Bulan Syuro atau dalam kalender
Islam disebut bulan Muharram, yang dikenal mistis atau sial ini, ternyata
menyimpan limpahan keberkahan. Menepis anggapan khurofat yang telah membudaya
di masyarakat tanah air. Di antara lapis-lapis keberkahan di bulan Syuro adalah
melakukan puasa di bulan ini, nilai pahalanya, puasa paling afdhol setelah
puasa Ramadhan.
Dalilnya hadis dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasa yang paling afdol setelah puasa
Ramadhan adalah puasa yang dilakukan di bulannya Allah, yaitu Muharram.” (HR.
Muslim)
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah
menjelaskan hadis di atas dengan menukil pernyataan Abu Ubaid. “Abu Ubaid
menerangkan: “Bulan Muharram dinisbatkan oleh Nabi kepada Allah Yang Maha Mulia
padahal seluruh bulan adalah milik Allah, untuk menunjukkan kemuliaan dan
keagungan bulan ini. Segala yang mulia, selalu dinisbatkan kepada Allah.”
(Kasyful Musykil jilid 3, hal. 597, tahqiq: Dr. Ali Husain Al-Bawab)
Bagaimana dengan puasa di bulan
Sya’ban? Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak puasa di
bulan tersebut sebagai indikasi afdolnya puasa di bulan Sya’ban?
Demikian yang diceritakan Aisyah
radhiyallahu’anha. “Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain
pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih
banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, hadis di atas bukan
berarti puasa di bulan Sya’ban adalah yang terafdol setelah puasa Ramadhan,
melebihi puasa bulan Muharram. Alasannya dijelaskan Imam Nawawi rahimahullah
berikut. “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Puasa yang paling afdol
setelah puasa Ramadhan adalah puasa yang dilakukan di bulannya Allah, yaitu
Muharram” adalah sebagai dalil tegas bahwa bulan Muharram adalah bulan paling
afdol untuk melakukan puasa. Telah kami jelaskan jawaban pertanyaan tentang
Nabi memperbanyak puasa di bulan Sya’ban bukan di bulan Muharram, kami paparkan
dua poin:
Pertama, bisa jadi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui keutamaan Muharram di akhir hayat beliau.
Kedua, atau saat bertemu
dengan bulan Muharram, beliau sedang berada dalam kondisi uzur tidak puasa.
Bisa karena safar, sakit, atau yang lainnya.”
(Shahih Muslim Bi Syarhi
An-Nawawi 8/55)
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali
rahimahullah menambahkan penjelasan, bahwa pembagian afdoliyah puasa setelah
puasa Ramadhan ada dua macam.
Pertama, Puasa bulanan yang
paling afdol adalah puasa di bulan Muharram.
Kedua, Puasa harian yang
paling afdol adalah puasa di hari-hari khusus yang dianjurkan puasa, seperti
puasa Arofah, puasa Syawal, dan lain-lain.
Dalam kitab karyanya yang
berjudul Lathoiful Ma’arif, beliau rahimahullah menjelaskan: “Hadis tersebut
(tentang keutamaan puasa di bulan Muharram) sebagai dalil tegas bahwa puasa
tathowwu’/sunah yang paling afdol setelah puasa Ramadhan adalah puasa yang
dilakukan di bulannya Allah yaitu Muharram. Dan mungkin saja maksudnya adalah
puasa di bulan Muharram adalah puasa bulanan penuh yang paling afdol setelah
puasa di bulan Ramadhan. Adapun puasa pada sebagian hari yang terdapat dalam
bulan-bulan maka pahalanya lebih afdol daripada puasa di hari yang selainnya,
seperti puasa Arofah, puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah, puasa enam hari
Syawal, dan yang lainnya.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 77, tahqiq: Yasin Muhammad
Sawwas)
Puasa
apa yang bisa kita lakukan di bulan Syuro ini?
Ya bisa puasa sunah yang populer
seperti puasa Dawud, puasa Senin Kamis, puasa tiga hari setiap bulan, atau
puasa Ayyamul Bidh.
Atau bisa juga puasa tathowwu’,
yaitu berniat puasa sunah yang tidak terikat oleh hari. Atau bisa diisi dengan
puasa Qodo’ bagi yang memiliki hutang puasa Ramadhan.
Wallahul muwaffiq.
Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori
Sumber : https://konsultasisyariah.com/36479-ternyata-puasa-di-bulan-syuro-adalah-puasa-paling-afdol-setelah-puasa-ramadhan.html