Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 02 November 2012

Ibu Dan Suami Yang Buta


Lama tidak mudik dengan kereta api. Sekalian menjenguk orang tua, menikmati panasnya suasana kereta. Tempat duduk dekat pintu (dan tentu dekat wc) dianggap nyaman saja. Tempat duduk lain dalam deretan bangku sy kebetulan masih kosong, begitupun deretan bangku di depan sy.

Sampai di daerah ngawi, naiklah sekeluarga, bapak, ibu dan seorang anak. Ribet bener mereka mencari tempat duduk. Yang nomor 23d disebelah saya. Yang nomor 22 di belakang saya. Kebetulan nomor 22 ditiduri balita, pengennya suruh pergi balita itu.

"maaf bu, anak saya kasihan, baru bisa tidur. Tolong ibu duduk di bangku yang kosong dulu, nanti kalau anak saya sudah bangun, ibu pindah sini." ibu si bayi memohon.

 "lho ini tempat duduk saya. Gimana ibu ini, kok bisa anak ibu ditidurkan di tempat duduk saya." si ibu yang punya tempat duduk bicara dengan keras.

"Ya sudah bu, silakan ibu duduk sini. Lagian anak saya sudah bangun gara-gara suara ibu terlalu keras."

"Gitu dong." "ayo pak, barangnya dinaikkan disini." si ibu menyuruh suaminya yang buta sebelah dengan nada kurang enak. Suaminya tanpa banyak bicara menaikkan barang2 di atas tempat duduk itu.

"pak, ini yang satu dimana duduknya?"
"nomor berapa." "29."
"Waduh dimana lagi ini"
"ayo dicari dulu ke belakang." mereka ngeloyor ke belakang. Tak lama lagi balik. Tidak ketemu!
"ini nomor 23, terus yang ini nomor 24. Berarti nomor 29 di gerbong depannya. Saya langsung melirik ke atas, tempat terpampang nomor kursi. Mentoknya nomor 24.

Saya gantian ngomong. "Maaf bu. Kereta ini hanya sampai nomor 24."
"Berarti di gerbong depannya dong."
"Enggak, maksimal 24. Coba saya lihat nomor ibu." saya perhatikan. Tertulis angka 9.
"Bu, ini nomor 9, bukan 29. Duduknya di belakang sana."
"walah, lha kok jauh amat! Pak, sana dicari dulu." suruh si ibu.

Gak tega juga melihat si bapak yang buta sebelah dari tadi disuruh-suruh begitu. "Sudahlah, duduk sini saja dulu. Ini juga semua kosong. Nanti kalau yang punya kursi datang, baru ibu pindah." begitu kata saya.
"ya sudah. Kita duduk sini saja." mereka bertiga duduk disamping dan di depan saya.

Setelah duduk,tak berhenti ributnya. Ribut masalah hp, sms, low bat, pengamen, pedagang, barang bawaan, mau turun mana. Hiiiiiiih...

Debat selesai. Diam. Agak tenang. Si ibu gantian menginterogasi saya, semua pertanyaan keluar. Saya jawab singkat.
Pertanyaan terakhir, "mas kerja dimana?"
Saya tidak nyaman dengan pertanyaan si ibu akhirnya saya jawab mantap, "serabutan bu."
Si ibu langsung bilang , "Ooooooo." sambil memalingkan wajah dan pasang headset, denger musik. Sampai sy turun duluan.

Hari yang aneh.

Stasiun kutoarjo, 3 Nopember 2012.

 


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com