkan teman bicara yang dapat menjadi pendengar yang baik. Jika orang
tua menjadi teman curhat remaja berarti Anda menjadi orang tua yang gaul.
Anak
akan berbicara dengan bahasa atau kata-kata yang biasa mereka gunakan dengan
teman. Jika orang tua kurang paham, orang tua dapat bertanya tentang makna
bahasa mereka. Secara langsung Anda mengetahui istilah-istilah mereka.
Makin
banyak Anda kenal dan sesekali menggunakan kata-kata itu, anak makin merasa
dekat dengan orang tua. Selanjutnya kita benar-benar menjadi sahabat remaja.