Sragen kembali memberi pelajaran melalui penglihatan mata saya. Dari bus eksekutif yang membawa ke Magelang sore ini, saya lihat seorang ayah dengan raut wajah menyiratkan beratnya kehidupan yang dijalani sedang menyeberang jalan utama kota Sragen bersama dua orang anaknya.
Anak pertama terlihat seperti usia 3 tahunan dalam gendongan samping kanan sang ayah. Di tangan kiri sang ayah bergelayut tangan anak yang lebih besar kira-kira usia 6 tahun. Di tangan kiri sang kakak mendadak terjatuh kantong plastik bening berisi banyak kardus bekas.
Tak sampai berserakan kardus dari kantong plastik, dengan sigap sang kakak menyambar kantong itu agar tidak tertabrak kendaraan yang lalu lalang dengan kencang. Tampak sang ayah hanya memandang dengan sedikit tersenyum. Barangkali terbersit rasa bangga pada anaknya yang sudah berpikir menyelamatkan sedikit rejeki yang mungkin menutup biaya makan malam mereka bertiga.
Bertiga? Bisa jadi dirumah istrinya sedang menunggu anaknya yang paling kecil.
_____
Tertarik saya melihat mereka bertiga, meski rasa kasihan saya lebih dominan, tapi saya melihat bagaimana perjuangan seorang ayah memenuhi kebutuhan keluarganya. Dan anak-anak yang jauh dari rasa malu untuk membantu orangtuanya membawa kardus bekas di tengah keramaian kota.
Saya mengajak kepada bapak-bapak pembaca, berjuanglah memenuhi kebutuhan keluarga, karena Allah lewat Rasul-Nya menghibur kita, jika kita berjuang dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga maka akan dihapusNya dosa-dosa kita sore harinya.