Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 31 Desember 2024

21 Persiapan menyambut Ramadhan

 Aspek Keimanan dalam Menyambut Ramadhan

Keimanan adalah landasan utama dalam menyambut Ramadhan. Bulan suci ini memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mempertebal keimanan dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai aspek keimanan dalam menyambut Ramadhan:

 1. Keyakinan terhadap Kewajiban dan Keutamaan Puasa

Beriman bahwa puasa Ramadhan adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk mendidik umat menjadi insan yang bertakwa.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba 'alaikumush-shiyaamu kamaa kutiba 'alalladziina min qablikum la’allakum tattaquun.

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Menurut Tafsir Ibn Katsir, ayat ini menekankan bahwa kewajiban puasa bertujuan untuk menanamkan takwa, yaitu kesadaran untuk selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Meningkatkan Keikhlasan dalam Beribadah

Keimanan yang tulus ditunjukkan dengan menjalankan puasa semata-mata karena Allah SWT. Keikhlasan ini menjadi dasar diterimanya ibadah.

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Man shaama Ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbihi.
"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa "iman" dalam hadits ini berarti keyakinan penuh terhadap janji Allah, sedangkan "ihtisab" (mengharap pahala) menunjukkan keikhlasan dan harapan balasan hanya dari Allah.

3. Memperbanyak Taubat dan Muhasabah

Sebagai bulan ampunan, Ramadhan harus disambut dengan taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya) untuk membersihkan hati dari dosa-dosa sebelumnya.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Wa tuubuu ilaa Allaahi jamii’an ayyuhal mu’minuuna la’allakum tuflihuun.

"Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31)

Imam Al-Qurtubi menyebutkan bahwa taubat adalah syarat untuk meraih keberuntungan dunia dan akhirat. Menyambut Ramadhan dengan taubat membantu hati lebih siap menerima keberkahan bulan suci.

4. Berdoa agar Dipertemukan dengan Ramadhan

Keimanan juga diwujudkan dalam doa agar Allah memberikan kesempatan menjalani bulan Ramadhan dengan penuh keberkahan.

Doa yang Diajarkan:

أللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

Allahumma Baarik Lana fi Rajab wa Sya’ban wa Ballighna Ramadhan

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah (umur) kami hingga bulan Ramadhan.”

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡ

Wa qaala rabbukum ud’uunii astajib lakum.

"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu.'" (QS. Ghafir: 60)

5. Menumbuhkan Harapan akan Rahmat dan Ampunan Allah

Keimanan melibatkan keyakinan bahwa Ramadhan adalah bulan rahmat, di mana pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ

Idzaa jaa-a Ramadhaan futihat abwaabul-jannah wa ghulliqat abwaabun-naar wa suffidat asy-syayaathiin.

"Apabila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu."(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Ramadhan adalah kesempatan besar bagi umat Islam untuk meraih ampunan dan mendekatkan diri kepada Allah tanpa gangguan dari godaan setan.

Aspek keimanan dalam menyambut Ramadhan mencakup keyakinan terhadap kewajiban puasa, memperkuat keikhlasan dalam beribadah, memperbanyak taubat, berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan, dan menumbuhkan harapan akan rahmat Allah. Semua ini mempersiapkan hati seorang mukmin untuk menerima keberkahan dan manfaat spiritual maksimal dari bulan suci ini.

 

Aspek Ibadah dalam Menyambut Datangnya Ramadhan

 

Ramadhan adalah bulan istimewa yang dipenuhi keberkahan dan kesempatan untuk meningkatkan amal ibadah. Dalam menyambut Ramadhan, umat Islam perlu mempersiapkan aspek ibadah agar dapat menjalani bulan suci ini dengan maksimal. Berikut adalah beberapa aspek ibadah yang penting, dilengkapi dengan ayat Al-Qur'an, hadits, dan penjelasannya:

1. Memperbanyak Shalat Sunnah

Selain shalat wajib, memperbanyak shalat sunnah seperti tahajud, witir, dan dhuha adalah bagian dari mempersiapkan ibadah menyambut Ramadhan. Hal ini membantu meningkatkan kualitas spiritual.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةٗ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامٗا مَّحۡمُودٗا

Wa minal-laili fatahajjad bihi naafilatal laka ‘asaa ay yab’atsaka rabbuka maqaamam-mahmoodaa.

"Dan pada sebagian malam, lakukanlah tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra: 79)

Shalat sunnah merupakan ibadah tambahan yang memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Memperbanyak shalat ini sebelum Ramadhan membantu mempersiapkan hati dan jiwa untuk ibadah yang lebih khusyuk di bulan suci.

2. Membiasakan Membaca Al-Qur'an

Ramadhan adalah bulan di mana Al-Qur'an diturunkan (QS. Al-Baqarah: 185). Menyambutnya dengan memperbanyak tilawah Al-Qur'an membantu seseorang lebih dekat dengan kitab suci ini.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍۢ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ

Syahru Ramadhaanal ladzii unzila fiihil-qur’aanu hudal linnaasi wa bayyinaatim minal-hudaa wal-furqaan.

"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda." (QS. Al-Baqarah: 185)

Membaca Al-Qur'an adalah salah satu ibadah utama di bulan Ramadhan. Membiasakan membaca dan memahami Al-Qur'an sejak sebelum Ramadhan akan memudahkan seseorang untuk terus melakukannya selama bulan suci.

3. Memperbanyak Dzikir dan Doa

Dzikir dan doa membantu memperkuat hubungan dengan Allah dan menjernihkan hati dalam menyambut Ramadhan.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Fadzkuruni adzkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun.

"Karena itu, ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."(QS. Al-Baqarah: 152)

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Tirmidzi:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

Ad-du’aa-u huwal-‘ibaadah.

"Doa adalah inti ibadah." (HR. Tirmidzi)

Meningkatkan dzikir dan doa sejak sebelum Ramadhan akan membantu seseorang membangun kebiasaan mengingat Allah secara terus-menerus.

4. Berlatih Puasa Sunnah

Melakukan puasa sunnah seperti Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh (13, 14, dan 15 bulan hijriah) membantu tubuh dan jiwa terbiasa menjalani puasa, sehingga lebih siap menyambut Ramadhan.

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

Man shaama yawman fii sabiilillahi ba’’adallahu wajhahu ‘anin-naari sab’iina khariifan.
"Barang siapa yang berpuasa sehari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun." (HR. Bukhari dan Muslim)

Puasa sunnah melatih tubuh dan jiwa untuk menahan diri, yang menjadi inti dari ibadah puasa di bulan Ramadhan.

5. Membersihkan Harta dengan Sedekah

Sedekah adalah ibadah yang sangat dianjurkan, terutama untuk membantu orang-orang yang membutuhkan agar mereka juga dapat menyambut Ramadhan dengan hati tenang.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

إِن تُقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعِفۡهُ لَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۗ وَٱللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ


In tuqridullaha qardan hasanan yudha’ifhu lakum wa yaghfir lakum. Wallahu syakuurun haliim.

"Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik (bersedekah), niscaya Dia melipatgandakannya untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penyantun." (QS. At-Taghabun: 17)

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Tirmidzi:

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

As-shadaqatu tuthfi-ul khati-ah kamaa yuthfi-ul maa-un naar.

"Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi)

Dengan bersedekah, seorang Muslim membersihkan hartanya dan membantu sesama, sehingga mereka pun dapat merasakan kebahagiaan menyambut Ramadhan.

Aspek ibadah dalam menyambut Ramadhan mencakup memperbanyak shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, berdzikir, berdoa, berlatih puasa sunnah, dan bersedekah. Semua amalan ini membantu mempersiapkan hati, jiwa, dan tubuh untuk menjalani Ramadhan dengan penuh keberkahan dan kesungguhan.

 

Aspek Fisik dalam Menyambut Datangnya Ramadhan

 

Selain aspek spiritual dan sosial, mempersiapkan fisik juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan. Persiapan fisik membantu tubuh beradaptasi dengan perubahan pola makan, tidur, dan aktivitas selama Ramadhan. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai aspek fisik dalam menyambut Ramadhan:

1. Menjaga Kesehatan Tubuh

Seorang Muslim dianjurkan untuk menjaga kesehatan agar dapat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dengan optimal. Tubuh yang sehat mendukung puasa dan ibadah lain seperti shalat tarawih dan tadarus Al-Qur'an.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Wa kuluu wasyrabuu wa laa tusrifuu innahu laa yuhibbul musrifiin.

"Dan makanlah dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)

Ayat ini mengajarkan untuk menjaga pola makan yang seimbang dan tidak berlebihan, yang penting dalam mempersiapkan tubuh untuk puasa.

2. Melatih Tubuh dengan Puasa Sunnah

Melakukan puasa sunnah sebelum Ramadhan seperti Senin-Kamis atau Ayyamul Bidh membantu tubuh beradaptasi dengan rutinitas puasa.

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ، وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

"Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa hingga kami mengatakan beliau tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan beliau tidak pernah berpuasa. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada di bulan Sya'ban."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan:

Puasa sunnah di bulan Sya’ban adalah sunnah Rasulullah dan memberikan manfaat fisik sebagai persiapan menyambut Ramadhan.

3. Memperbaiki Pola Tidur

Ramadhan mengubah pola tidur dengan adanya ibadah malam seperti shalat tarawih, tahajud, dan sahur. Mulailah menyesuaikan pola tidur agar tubuh terbiasa dan tidak mudah lelah saat Ramadhan.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا

Waja'alnaa naumakum subaataa.

"Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat." (QS. An-Naba: 9)

Tidur yang cukup adalah bentuk penjagaan fisik agar tubuh tetap kuat menjalankan ibadah.

4. Memperhatikan Pola Makan dan Gizi

Mengonsumsi makanan bergizi sebelum Ramadhan membantu tubuh mendapatkan energi yang cukup. Hindari makanan yang tinggi gula dan lemak karena dapat menyebabkan kelelahan saat puasa.

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Tirmidzi:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

"Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika harus makan lebih, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya." (HR. Tirmidzi)

Hadits ini mengajarkan untuk menjaga pola makan yang sederhana dan tidak berlebihan, terutama menjelang bulan Ramadhan.

5. Menyiapkan Stamina dengan Olahraga

Olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau yoga membantu meningkatkan stamina. Aktivitas ini penting untuk menjaga kebugaran tubuh selama Ramadhan.

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Muslim:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ

Al-mu’minul qawiyyu khayrun wa ahabbu ila Allahi minal mu’minidh-dha’iif, wa fii kullin khayr.

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada masing-masing terdapat kebaikan." (HR. Muslim)

Hadits ini mendorong seorang mukmin untuk menjaga kekuatan fisik sebagai bagian dari kesiapan ibadah.

6. Memeriksa Kesehatan

Jika memiliki kondisi kesehatan tertentu, konsultasikan dengan dokter sebelum Ramadhan untuk memastikan puasa dapat dijalankan tanpa membahayakan kesehatan.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَ

Wa man kaana mariidhan aw ‘alaa safarin fa’iddatum min ayyaamin ukhar.

"Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkan, pada hari-hari yang lain."
(QS. Al-Baqarah: 185)

Islam memberikan keringanan bagi orang yang sakit, sehingga penting untuk mengetahui kondisi fisik sebelum memulai puasa.

Aspek fisik dalam menyambut Ramadhan mencakup menjaga kesehatan, melatih tubuh dengan puasa sunnah, menyesuaikan pola tidur, memperhatikan pola makan, berolahraga, dan memeriksa kesehatan. Semua ini bertujuan agar tubuh siap menjalani ibadah dengan optimal selama bulan suci Ramadhan.

 

Aspek Sosial dalam Menyambut Datangnya Ramadhan

 

Ramadhan bukan hanya bulan untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT, tetapi juga waktu untuk memperbaiki hubungan sosial dengan sesama manusia. Berikut adalah beberapa aspek sosial yang perlu diperhatikan dalam menyambut bulan suci Ramadhan, lengkap dengan ayat Al-Qur'an, hadits, dan penjelasannya:

1. Mempererat Silaturahmi

Menjelang Ramadhan, seorang Muslim dianjurkan untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan. Hal ini mencakup saling memaafkan, berkunjung, atau berkomunikasi dengan saudara, teman, dan tetangga.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَتُقَطِّعُوٓاْ أَرۡحَامَكُمۡ

Fahal ‘asaitum in tawallaitum an tufsidu fil-ardi wa tuqat-ti’uu arhaamakum.
"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" (QS. Muhammad: 22)

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

Laa yadkhulu al-jannata qathi’un.

"Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan."
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Memberikan Bantuan dan Sedekah

Ramadhan adalah bulan berbagi. Sebelum Ramadhan, seorang Muslim dianjurkan untuk membantu yang membutuhkan, seperti memberikan sedekah atau melakukan kegiatan sosial.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Lan tanaalul birra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuun; wa maa tunfiquu min syai-in fa innallaha bihii ‘aliim.

"Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Ali Imran: 92)

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Tirmidzi :

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ

As-shadaqatu tuthfi-u ghadabar-rabbi wa tadfa’u miitatas-suu’.

"Sedekah dapat memadamkan murka Allah dan menolak kematian yang buruk."
(HR. Tirmidzi)

 

Dengan membantu sesama, seorang Muslim membersihkan hatinya dan mempermudah orang lain menyambut Ramadhan dengan kebahagiaan.

3. Menyelesaikan Konflik dan Saling Memaafkan

Menyambut Ramadhan, seorang Muslim dianjurkan untuk menyelesaikan konflik yang ada, memaafkan kesalahan orang lain, dan meminta maaf atas kesalahannya sendiri.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Wal-‘aafiina ‘anin-naasi wallaahu yuhibbul-muhsiniin.

"Dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 134)

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim :

مَن لا يَرحَمُ لا يُرحَمُ

Man laa yarham laa yurham.

"Barang siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Saling memaafkan menjelang Ramadhan membersihkan hati dari dendam dan kebencian, sehingga ibadah menjadi lebih khusyuk.

4. Menghidupkan Tradisi Gotong Royong

Masyarakat Muslim sering melakukan gotong royong menjelang Ramadhan, seperti membersihkan masjid, lingkungan, atau membantu keluarga kurang mampu mempersiapkan kebutuhan Ramadhan.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ

Wata’aawanuu ‘alal birri wat-taqwaa wa laa ta’aawanuu ‘alal ithmi wal-‘udwaan.
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."(QS. Al-Ma'idah: 2)

Tradisi gotong royong mencerminkan semangat kebersamaan dalam menyambut bulan suci Ramadhan dengan lingkungan yang bersih dan nyaman.

5. Menyampaikan Ilmu dan Mengajak pada Kebaikan

Mengadakan majelis ilmu atau diskusi keagamaan menjelang Ramadhan adalah cara sosial untuk saling mengingatkan akan pentingnya persiapan ruhiyah dan fikriyah dalam menghadapi bulan puasa.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ

Wa man ahsanu qawlan mimman da’aa ila Allah wa ‘amila saalihan wa qaala innanii minal muslimiin.

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'?" (QS. Fussilat: 33)

Rasulullah bersabda dalam hadits Riwayat Bukhari

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

Ballighu ‘anni walaw aayah.

"Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat." (HR. Bukhari)

Mengajak pada kebaikan dan menyebarkan ilmu agama menjelang Ramadhan membantu meningkatkan pemahaman dan semangat masyarakat dalam menyambut bulan penuh berkah.

 

Aspek sosial dalam menyambut Ramadhan mencakup mempererat silaturahmi, memberikan bantuan dan sedekah, menyelesaikan konflik, gotong royong, dan menyebarkan ilmu. Semua ini bertujuan menciptakan harmoni dan memperkuat ukhuwah Islamiyah agar umat Muslim dapat menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan lingkungan yang kondusif.

 

Madiun, 1 Januari 2025

5 Langkah Menjaga Hati Saat Berpuasa

 Pentingnya Menjaga Hati dalam Berpuasa

Hati adalah pusat dari segala kebaikan dan keburukan. Jika hati bersih, maka seluruh amal ibadah yang kita lakukan akan diterima oleh Allah SWT. Sebaliknya, jika hati kotor, maka amal ibadah kita tidak akan bernilai. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, ia adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati adalah pusat dari segala perasaan, pikiran, dan tindakan manusia. Jika hati baik, maka seluruh anggota tubuh akan terdorong untuk melakukan kebaikan. Sebaliknya, jika hati buruk, maka seluruh anggota tubuh akan cenderung melakukan keburukan.

 

Cara Menjaga Hati dalam Berpuasa

1.       Memperbanyak Istighfar:

Istighfar adalah memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah kita perbuat. Dengan istighfar, hati akan menjadi bersih dan lapang. Allah berfirman dalam Al-Quran:

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

"Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 106)

 

2.       Memperbanyak Zikir:

Zikir adalah mengingat Allah SWT dengan menyebut nama-Nya atau sifat-sifat-Nya. Zikir dapat menenangkan hati dan menjauhkan kita dari godaan setan. Terkait hal ini Rasulullah bersabda sebagaimana hadits Riwayat At-Tirmidzi

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah engkau kosongkan lisanmu dari mengingat Allah.” (HR. At-Tirmidzi)

 

3.       Memperbanyak Membaca Al-Quran:

Membaca Al-Quran dapat memberikan ketenangan hati dan meningkatkan keimanan. Al-Quran adalah pedoman hidup bagi umat Islam. Allah berfirman dalam  Al-Quran:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

"Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (QS. Yusuf: 109)  

 

4.       Menjaga Lisan dari Perkataan yang Buruk:

Menjaga lisan dari perkataan yang buruk, seperti ghibah, namimah, dan bohong, sangat penting untuk menjaga kebersihan hati. Rasulullah bersabda sebagaimana hadits Riwayat Bukhari dan Muslim :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ لِلْمُسْلِمِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim bagi muslim lainnya seperti sebuah bangunan, yang satu menguatkan yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

5.       Menjaga Pandangan dari yang Haram:

Menjaga pandangan dari hal-hal yang haram dapat mencegah timbulnya fitnah dan menjaga kebersihan hati. Allah berfirman dalam Al quran :

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang-orang yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur: 30)  

 

Madiun, 31 Desember 2024

Memurnikan Niat Puasa

 Mengapa Memurnikan Niat Puasa Itu Penting?

Niat adalah pondasi dari segala amal ibadah. Puasa, yang merupakan ibadah yang menyentuh semua aspek kehidupan kita, sangat bergantung pada niat yang benar dan tulus.

Memurnikan niat puasa Ramadhan sangat penting karena niat adalah aspek fundamental dalam ibadah puasa. Beberapa alasan mengapa memurnikan niat puasa Ramadhan itu penting antara lain:

1. Pahala yang Diterima Bergantung pada Niat: Dalam Islam, setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Seperti yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW, "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan" (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan niat yang murni karena Allah, seseorang akan mendapatkan pahala yang besar.

2. Menjaga Keikhlasan: Memurnikan niat berarti berpuasa karena Allah semata, tanpa mengharapkan pujian dari orang lain atau tujuan duniawi lainnya. Keikhlasan dalam beribadah sangat ditekankan dalam Islam, dan dengan niat yang murni, puasa akan menjadi lebih bernilai di hadapan Allah.

3. Membentuk Disiplin Diri: Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa seperti perbuatan buruk. Dengan niat yang tulus, seseorang akan lebih mudah untuk menjaga dirinya dari godaan-godaan dan memperkuat ketakwaannya.

4.    Meningkatkan Kualitas Ibadah: Niat yang murni membantu seseorang untuk lebih fokus pada tujuan spiritual puasa, yaitu mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan jiwa, dan memperoleh pahala. Jika niatnya tidak murni, maka puasa hanya menjadi rutinitas fisik tanpa makna spiritual yang mendalam.

5.   Memenuhi Syarat Sahnya Puasa: Dalam hukum fiqh, niat puasa Ramadhan harus dilakukan pada malam hari sebelum fajar (subuh) untuk puasa pada hari berikutnya. Tanpa niat yang jelas, puasa tidak sah meskipun seseorang tidak makan atau minum.

Dengan demikian, memurnikan niat dalam berpuasa Ramadhan adalah langkah pertama untuk memastikan bahwa puasa yang dilakukan bukan hanya sebagai kewajiban fisik, tetapi sebagai ibadah yang diterima dan diberkahi oleh Allah SWT.

 

Dalil terkait Niat dalam Puasa Ramadhan

1. Dalil dari Al-Qur'an:

Meskipun Al-Qur'an tidak secara eksplisit menyebutkan tentang niat puasa, terdapat penekanan pada pentingnya tujuan ibadah yang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan ikhlas kepada Allah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhā al-ladhīna āmanū kutiba 'alaykum as-ṣiyāmu kamā kutiba 'alā al-ladhīna min qablikum la'allakum tattaqūn.

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan bahwa puasa adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh umat Islam, dan tujuannya adalah untuk mencapai takwa (kesadaran dan ketaatan kepada Allah). Niat puasa yang benar adalah niat untuk mencapai takwa, yaitu tujuan utama dalam menjalankan puasa. Ini menunjukkan bahwa ibadah puasa harus dilakukan dengan tujuan yang lurus dan ikhlas karena Allah.

 

2. Dalil dari Hadits Shahih:

a. Hadits 1

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَن كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَن كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

'An Umar bin Khattab radiyallahu 'anhu qāla: Sami'atu Rasūlallāhi ṣallallāhu 'alayhi wasallam yaqūl: "Innamā al-a`mālū bin-niyyāt, wa innamā likulli imri'in mā nawwā, faman kānat hijratuhū ilā Allāhi wa rasūlihī fahijratuhū ilā Allāhi wa rasūlihī, waman kānat hijratuhū li dunyā yusībuhā aw imra’atin yatazawwajuhā fahijratuhū ilā mā hājara ilayh."

Dari Umar bin Khattab RA, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin ia raih atau untuk seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu untuk apa yang ia tuju.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa niat adalah inti dari setiap amal perbuatan. Amal ibadah, termasuk puasa, tidak hanya dilihat dari tindakan fisiknya, tetapi juga dari niat yang mendasarinya. Jika niatnya ikhlas karena Allah, maka ibadah tersebut diterima. Oleh karena itu, dalam puasa Ramadhan, niat yang benar dan ikhlas sangat penting agar puasa tersebut diterima di sisi Allah dan menjadi sarana untuk memperoleh pahala.

b. Hadits 2

"مَن صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ"

Man ṣāma ramadāna īmānan waḥtisābān ghufira lahu mā taqaddama min dhanbihī.

"Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa untuk puasa Ramadhan yang diterima oleh Allah, seseorang harus melakukannya dengan niat yang benar, yaitu dengan penuh iman dan harapan akan pahala dari Allah. Niat ini bukan hanya dalam perkataan, tetapi harus tercermin dalam tindakan dan sikap. Dengan niat yang ikhlas, puasa menjadi sarana pengampunan dosa-dosa yang telah lalu.


Madiun, 31 Desember 2024


Puasa melembutkan Jiwa


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (25) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (20) Herbal (3) Hikmah (258) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (322) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com