Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 01 Januari 2025

5 Langkah Taubat Nashuha

Taubat nashuha adalah pintu menuju ampunan dan rahmat Allah. Dengan melakukan taubat yang tulus, seorang hamba tidak hanya menghapus dosa-dosanya, tetapi juga memperoleh kedekatan dengan Allah, kehidupan yang lebih berkah, dan jaminan surga di akhirat. Jangan pernah menunda taubat, karena pintunya senantiasa terbuka hingga ajal tiba.

 

1. Pengertian Taubat Nashuha

Taubat nashuha adalah taubat yang murni, tulus, dan sungguh-sungguh yang dilakukan seorang hamba kepada Allah SWT atas dosa-dosanya dengan niat yang ikhlas, penuh penyesalan, serta berkomitmen untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.

Kriteria Taubat Nashuha:

  1. Ikhlas semata-mata karena Allah.
  2. Menyesal atas dosa yang telah dilakukan.
  3. Berhenti dari perbuatan dosa saat itu juga.
  4. Bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi.
  5. Jika dosa berkaitan dengan hak orang lain, maka wajib meminta maaf atau mengembalikan hak tersebut.

 

2. Dalil dari Al-Qur'an

Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tahrim 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Yā ayyuhallażīna āmanū tūbū ilallāhi taubatan naṣūḥā, ‘asā rabbukum ay yukaffira ‘ankum sayyiātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihāl-anhār, yauma lā yukhzil-lāhun-nabiyya wallażīna āmanū ma‘ah, nūruhum yas‘ā baina aidīhim wa biaimānihim yaqūlūna rabbanā atmim lanā nūranā waghfir lanā, innaka ‘alā kulli syai`in qadīr.

"Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (taubat nashuha). Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka sambil mereka berkata, 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.'”

Ayat ini mengajak orang-orang yang beriman untuk melakukan taubat dengan cara yang benar, yaitu taubat nashuha. Allah menjanjikan penghapusan dosa dan balasan surga bagi mereka yang sungguh-sungguh bertaubat. Dalam konteks ini, taubat nashuha melibatkan penyesalan mendalam, komitmen untuk tidak mengulang dosa, serta usaha nyata untuk memperbaiki diri.

 

3. Hadis tentang Taubat Nashuha

Hadis dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

Inna-llāha yaqbalu taubata-l-'abdi mā lam yughargir.

"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan."(HR. Tirmidzi, no. 3537; Ibnu Majah, no. 4253)

Hadis ini menunjukkan kemurahan Allah yang senantiasa membuka pintu taubat hingga hamba-Nya berada di ambang kematian (sebelum ruh sampai di tenggorokan). Ini mengajarkan bahwa kesempatan bertaubat tidak boleh ditunda-tunda, karena ajal seseorang tidak diketahui.

 

4. Hikmah dan Keutamaan Taubat Nashuha

  1. Menghapus Dosa dan Kesalahan

Sebagaimana disebutkan dalam Surah At-Tahrim, taubat yang tulus menjadi sebab dihapuskannya dosa dan kesalahan.

  1. Mendapatkan Ridha dan Ampunan Allah

Allah mencintai hamba yang bertaubat. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ فَرِحٌ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ

"Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya." (HR. Muslim, no. 2675)

  1. Dimasukkan ke dalam Surga

Taubat yang ikhlas menjadi sebab masuk surga, sebagaimana janji Allah dalam Surah At-Tahrim.

  1. Meningkatkan Keimanan dan Kesalehan

Taubat yang benar membuat hati lebih dekat kepada Allah dan meningkatkan amal kebaikan.

 

 5. Langkah-Langkah Taubat Nashuha

  1. Menyesali Dosa
    Penyesalan adalah inti taubat, di mana seorang hamba merasa sedih dan malu atas perbuatannya.
  2. Berhenti dari Perbuatan Dosa
    Tidak mungkin taubat diterima jika seseorang masih terus melakukan dosa yang sama.
  3. Berjanji Tidak Mengulangi
    Berkomitmen dengan sungguh-sungguh untuk tidak kembali pada dosa tersebut.
  4. Memperbaiki Diri
    Meningkatkan ibadah dan amal saleh untuk menutupi kesalahan yang lalu.

5.       Jika Melibatkan Orang Lain:

Meminta maaf atau memulihkan hak yang telah dilanggar.

 

Taubat nashuha adalah pintu menuju ampunan dan rahmat Allah. Dengan melakukan taubat yang tulus, seorang hamba tidak hanya menghapus dosa-dosanya, tetapi juga memperoleh kedekatan dengan Allah, kehidupan yang lebih berkah, dan jaminan surga di akhirat. Jangan pernah menunda taubat, karena pintunya senantiasa terbuka hingga ajal tiba.

 

Madiun, 1 Januari 2025

Pahala Besar Memberi Makan Buka Puasa

 Pahala Memberi Makan Buka Puasa


1. Ayat Al-Qur'an tentang Memberi Makan

Allah SWT berfirman :

تُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا - إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا

Tuth’imūna aṭ-ṭa‘āma ‘alā ḥubbihī miskīnan wa yatīman wa asīran. Innamā nuṭ‘imukum liwajhi Allāhi lā nurīdu minkum jazā`anw wa lā syukūrā.

"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (Surah Al-Insan : 8-9)

Ayat ini menjelaskan keutamaan orang-orang yang ikhlas memberi makan kepada mereka yang membutuhkan, termasuk orang miskin dan kaum lemah. Perbuatan ini dilakukan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah, tanpa mengharapkan imbalan duniawi. Dalam konteks memberi makan berbuka puasa, hal ini menjadi bagian dari amal yang menunjukkan cinta dan kasih sayang kepada sesama Muslim.

 

2. Hadis Shahih tentang Memberi Makan untuk Berbuka

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Man fṭṭara ṣāiman kāna lahu miṡlu ajrihi, ghaira annahu lā yanquṣu min ajriṣ-ṣāimi syai`an.

"Barang siapa memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut."
(HR. Tirmidzi, no. 807; Ahmad, no. 17050; Ibnu Majah, no. 1746)

Penjelasan Hadis:

  • Orang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa mendapatkan pahala yang sama dengan pahala puasa orang yang diberi makan, baik itu puasa wajib di bulan Ramadan maupun puasa sunnah.
  • Tidak ada pengurangan pahala bagi orang yang berpuasa, sehingga kedua pihak mendapatkan pahala penuh dari Allah.

 

3. Makna dan Hikmah Memberi Makan Berbuka Puasa

  1. Keikhlasan dan Keridhaan Allah:
    Perbuatan ini menunjukkan bahwa seseorang hanya mencari keridhaan Allah sebagaimana ditegaskan dalam Surah Al-Insan di atas. Amal yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapatkan pahala yang besar.
  2. Menyempurnakan Ibadah Puasa:
    Memberi makan kepada orang yang berpuasa membantu mereka menyempurnakan ibadahnya dengan berbuka sesuai sunnah Rasulullah, yaitu segera berbuka saat waktu tiba.
  3. Mendapatkan Pahala Tanpa Mengurangi Orang Lain:
    Sebagaimana disebutkan dalam hadis, pahala yang didapatkan oleh pemberi makan tidak mengurangi pahala orang yang berpuasa. Hal ini menegaskan kemurahan Allah dalam memberikan pahala.
  4. Mempererat Ukhuwah Islamiah:
    Memberi makan berbuka puasa memperkuat hubungan sosial dan ukhuwah Islamiah, menciptakan rasa kebersamaan dan kasih sayang antarsesama Muslim.
  5. Dihapuskan Dosa dan Dimasukkan ke Surga

Memberi makan orang berbuka puasa dianggap sebagai sedekah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menghapus dosa. Allah menghargai kebaikan ini sebagai bentuk kasih sayang kepada sesama Muslim.

Hadits menyebutkan bahwa amal kebaikan (termasuk memberi makan orang berbuka) dapat menghapus dosa. Rasulullah SAW bersabda:

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

Wa as-shadaqatu tuthfi-ul khati’ah kamaa yuthfi-ul maa-u an-naar.
"Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi, no. 614, dinilai hasan sahih

6. Bentuk Syukur atas Rezeki yang Allah Berikan

Dengan memberi makan orang yang berbuka puasa, kita menunjukkan rasa syukur atas nikmat rezeki yang Allah berikan. Tindakan ini juga membantu mengurangi rasa lapar dan kesulitan yang dialami orang lain, terutama mereka yang kekurangan.

  1.        7. Menumbuhkan Ukhuwah Islamiah (Persaudaraan Islam)

Amalan ini mempererat hubungan antara sesama Muslim. Ketika kita berbagi makanan, kita tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah, tetapi juga mendapatkan doa dan keberkahan dari mereka yang kita bantu.

 

Madiun 1 Januari 2025

Persiapan Pekerja Menyambut Ramadhan

Persiapan Pekerja dalam Menyambut Ramadhan agar Tetap Bisa Beribadah dengan Optimal

Bagi seorang pekerja, Ramadhan adalah waktu untuk meningkatkan ibadah sekaligus menjaga produktivitas di tempat kerja. Agar keduanya berjalan selaras, diperlukan persiapan fisik, mental, dan strategi yang matang. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Memperkuat Niat dan Keimanan

Sebagai langkah awal, Muslim yang bekerja perlu memperbarui niat bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah jika dilakukan dengan ikhlas dan sesuai syariat.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Bekerja juga bagian dari ibadah jika diniatkan untuk mencari rezeki halal, menafkahi keluarga, dan mendukung kegiatan ibadah lainnya akan tetapi hal tersebut tidak boleh menghalangi kewajiban untuk menjalankan puasa di Bulan Ramadhan, kecuali pekerjaan tertentu yang tidak memungkinkan seseorang untuk bekerja.

2. Mengatur Pola Kerja dan Istirahat

Pola kerja harus disesuaikan dengan jadwal ibadah di bulan Ramadhan, seperti shalat tarawih dan sahur. Untuk itu perlu merencanakan beberapa hal terkait hal ini diantaranya:

  • Prioritaskan pekerjaan penting di pagi hari ketika energi masih maksimal.
  • Kurangi pekerjaan berat setelah Zuhur untuk menghemat energi.
  • Gunakan waktu istirahat untuk shalat, membaca Al-Qur'an, atau istirahat sejenak.

3. Menjaga Pola Makan dan Kesehatan

Pekerja harus menjaga stamina dengan pola makan sehat saat sahur dan berbuka.

Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً

Tassahharuu fa inna fis-sahuuri barakah.

"Makan sahurlah kalian, karena dalam sahur terdapat keberkahan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Untuk itu perlu mempersiapkan daftar makanan bergizi saat sahur untuk membantu menjaga stamina selama bekerja dan berpuasa. Hindari menu makanan berlemak tinggi atau terlalu manis di dalam daftar makanan selama berpuasa karena dapat menyebabkan rasa Lelah.

4. Mengatur Jadwal Ibadah

Persiapkan jadwal ibadah agar tidak terlewat meski sibuk bekerja, misalnya :

  • Sahur: Awali dengan dzikir dan doa.
  • Shalat Fardhu: Tepat waktu, termasuk saat di tempat kerja.
  • Shalat Tarawih: Lakukan secara berjamaah jika memungkinkan.
  • Tilawah Al-Qur'an: Bacalah secara konsisten, misalnya 1 juz setiap hari.

5. Memanfaatkan Waktu Istirahat dengan Bijak

Perlu mulai membiasakan pemanfaatan waktu istirahat sebelum datangnya bulan Ramadhan dengan kegiatan ibadah ringan seperti:

  • Membaca Al-Qur'an.
  • Shalat sunnah.
  • Berdzikir dan beristighfar.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ ۝ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ

Fa idzaa faraghta fansab. Wa ilaa rabbika fargab.

"Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Al-Insyirah: 7-8)

Mengisi waktu istirahat dengan aktivitas yang bermanfaat mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan ibadah jika nanti datang bulan Ramadhan.

6. Berkomunikasi dengan Atasan dan Rekan Kerja

Jika jadwal ibadah memengaruhi waktu kerja, komunikasikan dengan atasan atau tim untuk mencari solusi. Sebelum datang Bulan Ramadhan perlu direncanakan bersama terkait kegiatan yang akan dikerjakan selama Bulan Ramadhan termasuk mengatur jadwal lembur, menyesuaikan waktu istirahat, pembagian tugas dan tanggung jawab.

7. Menyelesaikan Pekerjaan Lebih Awal

Mumpung belum dating Bulan Ramadhan, upayakan menyelesaikan tugas yang dapat dikerjakan sebelum Ramadhan, hal ini memungkinkan seorang pekerja mengurangi pekerjaan yang menguras energi di bulan Ramadhan.

8. Menjaga Hubungan Sosial di Tempat Kerja

Bulan Ramadhan adalah momen untuk mempererat ukhuwah di tempat kerja. Beberapa kegiatan ini bisa direncanakan sebelum datangnya Ramadhan :

  • Berbuka puasa bersama rekan kerja.
  • Mengajak rekan kerja belajar agama.
  • Memberikan sedekah kepada rekan yang membutuhkan.

 

Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Tirmidzi :

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ

Man fatthara shaaiman kaana lahu mitslu ajrihi.

"Barang siapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu." (HR. Tirmidzi)

9. Menjaga Akhlak dan Etika Kerja

Bulan Ramadhan adalah waktu untuk memperbaiki akhlak, termasuk di tempat kerja maka perlu membiasakan untuk menghindari:

  • Perdebatan yang tidak perlu.
  • Kegiatan yang mengganggu kekhusyukan ibadah seperti bergosip atau berbohong.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا

Wa quuluu linnaasi husnaa.

"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia." (QS. Al-Baqarah: 83)

10. Menyiapkan Mental dan Spiritual

Persiapkan diri untuk menghadapi tantangan, seperti rasa lelah atau kurang konsentrasi saat bekerja. Ingatlah bahwa segala kesulitan di bulan Ramadhan memiliki pahala yang besar.

Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Ahmad :

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ

Inna likulli ‘amalin shirrah, wa likulli shirratin fatrah.

"Sesungguhnya setiap amal memiliki masa semangat, dan setiap semangat memiliki masa futur." (HR. Ahmad)

Hadits ini mengingatkan untuk menjaga konsistensi dan tidak mudah menyerah, baik dalam bekerja maupun beribadah.

Dengan mengatur pola kerja, menjaga kesehatan, memanfaatkan waktu dengan bijak, dan menjalin hubungan baik di tempat kerja, seorang pekerja dapat menjalankan ibadah Ramadhan secara optimal tanpa mengorbankan produktivitas. Keseimbangan ini membutuhkan niat yang kuat, disiplin, dan manajemen waktu yang baik.

  

Menyambut Ramadhan dengan Hati Bersih

Menyambut Ramadhan membutuhkan persiapan yang menyeluruh dari berbagai aspek, termasuk keimanan, ibadah, fisik, dan sosial. Persiapan ini membantu umat Islam memasuki bulan suci dengan optimal, sehingga dapat meraih keberkahan dan manfaat dari Ramadhan secara maksimal.

 

1. Aspek Keimanan

Keimanan adalah dasar dalam menyambut Ramadhan. Seorang mukmin harus memperkuat keyakinannya kepada Allah SWT, menghidupkan kembali semangat taqwa, dan berharap ampunan-Nya.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba 'alaikumush-shiyaamu kamaa kutiba 'alalladziina min qablikum la’allakum tattaquun.

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)

Tafsir Ayat:

Menurut Tafsir Ibn Katsir, ayat ini menekankan bahwa puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi bertujuan membentuk manusia yang bertakwa dengan mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi dosa.

Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Man shaama Ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbihi.
"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan pentingnya iman sebagai motivasi dalam melaksanakan puasa, bukan sekadar kebiasaan atau formalitas.

2. Aspek Ibadah

Persiapan ibadah meliputi memperbanyak amal shaleh, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, dan dzikir. Bulan Ramadhan adalah waktu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ

Wa saari’uu ilaa maghfiratin min rabbikum wa jannatin ‘arduhaas-samaawaatu wal-ardhu u’iddat lil-muttaqiin.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)

Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Tirmidzi :

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

Raghima anfuhu rajulun dakhala 'alaihi Ramadhan tsumma insalakha qabla an yughfara lahu.
"Celakalah seseorang yang menjumpai Ramadhan, tetapi berlalu tanpa mendapatkan ampunan." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini menekankan pentingnya memanfaatkan bulan Ramadhan dengan ibadah maksimal untuk mendapatkan ampunan Allah SWT.

3. Aspek Fisik

Persiapan fisik meliputi menjaga kesehatan agar mampu menjalankan ibadah dengan baik, termasuk puasa, tarawih, dan aktivitas lainnya.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Wa kuluu wasyrabuu wa laa tusrifuu innahu laa yuhibbul musrifiin.

"Dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS. Al-A’raf: 31)

Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Muslim

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ

Al-mu’minul qawiyyu khairun wa ahabbu ilallaahi minal-mu’minidh-dha’iif.
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah." (HR. Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa menjaga kekuatan fisik, termasuk kesehatan, adalah bagian dari mempersiapkan diri untuk ibadah, terutama saat menjalani puasa.

4. Aspek Sosial

Ramadhan juga menjadi momen untuk memperbaiki hubungan dengan sesama, memperbanyak sedekah, dan saling membantu.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Wa ta’aawanuu ‘alal-birri wat-taqwaa wa laa ta’aawanuu ‘alal-ithmi wal-‘udwaan.

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."  (QS. Al-Maidah: 2)

Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Tirmidzi

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ

Man faththara shaa-iman kaana lahu mitslu ajrihi.

"Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini menunjukkan keutamaan berbagi dengan sesama di bulan Ramadhan, baik melalui sedekah maupun memberi makanan berbuka.

Menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih mencakup persiapan keimanan melalui taubat dan doa, peningkatan ibadah dengan amal shaleh, menjaga fisik agar kuat dalam beribadah, serta memperbaiki hubungan sosial melalui kebaikan dan sedekah. Dengan mempersiapkan semua aspek ini, umat Islam dapat memanfaatkan Ramadhan sebagai momen istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperbaiki kualitas hidup.

  


Puasa melembutkan Jiwa


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com