Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 06 Agustus 2017

Nenek 84 Tahun Harus Amputasi Kedua Kakinya

Kemarin di RSUP Sardjito, 6 Agustus 2017. 

Semakin tua semakin banyak saja penyakit yang di derita. Meski gejala sakit-sakit tak pernah dirasa di usia muda. Ia akan datang ketika fisik semakin lemah di usia senja. 

Nenek asal Gunung Kidul usia 84 tahun, jelas secara catatan umur dan penampakan kasat mata ini sepakat semua orang menyebutnya "tua renta" Nenek ini diam terbaring dengan kaki kirinya yang sudah tidak ada. Meski tertutup selimut, jelas terlihat kaki kirinya hanya sampai sebatas paha. Sekitar 30 cm dari lutut kirinya. 

Waktu saya tanya orang-orang yang menunggunya, dikatakan kedua kaki si nenek harus diamputasi karena ada pembekuan darah di kedua kakinya. 

"Yang kiri sudah diamputasi, tinggal menunggu jadwal amputasi kaki kanannya. Gejala awal hanya ada bercak menghitam di kaki kirinya, kemudian meluas terlihat mirip bekas terbakar cukup merata."  

Selama perawatan menunggu jadwal amputasi kaki kanannya, dokter mendeteksi ada gumpalan tumor di dalam otaknya. Karena kondisi tumornya, mau tidak mau harus dilakukan operasi pengangkatan tumor untuk menyelamat nyawanya. Tidak tahu sampai berapa lama, paling tidak bisa sedikit memperpanjang usia. 

 Begitu ya... Siklus hidup manusia. Sehat di usia muda, bukan jaminan sehat bahagia di usia senja. Semoga kita diberikan kesehatan, kebahagiaan, kemuliaan hidup di dunia, di akhirat nanti jadibahli Surga. Amin. Dari dalam bis... Madiun, 7 Agustus 2017

Selasa, 23 Mei 2017

Berpenghasilan 15 Milyar Per Hari, Siapakah Dia ?


Sebuah kisah yang sangat inspiratif, saya copykan untuk pembaca.



BERPENGHASILAN 15 MILYAR PER HARI  -- Siapakah Dia ? 

Diantara mereka tidak tampak oleh pandangan manusia. Tersembunyi bak mutiara putih di dasar lautan.

Bismillah...

Seperti biasa setiap malam rabu ada kajian kitab Umdatul Ahkam bersama Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin al Abbad di salah satu masjid yang terletak distrik Urwah, Madinah Al-Munawwarah.
Seusai kajian kami diundang makan malam oleh salah seorang jamaah yang juga ikut hadir di majlis Syaikh Abdurrazaq malam itu. Kami pun beranjak pergi ke kediaman beliau yang tak begitu jauh dari masjid.

Sesampainya kami di rumah beliau, kami disambut ramah oleh tuan rumah. Beliau dan putra-putra beliau berdiri di dekat pintu masuk untuk menyambut para tamu undangan dengan penuh keakraban.

Rumah itu cukup mewah, semua lantai tertutup permadani yang empuk. Kursi-kursi tamu berjejer rapi dan tampak istimewa, seperti di aula seminar.
Wangi bukhur (wewangian ruangan khas Arab) yang semerbak menambah kenyamanan di ruangan itu.

Tak lama kemudian datanglah putra-putra beliau membawa teko berisi gahwah (kopi khas Arab ) dan cangkir2 kecil untuk disuguhkan kepada para tamu. Kurma sukkari kesukaanku juga tidak absen dari menu malam itu.

Anak beliau yang satunya membagikan setumpuk kitab untuk dihadiahkan kepada para tamu.

Padahal bila mengupah pembantu sebenarnya beliau mampu. Namun sang ayah benar-benar ingin menanamkan kepada putera2 beliau sikap tawadhu' dan bagaimana memuliakan tamu.

Saya melihat beliau duduk di samping pintu masuk di atas kursi lipat kecil sederhana yang biasa dipakai kakek2 sepuh yang tak mampu lagi berdiri untuk sholat.

Baju beliau juga sederhana, sekilas memang nampak tak begitu istimewa. Namun ada satu hal yang membuatku kagum dengan Sang Ayah ini (semoga Allah memberi keberkahan kepada beliau), yaitu kesederhanaan serta ketawadhuan beliau yang luar biasa...!!

Tahukah Anda siapa beliau.. ?

Beliau adalah Syaikh Yusuf Abu Muhammad yang pernah diceritakan oleh Ust Musa At-Tamimi beberapa minggu lalu di status fb beliau. Seorang miliyader Saudi, sang pemilik pabrik emas dan perak, hotel-hotel bintang lima di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi serta pabrik Roti di kota Riyadh.

Lelaki bersahaja yang telah medermakan banyak hartanya untuk membangun masjid-masjid serta madrasah-madrasah di Arab Saudi maupun di luar Arab Saudi.

Taukah Anda berapa penghasilan beliau. ?!

LIMA BELAS (15 ) milyar per hari...
Ingat perhari!

Tak hanya sekali dua kali beliau mengundang para thullab ilmi serta kaum muslimin pada umumnya untuk makan malam di rumah beliau,, akan tetapi SETIAP MALAM.

Khusus untuk malam Rabu dan Jumat beliau menyembelih beberapa unta dan beberapa ekor kambing untuk di hidangkan kepada para tamu, adapun untuk malam biasanya beliau hanya menyembelih beberapa ekor kambing saja. Hal ini semata-semata utk memuliakan tamu...

Coba bayangkan berapa biaya yang beliau keluarkan utk hidangan se istimewa itu... Apalagi setiap malam..!

Tak cukup berhenti disitu kekaguman saya... Kekayaan yang beliau miliki ternyata tidak membuat beliau lalai dari menuntut ilmu..

Tak jarang setiap habis maghrib beliau terlihat duduk bersimpuh, menghinakan diri dengan kitab Shahih Muslim di pangkuan beliau untuk mendengarkan ilmu dari Ulama hadits Madinah; Syaikh Abdulmuhsin Al-Abbad hafidzohullah di masjid Nabawi.

Semoga Allah memberkahi beliau sekeluarga.. Saya juga mendapatkan kabar dari kawan-kawan di Madinah, bahwa beliau merupakan murid daripada Syaikh Abdulaziz bin Baz Rahimahullah.
....

Saya berharap, semoga kisah sederhana ini menjadi inspirasi utk kita semua..

Setidaknya bila belum mampu berbuat seperti beliau, setelah membaca kisah ini lahirlah tekad dan niat yang kuat untuk bisa berbuat seperti beliau.. Sehingga mendapat pahala yang sama karena niat.

( enak bangett...cuma modal tekad kuat dan niat yang jujur, kita mendapatkan pahala seperti beliau.. Siapa yang nggak mau coba..?)

Rasulullah pernah bersabda:

إنَّمَا الدُّنْيَا لأرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَعِلمًا، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ،

وَيَعْلَمُ للهِ فِيهِ حَقًّا، فَهذا بأفضَلِ المَنَازِلِ. وَعَبْدٍ رَزَقهُ اللهُ عِلْمًا، وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ، يَقُولُ: لَوْ أنَّ لِي مَالًا لَعَمِلتُ بِعَمَلِ فُلانٍ، فَهُوَ بنيَّتِهِ، فأجْرُهُمَا سَوَاءٌ. وَعَبْدٍ رَزَقَهُ الله مَالًا، وَلَمَ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخبطُ في مَالِهِ بغَيرِ عِلْمٍ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلاَ يَعْلَمُ للهِ فِيهِ حَقًّا، فَهذَا بأَخْبَثِ المَنَازِلِ. وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالًا وَلاَ عِلْمًا، فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بعَمَلِ فُلاَنٍ، فَهُوَ بنِيَّتِهِ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ

Sesungguhnya dunia ini untuk empat orang:

1. Seorang hamba yang Allah anugerahi harta dan ilmu lalu ia pun mentaati Rabbnya pada (*penggunaan) harta dan ilmunya, menyambung silaturahim, dan mengetahui bahwa pada ilmu dan hartanya tersebut ada hak Allah, maka orang ini berada pada kedudukan yang paling utama.

2. Kemudian seorang hamba yang Allah anugerahi ilmu akan tetapi tidak Allah anugerahi harta, maka ia pun mempunyai niat yang benar, ia berkata,

“Seandainya aku memiliki harta sungguh aku akan beramal sebagaimana amalan fulan",
Maka ia dengan niatnya pahala keduanya sama.

3. Dan seorang hamba yang Allah anugerahi harta akan tetapi tidak Allah anugerahi ilmu maka ia pun ngawur menggunakan hartanya tanpa ilmu. Ia tidak mentaati Rabbnya pada hartanya, tidak pula menyambung silaturahim, tidak mengetahui bahwasanya pada hartanya itu ada hak Allah.

Maka orang ini berada pada tingakatan paling buruk.

4. Lalu seorang hamba yang tidak Allah anugerahi harta maupun ilmu maka iapun berkata,

“Seandainya aku memiliki harta tentu aku akan menggunakan hartaku sebagaimana perbuatan si fulan.." maka ia dengan niatnya dosa keduanya sama.” (HR At-Thirmidzi no 2325)

====

Memori : Madinah, 23 Rajab 1435
Ditulis oleh : Ahmad Anshori

@actelgharantaly

Image : https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/5e/ba/56/5eba56a5ce6f4f669d39547a039c40be.jpg

Sabtu, 20 Mei 2017

Tumpahan Air, Jangkrik dan Empat Pasang Mata Kucing

Sungguh benar firman Allah : “Ya Rabb Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191-192)

Sesungguhnya ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak main-main dengan penciptaannya. Semua sudah disiapkan dengan manfaat masing-masing dan tidak ada yang sia-sia.

Makhluk yang menjadi pengganggu bagi kitapun sesungguhnya ada manfaatnya, baik itu binatang, tumbuhan atau sesama manusia.

Bahkan kesalahan diciptakan dengan segala manfaatnya.

Penjelasan ini sesungguhnya menjadi pengingatan bagi kita untuk bersikap baik kepada sesama manusia meskipun mereka seakan-akan tidak pernah menolong kita. Demikian juga dengan tanaman dan binatang. Tanaman dan binatang yang tidak bermanfaat bagi kita pasti ada manfaatnya bagi yang lain dan semua dalam satu bingkai lingkaran manfaat kehidupan. Dengan begitu kita mesti bersikap bijak dan memanfaatkan semua ciptaan Allah dengan sebaik-baiknya.

Kadang kita bertanya, adakah kesalahan manusia dalam berperilaku juga ada manfaatnya. Tentu semua ada manfaatnya. Rentetan sebab akibat akan menunjukkan manfaat kesalahan perilaku manusia. Bisa jadi bermanfaat untuk orang disekitarnya atau manfaat bagi tanaman dan binatang di sekitarnya atau manfaat bagi diri mereka sendiri.


Fragmen kehidupan.

Rabu malam menjelang tidur saya teringat esok pagi istri berencana puasa. Saya sempatkan mengisi botol-botol minuman yang kosong supaya sahur esok pagi istri tidak perlu menuang dari galon atau mengambil dari dispenser.

Botol terakhir sengaja saya sediakan di meja. Mengantisipasi kalau-kalau istri bangun mepet adzan, bisa minum air yang sudah saya sediakan di atas meja. Karena sedikit mengantuk, ada sedikit air tertumpah ke lantai. Ada sedikit menggerutu di dalam batin. Mata sudah mengatuk tapi nanti harus mengeringkan lantai.

OK. Botol sudah saya tutup, tinggal ambil lap di belakang. Sebelum mengambil lap, saya lihat luasan air yang tumpah untuk mengambil ukuran lap.

Saat melihat tumpahan itu saya terkesima dengan pemandangan kecil yang seketika menghapus kantuk dan sedikit rasa dongkol dalam hati saya.

Seekor jangkrik sedang diam di hadapan tumpahan air. Minum. Jangkrik ini yang sepertinya beberapa hari berkeliaran di dalam rumah melompat ke sana kemari dan tidak begitu saya pedulikan karena lompatan-lompatan jauhnya. Mungkin dia kehausan.

Beberapa saat saya mengamati jangkrik kehausan itu. Saya ambil lap dan senter. Senter saya arahkan ke jangkrik. Dia sedang membersihkan area mulutnya dengan kaki depannya.

Setelah yakin jangkrik selesai minum, segera saya tangkap jangkrik itu. Jangkrik meronta sekuat tenaga. Saya genggam dengan erat, kaki-kaki jangkrik meronta serasa merobek telapak tangan tua saya.

Segera saya buka pintu rumah perlahan, takut membangunkan istri yang lelap dalam tidurnya. Melewati teras, empat pasang mata kucing mengamati setiap gerak-gerik saya dari dalam kandang. Ternyata mereka terbangun mendengar langkah-langkah saya. Saya kedipkan satu mata pada empat kucing itu, lepaskan jangkrik di rerumputan, masuk rumah dan tidur.

Madiun, Sabtu pagi 20 Mei 2017
Ditulis di : Jl Puntuk belakang pasar besar Madiun sambil sarapan bareng bakul ayam kampung, bakul pakaian bekas dan bakul sepatu bekas.

Pembuktian Madu Asli atau Palsu

Tanya Jawab Mengenai Madu

Pertanyaan mengenai ciri-ciri madu asli vs madu palsu merupakan yang paling banyak disampaikan. Akan tetapi jawaban yang didapatkan oleh yang bertanya seringkali berupa penjelasan yang tidak akurat. Adalah hal yang wajar karena cukup sulit bagi pelanggan dan penggemar madu untuk memperoleh madu yang tidak saja murni tapi juga berkualitas.

Ketika kami mengikuti kegiatan Munas Asosiasi Perlebahan Indonesia III pada  tahun 2010 yang dilaksanakan di Cibubur, diinformasikan bahwa 80% madu yang beredar di negara kita diperkirakan palsu.

Setidaknya, diketahui ada tiga model pemalsuan madu: pemalsuan jumlah, pemalsuan mutu, dan pemalsuan menyeluruh (Adji Suranto, 2007).

Pemalsuan jumlah dilakukan dengan menambah volume madu asli dengan bahan lain. Misalnya mencampurkan sirup fruktosa buatan atau larutan air gula atau madu buatan yang murah ke dalam madu yang asli.

DISCLAIMER. Hasil yang diperoleh untuk setiap individu berbeda-beda, dipengaruhi oleh banyak faktor, Informasi di atas merupakan referensi semata.

Pemalsuan mutu biasanya dilakukan dengan mengubah kadar air madu yang sebelumnya tinggi, lalu diturunkan dengan cara pemanasan. Sederhananya begini, madu yang dipanen dan encer, dipanaskan, dengan tujuan madu menjadi kental.

Kalau pemalsuan menyeluruh? Adalah madu yang diklaim asli tetapi sebenarnya 100% buatan. Bukan madu yang diproduksi oleh lebah dengan komposisinya yang asli.

Semua bentuk pemalsuan madu berawal pada tingginya permintaan konsumen terhadap madu dengan harga yang sangat murah. Berikut beberapa informasi yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.


Semut

Sebagian orang meyakini bahwa madu yang asli atau madu yang murni tidak akan pernah didatangi semut. Benarkah demikian?

Sebenarnya tidak ada alasan yang cukup kuat untuk mempercayai mengapa semut lebih menyukai gula yang telah diproses ketimbang madu. Bagaimanapun semut menyukai bahan-bahan yang berasa manis.

Kami pernah berkesempatan bergabung dalam suatu rombongan untuk turut serta menyaksikan teknik memanen madu pada koloni Apis cerana di salah satu kebun belimbing, kami menyaksikan sendiri bahwa madu yang tercecer dan baru saja dipanen langsung dikunjungi semut. Pada kesempatan lain kami melakukan kegiatan serupa ke daerah Pandeglang, dan kami pun menyaksikan hal yang sama.

Pada lain kesempatan, kami coba mengambil madu yang masih utuh bersama sarangnya. Kami memastikan betul bahwa madu di dalam sarang tersebut bukanlah madu yang bersumber dari larutan gula. Kemudian kami potong dua, lalu kami biarkan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama semut pun berbaris rapi menghampiri.

Selain itu, bagi lebah jenis Apis mellifera atau Apis cerana juga genus Trigona, semut merupakan salah satu hama yang sangat mengganggu. Semut yang berjumlah banyak dapat merusak sel-sel madu. Apabila tidak ditanggulangi semut bisa menghancurkan koloni lebah atau menyebabkan koloni lebah pergi mencari tempat yang lebih aman. Jadi, semut bukan penentu keaslian madu.


Terbakar

Ada cara lain yang dipercaya dapat menunjukkan apakah madu itu asli atau tidak. Yaitu tes tentang apakah mudah atau tidaknya cairan tersebut terbakar. Caranya dengan menyalakan kapas putih (cotton buds) yang sudah dicelupkan ke dalam madu dengan korek api. Jika terbakar maka madu tersebut dinyatakan asli atau murni. Apakah betul demikian?

Kami melakukan beberapa kali percobaan dengan cara tersebut. Kami menggunakan berbagai jenis madu, beberapa di antaranya madu yang kami ambil langsung dari sarang lebah, berupa madu sarang. Hasilnya, ada yang terbakar, banyak juga yang tidak. Cara ini ternyata tidak konsisten.

Tampaknya teknik ini sangat dipengaruhi oleh berapa banyak madu yang dicelupkan dan berapa lama api mengekspos madu. Apa yang kami alami juga disepakati oleh beberapa orang peternak lebah yang kami temui. Kalau begitu, cara ini tidak bisa dijadikan acuan dalam menetapkan apakah satu madu asli atau tidak.


Bagaimana Mengetahui Madu Aspal?

Selain cara yang telah kami sampaikan di atas, ada juga teknik lain yang dianggap tepat namun sederhana untuk menentukan keaslian madu. Dengan cara bagaimana?

Menguji kemurnian madu dengan mengamati bagaimana madu larut dalam segelas air. Madu murni tidak akan cepat larut di dalam air. Bila madu diaduk di dalam air, akan diperlukan waktu lebih lama untuk melarutkan butiran-butirannya yang padat, berbeda dengan gula yang cenderung larut lebih mudah.

Ringkasnya, bila madu yang dicampur ke dalam segelas air larut dengan cepat, maka madu tersebut adalah palsu. Betulkah begitu? Pertanyaannya adalah: apakah setiap cairan yang larut di dalam segelas air lebih lama bisa disimpulkan sebagai madu yang asli?

DISCLAIMER. Hasil yang diperoleh untuk setiap individu berbeda-beda, dipengaruhi oleh banyak faktor, Informasi di atas merupakan referensi semata.

Jenis madu yang berbeda tentu memunculkan hasil yang berbeda pula. Ada madu yang encer karena kadar airnya cukup tinggi, ada madu yang kadar airnya rendah (kental), bahkan ada madu yang berbentuk krim. Madu yang encer tentu lebih cepat larut di dalam air dibanding madu yang kental apalagi yang berbentuk krim. Lantas bisakah disimpulkan madu yang encer adalah madu palsu hanya karena larut lebih cepat dan lebih mudah?

Madu yang tidak murni lagi karena sudah ditambahkan bahan lain pun tidak akan mudah larut semudah madu cair di dalam air. Kalau begitu, cara ini tidak dapat dijadikan acuan juga.

Kami pernah mencoba menuangkan sedikit madu ke dalam piring berwarna putih, kemudian kami tambahkan beberapa tetes air. Piring itu kemudian kami goyang dengan gerakan berputar, perlahan. Hasilnya, muncul serat-serat halus yang membentuk formasi segi enam, mirip sarang lebah genus Apis. Bagi kami ini hal yang menarik! Kami berharap bahwa inilah salah satu cara sederhana yang praktis untuk menentukan keaslian madu.

Kemudian kami ambil madu yang sebelumnya sengaja kami panaskan. Kami lakukan pengujian dengan cara yang sama, dan ternyata hasilnya sama: terlihat serat-serat halus yang membentuk formasi segi enam. Menurut kami, cara ini tidak dapat membuktikan kualitas madu. Beberapa pedagang mengentalkan madu melalui proses pemanasan. Teknik tersebut dapat merusak kandungan madu.

Berikutnya, kami mencampur madu murni dengan sirup fruktosa buatan pabrik. Kami lakukan percobaan dengan cara yang sama, dan ternyata hasilnya tetap sama: terlihat serat-serat halus yang membentuk formasi segi enam. Pendapat kami, cara ini tidak menjelaskan kemurnian madu. Teknik ini memang sederhana tetapi tidak dapat dijadikan acuan.


Kulkas

Pada umumnya, madu memang tidak membeku seperti es jika disimpan di kulkas. Madu akan semakin mengental saja, dan bertambah kental bila disimpan di dalam freezer. Lalu, apakah cairan yang seperti itu pasti merupakan madu yang asli?

Beberapa orang  peneliti juga peternak yang berpengalaman menceritakan kepada kami bahwa pada suhu yang rendah, madu mudah mengkristal atau mengendap, apalagi madu yang glukosa alaminya lebih tinggi dari dibanding kandungan fruktosa alaminya.

Secara sengaja kami mengunjungi supermarket untuk membeli sirup fruktosa buatan pabrik. Sirup fruktosa tersebut kami simpan di lemari es, lalu beberapa hari kemudian kami pindahkan ke dalam freezer. Dari apa yang kami lakukan, kami bisa memberi gambaran bahwa sirup fruktosa tersebut menjadi lebih kental selama disimpan di kulkas, lalu semakin bertambah kental setelah kami pindahkan ke dalam freezer, persis seperti madu.

Kami berpendapat, keaslian madu tidak bisa diuji menggunakan kulkas atau juga freezer. Kenapa? Karena ada cairan selain madu yang “berperilaku” seperti madu yang asli.

Madu asli yang dicampur sirup fruktosa juga akan menunjukkan gejala yang sama seperti madu murni tanpa campuran ketika disimpan di dalam kulkas atau di dalam freezer. Apa gunanya mencampur madu dengan cairan lain seperti sirup fruktosa?

Madu yang asli, murni, dengan mutu yang baik, memiliki harga jual yang relatif lebih tinggi. Tidak mudah menjual madu yang demikian. Mencampur madu dengan cairan lain yang lebih murah akan memudahkan pedagang menjual madunya. Pedagang yang demikian tentu berusaha menyediakan madu campuran dengan mendekatkan kepada sifat madu yang asli.

DISCLAIMER. Hasil yang diperoleh untuk setiap individu berbeda-beda, dipengaruhi oleh banyak faktor, Informasi di atas merupakan referensi semata.


Madu yang Meledak Pasti Asli?

Apakah madu yang meledak atau meletup itu merupakan madu yang asli? Jawabnya: mungkin asli, mungkin juga tidak. Madu yang kelebihan kadar air (di atas 20%) atau madu yang terlalu encer akan cepat mengalami proses fermentasi. Madu tersebut akan berwarna lebih gelap, berasa lebih asam, beraroma lebih tajam dari yang seharusnya. Madu yang telah mengalami proses fermentasi, kalau asli, kalaupun murni, mutunya sudah menurun.


Kalau Begitu, Pilih Madu yang Kental Aja?

Kadar air pada madu yang bermutu baik adalah 17% sampai 20%, standar madu nasional memberi toleransi hingga 22%. Madu yang dihasilkan di Indonesia rata-rata memiliki kandungan air di atas 18%. Sejumlah peternak atau pedagang madu menempuh jalan pintas. Mereka memanaskan atau memasak madu yang encer supaya kental. Kenapa dipanaskan? Cara tersebut relatif murah dan cepat sehingga madu yang dihasilkan bisa dijual dengan harga agak murah walaupun tampak bagus karena kental. Akan tetapi, pemanasan itu merusak kandungan madu. Enzim, misalnya, akan rusak bila kena panas, belum lagi vitamin dan kandungan bermanfaat lainnya. Di dalam laboratorium, madu yang angka HMF-nya tinggi patut diduga telah melalui serangakain proses pemanasan. Kalau untuk diminum sehari-hari, hindari saja madu yang demikian. Kecuali pemanasan madu dilakukan karena bertujuan untuk menggunakan madu sebagai pemanis alami atau pelembap yang melembutkan dalam resep makanan sehat.


Uji Kuantitas

Melalui uji kuantitas, madu dapat diperkirakan madu palsu atau sudah ditambahkan sesuatu apabila:

Kadar sukrosa madu naik;
Kadar enzim naik atau turun;
Kadar abu menjadi naik atau turun;
Daya hantar listrik naik;
Kandungan polen dalam sedimen turun;
Kandungan mineral turun;
Aroma dan rasa berubah;
Kandungan HMF (Hidroksi Metil Furfuraldehid) berubah;
Kadar protein turun;
Warna terang;
Madu mengandung timbal klorida;
Madu mengandung timbal sulfat;
Madu mengandung anion & kation. (Suranto, 2007).

Mengulang penjelasan sebelumnya, secara sederhana, madu asli dan palsu dapat dibedakan dengan melihat ciri khas fisik madu asli. Misalnya, meneteskan madu pada selembar kertas, mengocoknya, mencampur madu dengan telur, menyimpan madu di dalam lemari es, dan lain sebagainya. Karena teknik pemalsuan madu yang terus berkembang dan madu palsu yang dibuat semakin mendekatkan atau menyerupai madu yang asli maka berbagai cara sederhana tersebut tidak lagi dapat dijadikan pegangan.

Konsumen membeli madu pasti berharap supaya badannya bertambah sehat. Konsumen yang sedang sakit kemudian mengkonsumsi madu tentu berharap supaya memperoleh kesembuhan. Kami pun bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila madu yang dikonsumsi adalah palsu. Konsumen yang sehat tidak bertambah bugar, konsumen yang sedang sakit bisa bertambah sakit.

Produsen madu palsu termasuk pedagang yang menjualnya sebenarnya telah melakukan perbuatan jahat yang akan merugikan banyak orang. Bisnis tersebut merupakan perbuatan kriminal.

Untuk menekan praktik jahat seperti itu, semua pihak seharusnya menjalankan peran sesuai fungsinya masing-masing. Pemerintah melalui aparat penegak hukum bisa mengambil langkah tegas yang dibutuhkan. Melalui Kementerian terkait melakukan pembinaan terhadap produsen atau juga pedagang madu. Penyebarluasan informasi yang benar mengenai lebah dan madu juga sebaiknya dilakukan melalui berbagai saluran. Penetepan standar mutu madu yang diberlakukan harus dipastikan bahwa hal tersebut telah diterapkan oleh produsen atau pedagang dan berjalan dengan semestinya. Akhirnya, konsumen yang tercerahkan bisa mengakses produk lebah yang berkualitas dengan harga yang pantas.

Kalau penasaran? Menurut kami, lebih baik kita melakukan pembuktian di lapangan saja. Caranya bagaimana? Siapkan madu yang asli dan madu yang palsu. Madu yang asli yang bagaimana? Bagaimana tahunya kalau madu yang mau digunakan itu asli? Kunjungi beberapa peternakan, ambil madu yang masih utuh yang tersimpan di dalam sarang sehingga Anda bisa meyakini keasliannya, kemudian keluarkan madunya. Pastikan madu asli yang Anda gunakan tidak hanya satu jenis. Sediakan madu yang berasa manis, juga madu yang berasa asam atau bahkan pahit. Cara seperti inilah yang kami lakukan. Lalu bagaimana dengan madu palsunya? Anda bisa membeli madu palsu yang ada di pasaran atau membuat sendiri untuk keperluan pengujian.

DISCLAIMER. Hasil yang diperoleh untuk setiap individu berbeda-beda, dipengaruhi oleh banyak faktor, Informasi di atas merupakan referensi semata.

Lalu lakukan teknik pengujian yang selama ini dikenal luas. Misalnya menjajarkan madu asli dan madu palsu di lantai rumah Anda. Amatilah, apakah semut mendatangi semua sampel? Lakukan pengujian lain dengan membakar madu, menyimpan di kulkas, dan cara lainnya.

Untuk mengetahu kemurnian, keaslian dan kualitas madu, perlu dilakukan serangkaian pengujian yang dilakukan di dalam laboratorium. Untuk sementara, belum ada cara atau teknik pengujian yang sederhana, yang lebih cepat, yang lebih mudah dan lebih murah yang memberikan hasil akurat dan reliabel.


Jadi Bagaimana Donk?

Karena belum ditemukan cara sederhana yang akurat untuk mengetahui kemurnian dan kualitas madu, maka satu-satunya cara yang dapat dijadikan acuan adalah dengan menguji sampel madu ke dalam laboratorium. Akan tetapi langkah ini tentu sulit dilakukan oleh konsumen. Sebaiknya, produsen atau pengusaha yang melakukan pengujian secara berkala untuk memastikan kemurnian dan kualitas madu.

Bagi penikmat setia madu, apabila tidak memungkinkan untuk memanen madu ke hutan, tidak bisa beternak lebah madu sendiri, atau jarak ke peternakan lebah yang terlalu jauh, maka belilah madu dari pihak yang dapat dipercaya.


Sumber : http://gudangmadu.com/id/tanya-jawab/

Pesan Madu? Silakan hubungi saya :
085645200200;
083872200200;
081234200200.


Rabu, 17 Mei 2017

Adakalanya Yang Kita Benci Adalah Jalan Hidup Terbaik Bagi Kita

Dahulu, sebelum ada vaksinasi, cacar adalah salah satu penyakit yang tersebar di mana-mana, dan atas kehendak Allah Yang Maha Hidup dan Maha Mengurus segala sesuatu, sering kali (penyakit cacar itu) mengakibatkan kematian di kalangan masyarakat.

Syahdan, di antara mereka ada yang terjangkit bencana ini; seorang lelaki berumur 6 tahun dari sebuah dusun di utara kota Buraidah di wilayah Al-Qashim. Peristiwa ini terjadi di abad 14 H. Akibatnya, ia mengalami kebutaan total dan berwajah bopeng.

Anak ini tinggal di tengah saudara-saudaranya yang bekerja sebagai petani di sawah. Dia sering berlari-lari di belakang mereka, hendak mengejar mereka saat berjalan bersama. Akan tetapi, tentu saja hal ini sering kali menyebabkannya tersandung dan terjerembab di mana-mana, lalu terluka. Namun, ia segera bangkit mengejar arah datangnya suara mereka, lalu ia menabrak pohon di mana-mana, sementara saudara-saudaranya hanya menertawainya ketika ia jatuh, bahkan (mereka) mengejeknya, “Buta …! Buta …!”

Mereka tidak peduli dan tidak menanyakan apabila dia tidak ada dan (mereka) bersikap acuh kalau dia ada di tengah mereka. Bahkan, di kala orang tuanya tidak ada dirumah, sering kali ia menjadi bulan-bulanan saudara-saudaranya, yaitu ketika dia disuruh berjalan lalu terantuk dan terjatuh, maka ia menjadi bahan tertawaan. Meskipun demikian, dia termasuk anak yang lincah dan gerakannya ringan. Kemauannya keras dan mempunyai ketabahan, dan Allah telah mengaruniakan kepadanya kecerdasan dan kemauan yang keras. Dia selalu berupaya melakukan apa saja yang dia mau. Dia ingin mengerjakan lebih banyak daripada yang dilakukan orang normal.

Ayahnya adalah orang yang miskin. Dia memandang anaknya yang buta ini hanya menjadi beban saja, karena dia tidak mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya sebagaimana saudara-saudaranya yang lain.

Suatu hari, salah seorang temannya datang ke rumah. Sudah beberapa tahun mereka tidak jumpa. Dia lalu mengadukan kepada temannya tersebut perihal anaknya yang buta bahwa anak itu tidak berguna, bahkan mereka sekeluarga selalu sibuk mengurus dan melayaninya, sehingga menghambat sebagian pekerjaan mereka. Tamu tersebut menyarankan agar anak itu dikirim ke Riyadh agar mendapat jaminan makanan dari jamuan yang selalu diadakan oleh Ibnu Sa’ud (Setelah keamanan dalam negeri di seluruh Jazirah Arab terkendali di tangan Raja Abdul ‘Aziz rahimahullah, dia mengadakan jamuan khusus untuk memberi makan kaum fakir miskin dan orang orang terlantar. Pada masa itu, jamuan tersebut sangat terkenal), sehingga (ia) akan selalu bertemu dengan orang orang yang mengasihinya setiap saat.

Ide tersebut diterima dengan baik oleh ayahnya. Ketika ada seorang tukang unta tampak sedang membuat kayu ke atas punggung untanya yang biasanya menjual barang dagangan di Riyadh, ayahnya menghampiri tukang unta dan berkata, “Aku hendak menitipkan anakku ini padamu. Bawalah dia pergi ke Riyadh dan saya beri kamu dua riyal, dengan syarat: kamu taruh dia di masjid, dan kamu tunjukkan di mana letak jamuan makan dan sumur masjid agar dia bisa minum dan berwudhu, dan serahkan dia kepada orang yang mau berbuat kebajikan kepadanya.”

Berikut ini penuturan kisah sang anak setelah (ia) dewasa,

Aku dipanggil ayahku -rahimahullah-. Pada waktu iu, umurku baru mendekati 13 tahun. Beliau berkata, “Anakku, di Riyadh itu ada halaqah-halaqah ilmu, ada jamuan makan yang akan memberimu makan malam setiap hari, dan lain sebagainya. Kamu akan betah disana, insya Allah. Kamu akan ayah titipkan pada orang ini. Dia akan memberitahu kamu apa saja yang kamu inginkan ….”

Tentu saja, aku menangis keras-keras dan mengatakan, “Benarkah orang sepertiku tidak memerlukan lagi keluarga? Bagaimana mungkin aku berpisah dengan ibuku, saudara-saudara, dan orang orang yang aku sayangi? Bagaimana aku akan mengurus diriku di negeri yang sama sekali asing bagiku, sedangkan di tengah keluargaku saja aku mengalami kesulitan? Aku tidak mau!”

Aku dibentak oleh ayahku. Beliau berkata kasar kepadaku. Selanjutanya, beliau memberiku pakaian-pakaianku seraya berkata, “Tawakal kepada Allah dan pergilah …. Kalau tidak, kamu akan aku begini dan begini ….”

Suara tangisku makin keras, sementara saudara-saudaraku hanya diam saja di sekelilingku. Selanjutnya, aku dibimbing oleh si tukang unta sambil menjanjikan kepadaku hal-hal yang baik baik dan meyakinkan aku bahwa aku akan hidup enak di sana.

Aku pun berjalan sambil tetap menangis. Tukang unta itu menyuruh aku berpegangan pada ujung kayu di bagian kelakang unta. Dia berjalan di depan unta, sedangkan aku di belakangnya, sementara suara tangisku masih tetap meninggi. Aku menyesali perpisahanku dengan keluargaku.

Setelah lewat sembilan hari perjalanan, tibalah kami di tengah kota Riyadh. Tukang unta itu benar benar menaruh aku di masjid dan menunjukkan aku letak sumur dan jamuan makan. Akan tetapi aku masih tetap tidak menyukai semuanya dan masih merasa sedih. Aku menangis dari waktu ke waktu. Dalam hati, aku berkata, “Bagaimana mungkin aku hidup di suatu negeri yang aku tidak mengetahui apa pun dan tidak mengenal siapa pun? Aku berangan-angan, andaikan aku bisa melihat, pastilah aku sudah berlari entah kemana … ke padang pasir barangkali. Akan tetapi, atas rahmat Allah, ada beberapa orang yang menaruh perhatian kepadaku di masjid itu. Mereka menaruh belas kasihan kepadaku, lalu mereka membawaku kepada Syekh Abdurrahman Al-Qasim rahmahullah dan mereka katakan, “Ini orang asing, hidup sebatang kara.”

Syekh menghampiri aku, lalu menanyai siapa namaku dan nama julukanku, dan dari negeri mana. Kemudian, beliau menyuruh aku duduk di dekatnya, sementara aku menyeka air mataku. Beliau berkata, “Anakku, bagaimana ceritamu?” Kemudian, aku pun menceritakan kisahku kepada beliau.

“Kamu akan baik baik saja, insya Allah. Semoga Allah memberimu manfaat dan membuat kamu bermanfaat. Kamu adalah anak kami dan kami adalah keluargamu. Kamu akan melihat nanti hal-hal yang menggembirakanmu di sisi kami. Kamu akan kami gabungkan dengan para pelajar yang sedang menuntut ilmu dan akan kami beri tempat tinggal dan makanan. Di sana ada saudara-saudara di jalan Allah yang akan selalu memperhatikan dirimu.”

Aku menjawab, “Semoga Allah memberi Tuan balasan yang terbaik, tetapi aku tidak menghendaki semua itu. Aku ingin Tuan berbaik hati kepadaku, kembalikan aku kepada keluargaku bersama salah satu kafilah yang menuju Al-Qashim.”

Syekh berkata, “Anakku, coba dulu kamu tinggal bersama kami, barangkali kamu akan merasa nyaman. Kalau tidak, kami akan mengirim kamu kembali kepada keluargamu, insya Allah.”

Selanjutnya, Syekh memanggil seseorang lalu berkata, “Gabungkan anak ini dengan Fulan dan Fulan, dan katakan kepada mereka, perlakukan dia dengan baik.”

Orang itu membimbing dan membawaku menemui dua orang teman yang baik hati. Keduanya menyambut kedatanganku dengan baik dan aku pun duduk di sisi mereka berdua, lalu aku ceritakan kepada mereka berdua keadaanku dan mengatakan bahwa aku tidak betah tinggal di situ karena harus berpisah dari keluargaku. Tak ada yang dilakukan kedua temanku itu selain mengatakan kepadaku perkataan yang menghiburku. Keduanya menjanjikan kepadaku yang baik-baik dan bahwa kami akan sama sama mencari ilmu, sehingga aku sedikit merasa tenteram dan senang kepada mereka. Keduanya selalu bersikap baik padaku. Semoga Allah memberi mereka dariku balasan yang terbaik. Akan tetapi, aku sendiri belum juga terlepas dari kesedihan dan keenggananku tinggal di sana. Aku masih tetap menangis dari waktu ke waktu atas perpisahanku dengan keluargaku.

Kedua temanku itu tinggal di sebuah kamar dekat masjid. Aku tinggal bersama mereka. Keseharianku selalu bersama mereka. Pagi-pagi benar, kami pergi shalat subuh, lalu duduk di masjid mengikuti pengajian Alquran sampai menjelang siang. Syekh menyuruh kami menghapal Alquran. Sesudah itu, kami kembali ke kamar, istirahat beberapa saat, makan ala kadarnya, kemudian kembali lagi ke pengajian hingga tiba waktu zuhur. Barulah setelah itu, kami istirahat, yakni tidur siang (qailulah), dan sesudah shalat Ashar kami kembali lagi mengikuti pengajian.

Demikian yang kami lakukan setiap hari hingga akhirnya mulailah aku merasa betah sedikit demi sedikit, makin membaik dari hari ke hari, bahkan akhirnya Allah melapangkan dadaku untuk menghapal Al Quran, terutama setelah Syekh–rahimahullah–memberi dorongan dan perhatian khusus kepadaku. Aku pun melihat diriku mengalami kemajuan dan menghapal hari demi hari. Sementara itu, Syekh selalu mempertajam minat para santrinya. Pernah suatu kali, beliau berkata, “Kenapa kalian tidak meniru si Hamud itu? Lihatlah bagaimana kesungguhan dan ketekunannya, padahal ia orang buta!”

Dengan kata-kata itu, aku semakin bersemangat, karena timbul persaingan antara aku dan teman temanku dalam kebaikan. Oleh karena itu, kurang dari satu setengah bulan, Allah ta’ala telah mengaruniai aku ketenteraman dan ketenangan hati, sehingga dapatlah aku menikmati hidup baru ini.

Syahdan, setelah tujuh bulan lamanya aku tinggal di sana, aku katakan dalam diriku, “Subhanallah, betapa banyak kebaikan yang terdapat dalam hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu, sementara diri kita melalaikannya! Kenapa aku harus sedih dan menangisi kehidupan yang serba kekurangan di tengah keluargaku, yang ada hanya kebodohan, kemiskinan, kepayahan ketidakpedulian, dan penghinaan, sedangkan aku merasa menjadi beban mereka?”

Demikianlah kehidupan yang aku jalani di Riyadh setiap harinya, sehingga kurang dari sepuluh bulan aku sudah dapat menghafal Alquran sepenuhnya, alhamdulillah. Kemudian, aku ajukan hapalanku itu kehadapan Syekh sebanyak dua kali. Selanjutnya, Syekh mengajak aku pergi menemui para guru besar, yaitu Syekh Muhammad bin Ibrahim dan Syekh Abdul Latif bin Ibrahim. Aku diperkenalkan kepada mereka. Kemudian, guruku itu berkata, “Kamu akan ikut bergabung dalam halaqah-halaqah ilmu. Adapun murajaah Alquran, dilakukan sehabis shalat subuh, kamu akan dipandu oleh Fulan. Sesudah magrib, kamu akan dipandu oleh Fulan.”

Sejak saat itu, mulailah aku menghadiri halaqah-halaqah dari para guru besar itu, yang bisa menimba ilmu dengan kesungguhan hati. Materi pelajaran yang diberikan meliputi Akidah, Tafsir, Fikih, Ushul Fikih, Hadits, Ulumul Hadits, dan Fara’idh. Seluruh materi diberikan secara teratur, masing-masing untuk materi tertentu.

Sementara itu, aku sendiri, hari demi hari semakin merasa betah, semakin senang, dan tenteram hidup di lingkungan itu. Aku benar benar merasa bahagia mendapat kesempatan mencari ilmu. Sementara itu, agaknya orang tuaku di kampung selalu bertanya kepada orang-orang yang bepergian ke Riyadh, dan tanpa sepengetahuanku beliau mendapat berita-berita tentang perkembanganku.

Demikianlah, alhamdulillah, aku berkesempatan untuk terus mencari ilmu dan menikmati taman-taman ilmu. Setelah tiga tahun, aku meminta izin kepada guru-guruku untuk menjenguk keluargaku di kampung. Kemudian, mereka menyuruh orang untuk mengurus perjalananku bersama seorang tukang unta. Dengan memuji Allah, aku pun berangkat hingga sampailah aku kepada keluargaku. Tentu saja, mereka sangat gembira dan kegirangan menyambut kedatanganku, terutama Ibuku–rahimahallah–. Mereka menanyakan kepadaku tentang keadaanku dan aku katakan, “Aku kira, tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang lebih bahagia selain aku ….”

Ya, kini mereka melihatku dengan senang dan santun. Demikian pula, aku melihat mereka menghargai dan menghormati aku, bahkan menyuruhku mengimami shalat mereka. Aku menceritakan kepada mereka pengalaman-pengalaman yang telah aku alami selama ini. Mereka senang mendengarnya dan memuji kepada Allah.

Setelah beberapa hari berada di lingkungan keluargaku, aku pun meminta izin untuk pergi meninggalkan mereka kembali. Mereka bersikeras memintaku untuk tetap tinggal, tapi aku segera mencium kepada ayah-bundaku. Aku meminta pengertian dan izin kepada keduanya, dan alhamdulillah mereka mengizinkan. Akhirnya aku kembali ke Riyadh meneruskan pelajaranku. Aku makin bersemangat mencari ilmu.

Adapun dari teman-temannya yang seangkatan, ada di antaranya yang menceritakan, “Dia sangat rajin dan bersemangat dalam mencari ilmu, sehingga dikagumi guru-gurunya dan teman-teman seangkatannya. Sangat banyak ilmu yang dia peroleh. Adapun hal yang sangat ia sukai adalah apabila ada seseorang yang duduk bersamanya dengan membacakan kepadanya sebuah kitab yang belum pernah ia dengar, atau ada orang yang berdiskusi dengannya mengenai berbagai masalah ilmu. Dia memiliki daya hapal yang sangat mengagumkan dan daya tangkap yang luar biasa.

Tatkala umunya mencapai 18 tahun, dia diperintahkan oleh guru didiknya dihadapan santri santri kecil dan agar menyuruh mereka menghapalkan beberapa matan kitab.

Ketika Fakultas Syariah Riyadh dibuka, beberapa orang gurunya menyarankan dia mengikuti kuliah. Dia mengikutinya, dan dengan demikian dia, termasuk angakatan pertama yang dihasilkan oleh fakultas tersebut pada tahun 1377 H. Kemudian, dia ditunjuk menjadi tenaga pengajar di Fakultas Syariah di kota itu.

Pada akhir hayatnya, dia pindah mengajar di fakultas yang sama di Al-Qashim, dan lewat tangannya muncullah sekian banyak mahasiswa yang kelak menjadi hakim, orator, guru, direktur, dan sebagainya.

Pada tiap musim haji, dia tergabung dalam rombongan pada mufti dan da’i, di samping kesibukannya sebagai pebisnis tanah dan rumah, sehingga dia bisa memberi nafkah kepada keluarganya dan saudara saudaranya, dan dapat pula membantu kerabat-kerabatnya yang lain.

Adapun saudara saudaranya yang dulu sering mengejeknya semasa kecil, kini mereka mendapatkan kebaikan yang melimpah darinya, karena sebagian mereka, ada yang kebetulan tidak pandai mencari uang.

Betapa banyak karunia dan nikmat yang terkandung pada hal-hal yang tidak disukai dari diri kita. Akan tetapi, firman Allah yang Maha Agung tentu lebih tepat,
عَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٢١٦)
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Disalin dari buku berjudul “Obat Penawar Hati yang Sedih“, karya Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-‘Utsaimin. Penerbit: Darus Sunnah.


Puasa melembutkan Jiwa


Kategori Tulisan

Anak (21) Ceramah (23) Doaku (3) Gallery (68) Hadits (19) Herbal (3) Hikmah (256) I'tikaf (5) Idul Fitri (27) Inspirasi (149) Jualan (3) Kesehatan (43) Keuangan (12) Kisahnyata (43) Kultum (147) Lailatul Qadar (2) Lain-lain (49) management (4) Nisa' (1) ODOJ (2) Progress (54) prowakaf (2) Puasa (182) Quran (17) Qurban (40) Ramadhan (315) Renungan (17) Rumahkreatif (6) Rumahpintar (8) Rumahtahfidz (18) Rumahyatim (6) Sedekah (47) Share (104) Syawal (5) Tanya jawab (2) Tarawih (4) Tarbiyah (166) Umroh (19) Wakaf (8) Yatim (7) Zakat (22)
Dapatkan kiriman artikel terbaru dari Blog Miftah madiun langsung ke email anda!
 

Info Kesehatan

More on this category »

Tarbiyah dan Pendidikan

More on this category »

Inspirasi Hidup

More on this category »

Lain-lain

Image by ageecomputer.com