image : http://experiential-ed.mcmaster.ca/political-science/images/2564176_mega.jpg/image_view_fullscreen
Sabtu, 22 Maret 2014
Sedekah Yang Paling Afdhol
Dalam sebuah
hadits terdapat penjelasan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
mengenai aktifitas bersedekah yang paling utama alias afdhol.
Tidak semua
bentuk bersedekah bernilai afdhol. Bagi orang yang berusia muda dan sedang energik
tentunya bersedekah memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah daripada
bersedekahnya seorang yang telah lanjut usia, sakit-sakitan, dan sudah
menjelang meninggal dunia.
Untuk itulah
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya
mengenai sedekah yang paling afdhol.“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu
’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau
menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau
sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh
sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan
untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli
waris).” (HR Bukhary)
Coba lihat
betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan ciri
orang yang paling afdhol dalam bersedekah. Sekurangnya kita temukan ada empat
kriteria: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan
duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat
khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal
dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa
ditinggalkannya.
Pertama, orang yang paling afdhol dalam
bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias
berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi.
Artinya, ia
masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi dan perencanaan
untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya atau bisinisnya.
Dalam keadaan
seperti ini biasanya seseorang akan merasakan kesulitan dan keengganan
bersedekah karena segenap potensi harta yang ia miliki pastinya ingin ia
pusatkan dan curahkan untuk modal menyukseskan berbagai perencanaan dan
proyeknya.
Dengan dalih
masih dalam tahap investasi, maka ia akan selalu menunda dan menunda niat
bersedekahnya dari sebagian harta yang ia miliki. Karena setiap ia memiliki
kelebihan harta sedikit saja, ia akan segera menyalurkannya ke pos
investasinya.
Setiap uang
yang ia miliki segera ia tanam ke dalam bisnisnya dan ia katakan ke dalam
dirinya bahwa jika ia bersedekah dalam tahap tersebut maka sedekahnya akan
terlalu sedikit, lebih baik ditunda bersedekah ketika nanti sudah sukses
sehingga bisa bersedekah dalam jumlah ”signifikan” alias berjumlah banyak.
Akhirnya ia tidak kunjung pernah mengeluarkan sedekah selama masih dalam masa
investasi tersebut.
Kedua, bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin
menjadi kaya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin
menggambarkan bahwa orang yang dalam keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti
bersedekahnya kurang bernilai dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi
menjadi kaya. Sebab bila seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah
berarti ia bukanlah tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk
dirinya sendiri.
Ia sejak masih
bercita-cita menjadi kaya sudah mengembangkan sifat dan karakter dermawan. Hal
ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya benar-benar menjadi orang kaya,
maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu sadar ada hak kaum yang kurang
bernasib baik yang perlu diperhatikan.
Sekaligus
kebiasaan bersedekah yang dikembangkan sejak seseorang baru pada tahap awal
merintis bisnisnya, maka hal itu mengindikasikan bahwa si pelaku bisnis itu
sadar sekali bahwa rezeki yang ia peroleh seluruhnya berasal dari Yang Maha
Pemberi Rezeki, Allah Ar-Razzaq.
Hal ini sangat
berbeda dengan orang kaya dari kaum kafir seperti Qarun, misalnya. Qarun adalah
tokoh kaya di zaman dahulu yang di dalam meraih keberhasilan bisnisnya
menyangka bahwa kekayaan yang ia peroleh merupakan buah dari kepiawaiannya
dalam berbisnis semata.
Ia tidak pernah
mengkaitkan kesuksesan dirinya dengan Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah swt. “Qarun
berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku".(QS Al-Qshshash ayat 78)
Ketiga, sedekah menjadi afdhol bila si
pemberi sedekah berada dalam keadaan khawatir menjadi miskin. Walaupun ia dalam
keadaan khawatir menjadi miskin, namun hal ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia
tetap berkeyakinan bahwa bersedekah dalam keadaan seperti itu merupakan bukti
ke-tawakkal-annya kepada Allah.
Ia sadar bahwa
jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi kaya atau menjadi
miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun yang dialaminya tidak
mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.
Ia sudah
menjadikan bersedekah sebagai salah satu karakter penting di dalam keseluruhan
sifat dirinya. Persis gambarannya seperti orang bertaqwa di dalam Al-Qur’an:”...
yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali Imran ayat
133-134)
Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
sangat mewanti-wanti agar jangan sampai seseorang baru berfikir untuk
bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa
orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa
saja fihak yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias
diwasiatkan.
Ini bukanlah
bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah
ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah
dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.
Bila seseorang
bersedekah dalam keadaan ia bebas memilih antara mengeluarkan sedekah atau
tidak, berarti ia lebih bermakna daripada seseorang yang bersedekah ketika
tidak ada pilihan lainnya kecuali harus bersedekah.
Itulah sebabnya
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menghargai orang yang masih muda
lagi sehat bersedekah daripada orang yang sudah tua dan menjelang ajal baru
berfikir untuk bersedekah.
Ya
Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa
bersedekah yang paling afdhol. Terimalah, ya Allah, segenap infaq dan sedekah
kami di jalanMu. Amin.-
image : http://experiential-ed.mcmaster.ca/political-science/images/2564176_mega.jpg/image_view_fullscreen
image : http://experiential-ed.mcmaster.ca/political-science/images/2564176_mega.jpg/image_view_fullscreen
MADU-HERBAL HARGA GROSIR
Kategori Tulisan
Anak
(21)
Ceramah
(23)
Doaku
(3)
Gallery
(68)
Hadits
(19)
Herbal
(3)
Hikmah
(256)
I'tikaf
(5)
Idul Fitri
(27)
Inspirasi
(149)
Jualan
(3)
Kesehatan
(43)
Keuangan
(12)
Kisahnyata
(43)
Kultum
(147)
Lailatul Qadar
(2)
Lain-lain
(49)
management
(4)
Nisa'
(1)
ODOJ
(2)
Progress
(54)
prowakaf
(2)
Puasa
(182)
Quran
(17)
Qurban
(40)
Ramadhan
(315)
Renungan
(17)
Rumahkreatif
(6)
Rumahpintar
(8)
Rumahtahfidz
(18)
Rumahyatim
(6)
Sedekah
(47)
Share
(104)
Syawal
(5)
Tanya jawab
(2)
Tarawih
(4)
Tarbiyah
(166)
Umroh
(19)
Wakaf
(8)
Yatim
(7)
Zakat
(22)
Sering dibaca
- Obat Kanker yang 10.000X Lebih Kuat dari KemoTerapi
- Daftar Tempat Makan Di Madiun
- Apa Arti Kata "Dancuk"...
- Kisah Nyata : Hati-hati Ajarkan Motor-Mobil Pada Anak di Bawah Umur
- Sahabat Kita Yang Baik Akan Menolong Kita Di Akhirat
- 10 Amal yang Pahalanya Takkan Pernah Putus
- Kepada Donatur : Kisah Nyata - Kesalahan Kecil yang Dahsyat Akibatnya
- Kadal dan Sedekah
- Kepada Donatur : Mengintip Akheratmu Dengan Melihat Kehidupan Duniamu
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!