Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 08 Oktober 2021

Derit-derit Ranjang Kematian Pasien Covid



Kisah nyata. Cerita dalam tulisan ini adalah kisah nyata, sama sekali bukan fiksi.

“Lha piye to, mlebu Rumah Sakit bareng kok mulihe ora bareng.”

Perkiraan saya, begitulah kata-kata yang diucapkan nenek pasien Covid ini. Kalau diterjemahkan secara bebas kira-kira: “Gimana to? Mulai dirawat di Rumah Sakitnya bareng, kok pulangnya tidak bareng .” Nenek ini tidak tahu saat putra tercintanya meninggal di ranjang sebelah. Kepanikan dan isak tangis suara Video Call memanggil nama anaknya saat sakaratul maut datang sama sekali tidak membuatnya tahu bahwa  anaknya telah tiada.

Keinginan nenek ini untuk pulang akhirnya terkabul. Setelah berjuang beberapa hari mencari Ambulance yang bisa mengantar ke rumahnya di luar kota. Bertemu dengan putri-putrinya yang masih tersisa. Ya… dengan sisa kesadaran yang masih dimilikinya, masih bisa minta satu-dua minuman yang diinginkannya, minta disiapkan makanan yang disukainya.

Sampai saat drop, suhu naik, nafas lemah, saturasi merosot. Perjuangan mencari Ambulance lagi-lagi mengalami kendala. Banyak pihak dihubungi, dan 3 jam baru ada ambulance yang bisa mengantar Kembali ke Rumah sakit.

Nenek ini di ujung nafasnya tidak ditemani oleh putri-putrinya yang sangat disayang sejak di dalam kandungan. Betapa hancur perasaan nenek ini di akhir hayatnya harus sendirian tanpa didampingi keluarga ketika nafasnya terlepas satu demi satu, dalam keheningan saat menelusuri Lorong sepi dari IGD sampai Ruang isolasi. Bahkan nyawa beliau tidak bertahan sampai di Ruang Isolasinya.

Dan akhirnya bersamaan tenggelamnya Mentari sore, meluncurlah mobil jenazah, meraung-raung membelah kota, menyeruak diantara padatnya kendaraan di jalanan menuju tempat peristirahatan terakhirnya yang sunyi, sepi, bersebelahan dengan banyakya gundukan tanah baru di sudut makam yang gelap.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau, menerima amal ibadahnya, diluaskan alam quburnya, dijadikan alam quburnya sebagai taman-taman surga, semoga menjadi syuhada, istirahat dengan tenang. Sakitnya, pedihnya, sesaknya nafas, beratnya cobaan, kerinduan pada suami, anak dan cucunya, kesendirian dan kesepian di ujung hayat yang dirasakannya… semoga menjadi penghapus dosa-dosa beliau.

Baca juga : Gimana rasanya sakit Covid?

Ya… saya kenal dengan nenek yang saya ceritakan ini, mertua saya yang selalu minta dipotong rambutnya setiap saya berkunjung. Kisah-kisah lain tidak perlu saya ceritakan, karena sangat mungkin yang dirasakan mirip dengan beliau.

Pembaca, saya bukan hendak membangunkan duka yang pembaca rasakan jika ada keluarga yang meninggal dan diberlakukan protocol Covid. Saya hanya ingin kita membayangkan betapa beratnya setiap detik saat malaikat maut menghampiri. Meskipun ditunggu sekian banyak famili, sesungguhnya saat kematian datang kita hanya sendirian, hanya ridho kita pada ketetapan Allah yang menemani dan menjadikannya mudah.

Akan ada banyak kejadian sangat berat yang terlihat kasat mata, belum lagi yang dirasakan saat ajal menjelang. Saat Anda tidak lagi bisa berkomunikasi dengan sempurna, rasa haus Anda akan sangat menyiksa, permintaan air Anda tidak dimengerti keluarga yang menunggu. Anda tetap dalam kehausan, sementara yang menunggu Anda bisa menikmati jus atau minuman lain dengan nikmatnya. Saat Anda lapar dan memberitahu keluarga, mereka tidak lagi mengerti dan membiarkan Anda merasakan sampai akhir hayat Anda

Baca juga : Kapak di Liang Lahat

Di sini perlunya kita melatih kesabaran, belajar menahan amarah, mengendalikan emosi, ridho dengan ketentuan Allah dan ikhlas. Jika sekarang kita masih mudah marah, emosi dan tidak ridho pada ketentuan Allah, bagaimana kita nanti menghadapi saat-saat berat itu?

Untuk itulah kita diajarkan untuk selalu berdoa :

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

Allaahumma Innaa Nas Aluka Salaamatan Fid Diin, Wa ‘Aafiyatan Fil Jasad, Wa Ziyadatan Fil ‘Ilmi, Wabaròkatan Fir Rizqi, Wa Taubatan Qòblal Maut, Waròhmatan ‘Indal Maut, Wa Maghfiròtan Ba’dal Maut. Allaahumma Hawwin ‘Alainaa Fii Sakarootil Maut, Wan Najaata Minan Naar, Wal ‘Afwa Indal Hisaab

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keselamatan ketika beragama, kesehatan badan, limpahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datangnya maut, rahmat pada saat datangnya maut, dan ampunan setelah datangnya maut.”

“Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, berikanlah kami keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat hisab”.

 

Wallahua’lam

 

Doa dikutip dari https://kumparan.com/berita-update/doa-agar-mudah-menghadapi-sakaratul-maut-1vPW6erZBG5/full

Image : Prosesi pemakaman mertua.

Arti kata "derit" : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata derit adalah tiruan bunyi lantai bambu diinjak, engsel yang tidak berminyak dan sebagainya. ( https://lektur.id/arti-derit/ )


Puasa melembutkan Jiwa


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com