Perkiraan
saya, begitulah kata-kata yang diucapkan nenek pasien Covid ini. Kalau
diterjemahkan secara bebas kira-kira: “Gimana to? Mulai dirawat di Rumah Sakitnya
bareng, kok pulangnya tidak bareng .” Nenek ini tidak tahu saat putra
tercintanya meninggal di ranjang sebelah. Kepanikan dan isak tangis suara Video
Call memanggil nama anaknya saat sakaratul maut datang sama sekali tidak membuatnya
tahu bahwa anaknya telah tiada.
Keinginan
nenek ini untuk pulang akhirnya terkabul. Setelah berjuang beberapa hari
mencari Ambulance yang bisa mengantar ke rumahnya di luar kota. Bertemu dengan
putri-putrinya yang masih tersisa. Ya… dengan sisa kesadaran yang masih
dimilikinya, masih bisa minta satu-dua minuman yang diinginkannya, minta
disiapkan makanan yang disukainya.
Sampai saat
drop, suhu naik, nafas lemah, saturasi merosot. Perjuangan mencari Ambulance
lagi-lagi mengalami kendala. Banyak pihak dihubungi, dan 3 jam baru ada
ambulance yang bisa mengantar Kembali ke Rumah sakit.
Nenek ini di
ujung nafasnya tidak ditemani oleh putri-putrinya yang sangat disayang sejak di
dalam kandungan. Betapa hancur perasaan nenek ini di akhir hayatnya harus
sendirian tanpa didampingi keluarga ketika nafasnya terlepas satu demi satu,
dalam keheningan saat menelusuri Lorong sepi dari IGD sampai Ruang isolasi. Bahkan
nyawa beliau tidak bertahan sampai di Ruang Isolasinya.
Dan
akhirnya bersamaan tenggelamnya Mentari sore, meluncurlah mobil jenazah,
meraung-raung membelah kota, menyeruak diantara padatnya kendaraan di jalanan menuju
tempat peristirahatan terakhirnya yang sunyi, sepi, bersebelahan dengan banyakya
gundukan tanah baru di sudut makam yang gelap.
Semoga
Allah mengampuni dosa-dosa beliau, menerima amal ibadahnya, diluaskan alam
quburnya, dijadikan alam quburnya sebagai taman-taman surga, semoga menjadi
syuhada, istirahat dengan tenang. Sakitnya, pedihnya, sesaknya nafas, beratnya
cobaan, kerinduan pada suami, anak dan cucunya, kesendirian dan kesepian di
ujung hayat yang dirasakannya… semoga menjadi penghapus dosa-dosa beliau.
Baca juga : Gimana rasanya sakit Covid?
Ya… saya
kenal dengan nenek yang saya ceritakan ini, mertua saya yang selalu minta
dipotong rambutnya setiap saya berkunjung. Kisah-kisah lain tidak perlu saya
ceritakan, karena sangat mungkin yang dirasakan mirip dengan beliau.
Pembaca, saya bukan hendak membangunkan duka yang pembaca rasakan jika ada keluarga yang meninggal dan diberlakukan protocol Covid. Saya hanya ingin kita
membayangkan betapa beratnya setiap detik saat malaikat maut menghampiri.
Meskipun ditunggu sekian banyak famili, sesungguhnya saat kematian datang kita
hanya sendirian, hanya ridho kita pada ketetapan Allah yang menemani dan
menjadikannya mudah.
Akan ada
banyak kejadian sangat berat yang terlihat kasat mata, belum lagi yang dirasakan
saat ajal menjelang. Saat Anda tidak lagi bisa berkomunikasi dengan sempurna,
rasa haus Anda akan sangat menyiksa, permintaan air Anda tidak dimengerti
keluarga yang menunggu. Anda tetap dalam kehausan, sementara yang menunggu Anda bisa menikmati jus atau minuman lain dengan nikmatnya. Saat Anda lapar dan memberitahu keluarga, mereka tidak
lagi mengerti dan membiarkan Anda merasakan sampai akhir hayat Anda
Baca juga : Kapak di Liang Lahat
Di sini
perlunya kita melatih kesabaran, belajar menahan amarah, mengendalikan emosi,
ridho dengan ketentuan Allah dan ikhlas. Jika sekarang kita masih mudah marah,
emosi dan tidak ridho pada ketentuan Allah, bagaimana kita nanti menghadapi
saat-saat berat itu?
Allaahumma
Innaa Nas Aluka Salaamatan Fid Diin, Wa ‘Aafiyatan Fil Jasad, Wa Ziyadatan Fil
‘Ilmi, Wabaròkatan Fir Rizqi, Wa Taubatan Qòblal Maut, Waròhmatan ‘Indal Maut,
Wa Maghfiròtan Ba’dal Maut. Allaahumma Hawwin ‘Alainaa Fii Sakarootil Maut, Wan
Najaata Minan Naar, Wal ‘Afwa Indal Hisaab
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keselamatan ketika beragama,
kesehatan badan, limpahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datangnya
maut, rahmat pada saat datangnya maut, dan ampunan setelah datangnya maut.”
“Ya
Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, berikanlah kami
keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat hisab”.
Wallahua’lam
Doa
dikutip dari https://kumparan.com/berita-update/doa-agar-mudah-menghadapi-sakaratul-maut-1vPW6erZBG5/full
Image : Prosesi pemakaman mertua.
Arti kata "derit" :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata derit adalah
tiruan bunyi lantai bambu diinjak, engsel yang tidak berminyak dan sebagainya.
( https://lektur.id/arti-derit/ )