Mengenal Mekanisme Autofagi
Mekanisme autofagi merupakan gabungan dari regenerasi sekaligus pembersihan di saat bersamaan. Ibarat menekan tombol “reset”, ketika autophagy terjadi maka sel-sel yang sudah tidak lagi berfungsi akan dibuang atau diregenerasi.
Adanya proses ini juga merupakan adaptasi dan respons yang sangat baik terhadap pemicu stres oksidatif dan zat beracun yang terakumulasi di dalam sel-sel tubuh.
Autofagi bisa terjadi secara alami. Namun, saat berpuasa tubuh akan beradaptasi dan melakukan autofagi dengan lebih efisien. Alasannya, tubuh tidak mendapatkan makanan atau minuman selama rentang waktu sekitar 12 jam.
Ketika tubuh terbiasa dengan pola semacam ini, maka sel-sel tubuh juga akan beradaptasi dengan mengurangi kebutuhan kalori.
Manfaat mekanisme autofagi
Berikut adalah beberapa manfaat terjadinya autofagi untuk tubuh manusia.
1. Regenerasi sel
Fungsi paling utama dari autofagi adalah meremajakan sel-sel tubuh. Artinya, ini bisa melawan penuaan sekaligus membuat sel tubuh bisa berfungsi dengan baik.
Itulah mengapa, mekanisme ini sangat penting dan bisa membuat seseorang lebih panjang umur.
2. Menjaga energi tetap stabil
Ketika berpuasa dan asupan kalori menurun, sel-sel tubuh tentu harus beradaptasi. Untuk bisa tetap berfungsi secara optimal, kalori digunakan seefektif mungkin.
Begitu pula dengan sel-sel yang tak lagi berfungsi, akan dibuang atau regenerasi agar kinerjanya tidak terlalu kelelahan.
3. Membuang zat tidak berguna
Selain membuang atau meremajakan sel yang tak lagi berfungsi optimal, autofagi juga membantu membuang zat racun dari tubuh. Utamanya, protein yang berkaitan dengan penyakit saraf seperti Alzheimer dan penyakit Parkinson.
4. Potensi mencegah kanker
Mekanisme autofagi tidak selamanya berfungsi optimal karena bisa juga mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
Meski demikian, ini pula yang membuat autofagi menjadi sorotan utama karena potensinya mencegah berkembangnya sel-sel kanker.
Idealnya, tubuh bisa mendeteksi sel-sel yang abnormal seperti sel kanker serta membuangnya lewat proses autofagi.
Itulah mengapa banyak peneliti terus mencari tahu kemungkinan autofagi menurunkan risiko seseorang menderita kanker.
5. Melindungi sel hati
Studi dari jurnal Food and Chemical Toxicology menunjukkan bahwa autofagi melindungi sel hati dari potensi kerusakan, terutama akibat konsumsi obat-obatan dan minum alkohol berlebihan.
Bagaimana cara agar autofagi terjadi?
Ada beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya autofagi, utamanya saat tubuh dalam kondisi lapar. Contohnya seperti saat melakukan intermittent fasting, diet keto, dan tentunya puasa.
Bisa disimpulkan, puasa adalah cara paling efektif untuk memicu terjadinya autophagy. Ketika berpuasa, sel-sel dalam tubuh mengalami stres karena kalori yang masuk ke tubuh berkurang.
Untuk mengimbanginya, sel-sel tubuh akan memastikan kalori digunakan seefisien mungkin. Salah satu caranya adalah lewat autofagi, yaitu membuang zat atau molekul sampah yang sudah rusak.
Tak hanya itu, mekanisme ini juga memastikan sel bisa mengalami regenerasi sehingga dapat berfungsi optimal.
Selain berpuasa, aktivitas lain yang bisa memicu terjadinya autophagy adalah berolahraga.
Menurut sebuah studi hewan laboratorium dalam jurnal Autophagy pada tahun 2012 lalu, aktivitas fisik bisa memicu terjadinya autofagi pada organ yang merupakan bagian dari proses regulasi metabolisme. Contohnya seperti otot, hati, pankreas, dan jaringan adiposa.